Asma binti Abu Bakar

Asma binti Abu Bakar temasuk jajaran wanita yang pertama masuk Islam. Ia lahir di kota Mekkah sekitar 27 tahun sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Ayahnya adalah Abu Bakar as Sidiq, sahabat Rasulullah SAW yang terkumpul dalam diri Abu Bakar sifat – sifat dan perilaku yang terpuji hingga Rasulullah memberikan gelar As Sidiq yang bermakna jujur. Tak heran jika Asma’ pun diasuh dalam bimbingan kebaikan yang menempa pribadinya menjadi sosok yang berakhlak mulia, kokoh, kuat pendirian dan sabar. Saudara perempuan seayah adalah Ummul Mukmin Aisyah dan saudara sekandungnya adalah Abdullah bin Abu Bakar, seorang sahabat Rasulullah SAW yang cerdas lagi mulia. Suaminya adalah Zubair bin ‘Awwam yang mendapat julukan Hawari (pengawal setia) Rasulullah, dan salah seorang dari sepuluh sahabat yang dijamin masuk syurga. Asma’ binti Abu Bakar tumbuh dalam lingkungan keluarga yang baik.

Wanita Pemilik Dua Selendang

Ketika orang- orang kafir quraish tak bisa menghentikan laju dakwah Rasulullah, meski segala macam cara telah dilakukannya, mulai dari memfitnah, tuduhan memecah belah bangsa Quraish, memboikot, hingga kekerasan fisik pun ditimpakan kepada Rasulullah SAW dan pengikutnya. Dan kekerasan fisik ini semakin hari semakin menjadi – jadi tingkat kekejaman dan kesedisannya. Maka Rasulullah SAW mengijinkan para sahabatnya untuk berhijrah ke Madinah, ke tanah harapan, meninggalkan tanah kelahirannya, Mekkah.

Setelah Allah SWT mengijinkan Rasulullah SAW untuk berhijrah ke Madinah. Menyusul para sahabatnya yang lebih dulu sampai. Segera Rasulullah SAW memberitahu kepada Abu Bakar as Sidiq, karena dia yang akan menjadi teman perjalanan Rasulullah berhijrah. Juga disusun strategi untuk berangkat ke Madinah agar bisa aman sampai tujuan, karena mata – mata kafir Quraish disebar ke seantero Makkah. Disinilah keluarga Abu Bakar as Sidiq berperan besar dalam hijrahnya Rasulullah SAW. Abdullah bin Abu Bakar RA disiang hari bertugas menggali informasi tentang pembicaraan orang-orang Quraish, dan malam hari menyampaikan kepada Rasulullah. ‘Amir bin Fuhairah, pelayan Abu Bakar menggembala kambing di dekat persembunyian Rasulullah dan Abu Bakar, sehingga mereka berdua bisa memerah susunya, ketika menjelang pagi Abdullah bin Abu Bakar pun turun dari tempat Rasulullah menuju Mekkah dan diikuti ‘Amir bin Fuhairah dari belakangnya sehingga menghapus jejak kaki Abdullah. Pun tak terkecuali Asma’ binti Abu Bakar berperan besar dalam hijrahnya Rasulullah dan Abu Bakar.

Adalah Asma’ binti Abu Bakar bertugas untuk mengirim makanan kepada Rasulullah SAW dan Abu Bakar di tempat persembunyiannya. Di malam nan sunyi senyap, menempuh perjalanan jauh, mendaki yang cukup tinggi lagi terjal untuk sampai ke gunung Tsur, Asma’ jalani dengan ikhlas karena Allah. Tentu tugas ini pun membawa konsekuensi besar , jika orang-orang kafir mengetahui bukan hanya nyawa dia yang terancam, namun nyawa Rasulullah dan ayahnya pun ikut menjadi taruhan. Oleh karena itu disamping usaha dilakukan maksimal doa pun senantiasa dipanjatkan kepada Allah SWT, hingga Allah SWT memberikan perlindungan Nya.

Diriwayatkan oleh Bukhari, no 3907, Asma’ ra. Menuturkan, ” Aku membuat makan untuk Nabi Muhammad SAW, dan Abu Bakar, ketika mereka hendak bertolak ke Madinah. Aku berkata kepada ayah, Aku tidak membawa sesuatu untuk mengikat (wadah makanan) kecuali  tali ikat pinggangku ini, Abu Bakar berkata, ” Kalau begitu, belahlah tali ikat pinggangmu menjadi dua. Aku mengikuti sarannya, maka aku dijuluki ” wanita pemilik dua ikat pinggang ‘ ( dzaatunnithaaqain).

Asma’ binti Abu Bakar sangat menjaga rahasia keberadaan Rasulullah dan Abu Bakar. Meski harus menghadapi intimidasi dan perlakuan sangat kasar dari gembong Quraish yakni Abu jahal. Padahal saat itu Asma’ dalam keadaan hamil, namun ia mampu menunjukkan sikap yang tenang, tegas, berani menghadapi tantangan tanpa gentar sedikitpun, dan sabar ketika ujian datang.
Dari Ibnu Ishaq meriwayatkan, ” Aku mendengar keterangan bahwa Asma’ berkata, ” Abu Jahal datang ke rumahku bersama beberapa tokoh Quraish, maka aku menemui mereka. Mereka bertanya, ” Dimana ayahmu?” Aku menjawab, ” Demi Allah, aku tidak tahu dimana dia. ‘Abu Jahal langsung mengayunkan tangannya dan menampar pipiku sekeras-kerasnya, sehingga antingku lepas, lalu mereka pergi “.


Berhijrah Saat Hamil Tua

Tak lama setelah Rasulullah SAW dan Abu Bakar as Sidiq sampai di Madinah. Mereka mengutus beberapa orang untuk menjemput keluarga masing-masing. Tak ketinggalan Asma’ pun ikut berhijrah ke Madinah, meski dalam keadaan hamil tua. Perjalanan yang jauh dari mekkah ke Madinah, di tengah padang pasir yang panas dan tak berujung, sejauh sekitar 490 km. Tentu memakan waktu berhari-hari, karena transportasi di gurun pasir saat itu hanya unta. Namun ditempuhnya perjalanan hijrah tanpa ada keluh kesah, dengan suka cita ditatapnya harapan baru yang penuh kebaikan dan keberkahan. Sesampainya di Quba, Allah benar-benar memberikan kebahagiaan dan kebaikan tidak hanya kepada Asma’ binti Abu Bakar, namun juga kepada kaum muslimin, yakni kelahiran Abdullah bin Zubair. Ya…! Asma’ telah melahirkan begitu sampai di Quba, bayi laki-laki yang sehat nan lucu, bayi pertama yang dilahirkan di negeri hijrah.

Bukhari meriwayatkan haditsno 3909, Asma’ binti Abu Bakar menuturkan kisah hijrahnya, ketika sedang mengandung Abdullah bin Zubair,Asma’ berkata, “ Aku bertolak ke Madinah saat kandunganku sudah tua ( 9 bulan), setibanya di Madinah aku tinggal di Quba, dan disinilah aku melahirkan. Aku membawa bayiku kepada Rasulullah SAW dan meletakkannya di pangkuan beliau. Rasulullah SAW meminta sebutir kurma, lalu mengunyahnya. Kemudian beliau memasukkan ludahnya ke mulut bayiku, sehingga makan pertama yang masuk perut bayiku adalah ludah Rasulullah SAW. Beliau mentahniknya, mendoakan dan memberkahinya. Bayiku adalah bayi pertama yang lahir dalam sejarah Islam (setelah hijrah).

Mengapa kelahiran Abdullah bin Zubair sangat membawa bahagia pada segenap kaum muslimin, karena sebelumnya ada yang mengatakan bahwa orang-orang Yahudi telah menyihir mereka (muhajirin) sehingga tidak akan ada yang punya anak (setelah hijrah). Kuasa Allah meliputi segalanya dan janji Allah adalah benar adanya. Telah lahir generasi penerus Islam yang terpercaya.

Inilah sepenggal kisah tentang Asma’ binti Abu Bakar, tentu masih banyak kisah hidupnya yang sangat menakjubkan. Asma’ binti Abu Bakar telah mencatat sejarah hidupnya dengan tinta emas bahwa dia telah mendedikasikan seluruh hidupnya untuk Islam, senanatia terikat hukum Allah, dan memegangnya dengan kokoh. Sabar dalam setiap ujian hidup, dan hanya berharap pada keridhaan Allah SWT.

Semoga kita bisa mengambil ibrah dari kisah hidup Asma’ binti Abu Bakar ini.