Ummu Sulaim ra., Wanita Sholihah yang Lebih Memilih Islam dari pada Harta

Oleh : Nabila Asy-Syafi’i

Muqodimah

Telaga hikmah mengalir tiada henti pada diri para shahabiyah, selalu menginspirasi dari generasi ke generasi. Keindahan hidupnya yang penuh makna ketaatan, kesetiaan, kemuliaan, keberanian, kesabaran laksana pendar-pendar cahaya yang terang. Kiprahnya dalam perjuangan Islam pun tak terlupakan. Para shahabiyah telah menorehkan goresan emas dalam perjalanan hdupnya. Oleh karena itu perlu bagi kita mengambil ibrah dari kisah hidupnya untuk direfleksikan dalam kehidupan modern saat ini , di mana arus individualisme mulai menggerus kehidupan para muslimah. Inilah kisah inspiratif dari seorang shahabiyah yaitu Ummu Sulaim ra.

Mengenal Ummu Sulaim ra.

Ummu Sulaim binti Milhan bin Khalid bin Zaid bin Hiram bin Jundub Al-Anshariyah. Memiliki nama asli, (terdapat beberapa versi): Sahlah, Ramilah, Rumaishah, Malikah, Ghumaisha’, atau Rumaisha’. Ketika Islam menyebar ke Madinah, Ummu Sulaim tidak menunda-nunda untuk bersegera masuk Islam. Cahaya Islam masuk dalam sanubarinya. Ia pun mengajak suaminya Malik bin Nadhir yang merupakan ayah dari Anas bin Malik untuk masuk Islam. Di luar prediksinya ternyata suaminya menolak dan memarahinya bahkan  meminta Ummu Sulaim untuk kembali pada kepercayaan nenek moyang. Namun Ummu Sulaim tetap memegang teguh keislamannya.

Kemudian Ummu Sulaim menalqin yakni mengajari dan menuntun untuk mengucapkan kepada Annas kecil kalimat Laailaaha illallah, Muhammadun Rasulullah, Annas pun mengikuti dan mengucapkannya.   Mengetahui hal tersebut ayah Annas yakni Malik bin Nadhir marah dan berkata pada istrinya“ jangan kau rusak kenyakinan putraku !”Ummu Sulaim menjawabnya ; “ aku tidak merusak keyakinannya, aku justru menyiapkannya untuk suatu urusan besar yang tak pernah kau duga”.( Malik akhirnya pergi – tak lama kemudian meninggal/terbunuh)

Ummu Sulaim menjadi janda, yang selalu menjaga kesucian dan kehormatannya. Mendidik Annas dengan menanamkan rasa cinta kepada Allah dan Rasulullah SAW. Sehingga Annas kecil pun tumbuh rasa cinta yang amat dalam kepada Rasulullah SAW, dan punya cita cita ingin menemui Rasulullah SAW.

Kebahagiaan itupun Datang

Akhirnya Rasulullah SAW telah mendapat ijin dari Allah untuk berhijrah ke Madinah. Kabar akan datangnya Rasulullah SAW ke Madinah menyebar dan membuat kaum Anshor sangat senang termasuk Annas bin Malik. Setiap hari setiap saat mereka menunggu kedatangan Rasulullah SAW. Sampai akhirnya Rasulullah tiba di Madinah dan disambut dengan penuh kegembiraan.

Beberapa hari kemudian Ummu Sulaim dan Annas bin Malik mendatangi Rasulullah dan berkata, “ Ya Rasulullah, anakku ini – Annas- masih kecil, biarlah dia menjadi pelayan anda”. Ibuku senantiasa memberiku dorongan untuk menjadi pelayan Rasulullah ( HR Muslim no 2029). Suatu kebanggaan bisa menjadi pelayan Rasulullah, karena bisa menimba pengetahuan dan pelajaran agama Islam secara langsung dari sumbernya.

Kebaikan dan kemulian Ummu Sulaim dan Annas, membuat Abu Talhah (seorang musyrik) meminang Ummu Sulaim. Ia bersedia memberikan mahar yang tinggi berupa emas dan perak. Namun lamaran ini ditolak Ummu Sulaim dengan santun. Annas bin Malik mengisahkan cerita ini dari ibunya .“ Sungguh tidak pantas seorang musyrik menikahiku. Tidakkah engkau tahu wahai Abu Talhah, bahwa berhala-berhala sesembahanmu itu dipahat oleh budak dari keluarga fulan ? dan jika kau sulut dengan api pasti berhala-berhala itu terbakar ? “

Abu Talhah pulang ke rumah dengan hati yang gundah gulana dan terus memikirkan ucapan Ummu Sulaim, dia berfikir bahwa yang diucapkan Ummu Sulaim benar adanya. Lantas  Abu Talhah segara menemui Rasulullah menceritakan dan masuk Islam. Kemudian Ia datang ke Ummu Sulaim dan mengatakan : ” aku telah menerima agama yang kau tawarkan. Maka berlangsunglah pernikahan Ummu Sulaim dengan Abu Talhah. Tsabit berkata“ Aku tak pernah mendengar mas kawin yang lebih mulia daripada mas kawin yang ditentukan Ummu Sulaim yaitu keislaman calon suaminya ( HR Nasa’I ). Begitulah Abu Talhah masuk Islam melalui dakwah Ummu Sulaim dan Abu Talhah pun mempelajari Islam dengan sunguh-sunguh.

Istri yang Bisa Memilih Saat yang Tepat Ketika Mengabarkan Berita Duka

Ummu Sulaim bukan saja sebagai da’iyah yang baik, namun juga sebagai ibu, pendidik dan istri yang sholihah, taat pada suami dengan ikhlas dan penuh cinta kasih. Mereka hidup bahagia, dan semakin bertambah kebahagiaan dengan lahirnya seorang anak laki laki yang diberi nama  Abu Umair. Datanglah ujian. Abu Umair sakit parah dan akhirnya meninggal dunia. Ummu Sulaim menghadapinya dengan tegar,  tabah dan sabar. Annas bin Malik menuturkan : “ Adikku ( Abu Umair) dari ayah Abu Talhah meninggal dunia, Ummu Sulaim berkata kepada kerabatnya, Jangan beritahukan kepada Abu Talhah, biar aku sendiri yang memberitahukannya. Saat adikku meninggal, Abu Talhah sedang dalam bepergian, ketika ia tiba, ibuku menyuguhinya makan malam dan keduanyapun makan malam, setelah itu ibu berdandan dan melayaninya. Setelah itu Ummu Sulaim berkata kepada Abu Talhah, “ Seandainya ada seseorang yang meminjamkan sesuatu kepadamu untuk beberapa waktu, lantas orang tersebut mengambil lagi barangnya , apakah engkau akan menolaknya?” Tidak, jawab Abu Talhah. Kalau begitu bersabarlah ,putra kita telah meninggal dunia. Abu Talhah marah, mengapa engkau tidak memberitahuku sejak kedatanganku?” Paginya Abu Talhah menghadap Rasulullah, dan menceritakan apa yang terjadi. Lantas Rasulullah SAW bersabda : “ Semoga Allah memberikan berkah kepada kalian berdua di malam pengantin”.

Mereka pun dikarunia putra lagi oleh Allah. Seorang lelaki dari Anshor berkata: “ Abu Talhah dan Ummu Sulaim dikaruniai 9 anak dan semuanya hafal AlQuran”. Sungguh keturunan yang membawa berkah dunia akhirat. Annas bin Malik juga menjadi shahabat kesayangan Rasulullah dan menjadi ulama besar yang insya Allah diberkahi hidupnya. Keberhasilan anak-anak Ummu Sulaim tak lepas dari pendidikan dan asuhan yang diberikan ibunya.

Khatimah

Demikianlah sepenggal kisah shahabiyah Ummu Sulaim ra, yang memberikan pelajaran bagi kita. Di antaranya adalah : bahwa ketaatan kepada suami adalah ketaatan yang dibangun atas dasar keimanan kepada Allah. Keimanan ini  tidak bisa ditukar dengan kenikmatan harta benda apapun. Keimanan yang kokoh, menghantarkan ketegaran dalam menghadapi setiap masalah. Juga kesabaran dalam menghadapi segala musibah. Selalu berusaha menjadi istri sholihah yang taat kepada suami dengan cinta kasih semata mengharap ridla Allah, yang akan selalu mengajak suami untuk senantiasa taat dan menyembah Allah semata.  Dan berusaha menjadi ibu yang baik, yang  mendidik anak-anaknya dengan segenap daya upaya agar menjadi muslim yang taat kepada  kepada Allah dan rasulNya dan berjuang demi kemuliaan Islam dan kaum muslimin.