
Oleh : Nabila Asy- Syafi’i
MUQADIMAH
Hamparan hikmah akan selalu ada dari kisah wanita wanita sholihah, dari kalangan shahabiyah ataupun tabi’in. Mereka menjadikan ketaatan kepada Allah SWT sebagai poros hidupnya. Kisah hidupnya menginspirasi para muslimah, baik di masanya atau masa yang datang berikutnya. Kisah kebaikannya tak lekang dimakan jaman, laksana sumber mata air yang tak pernah kering. Kali ini kita akan berkisah seorang wanita tabi’in yang pemberani, lisannya hanya menyuarakan kebenaran, kata-katanya bijak penuh makna, dia adalah Ummul Khair ra.
TERUS TERANG DALAM MENYAMPAIKAN KEBENARAN
Namanya adalah Ummul Khair binti Al Huraisy bin Suraqah Al Bariqiyah Al Kufiyah, salah seorang wanita shalihah dari kalang tabi’in. Beliau mahir dalam berbahasa, bahkan beliau dikenal dengan julukan ahli bahasa dari Kuffah. Pemikiran politiknya juga diperhitungkan oleh Muawiyah sebagai khalifah yang pusat pemerintahannya ada di Damaskus, setelah datangnya tahun jama’ah yaitu disepakatinya perjanjian damai antara Al Hasan bin Ali dan Muawiyah.
Diceritakan , bahwa suatu ketika Muawiyah selaku khalifah menulis surat kepada gubernurnya yang ada di Kuffah agar mengundang dan mempersiapkan Ummul Khair datang ke Damaskus menemui Muawiyah. Maka Gubernur Kuffah menyiapkan segala hal yang diperlukan oleh Ummul Khair untuk berangkat ke Damaskus, mulai dari kendaraan, pengawal, pelayan, dan perbekalan yang mencukupi. Sebelum melepas Ummul Khair berangkat ke Damaskus, Gubernur Kuffah mengatakan : “ Amirul Mukminin Muawiyah akan memberikan penghargaan padaku jika engkau mengatakan yang baik tentang diriku, begitupun sebaliknya, jika engkau katakan tidak baik, maka aku akan mendapat hukuman”. Maka Ummul Khair menjawabnya tanpa basa-basi, lugas dan tegas, “ Hai laki-laki, demi Allah, janganlah engkau berharap bahwa sikap baikmu kepadaku akan membuatku menilai baik sebuah kebatilan. Janganlah engkau berputus asa bahwa apa yang kutahu tentang dirimu akan membuatku berbicara yang tidak benar tentang dirimu”. Ini menunjukkan bahwa Ummul Khair seseorang yang berpegang teguh pada kebenaran, tidak bisa digoyahkan dengan kesenangan dunia. Beliau akan mengungkapkan kebenaran apa adanya. Ibarat tulisan maka titik dan komanya tidak bergeser sedikitpun.
Kemudian Ummul Khair berangkat meninggalkan Kuffah dan menuju Damaskus untuk menemui Amirul mukminin. Sesampainya di Damaskus, Ummul Khair ditempatkan di sebuah rumah khusus wanita selama 3 hari dan hari ke 4 menemui khalifah Muawiyah. Saat Ummul Khair masuk ruangan Khalifah Muawiyah sudah berkumpul bersama pejabat-pejabatnya.
Ummul Khair berkata : Assalamu‘alaikum, wahai amirul mukminin. Muawiyah menjawab : “ wa ‘alaikumussalam, wahai Ummul Khair, demi Dzat yang kau doakan aku dengan namaNya. Ummul Khair berkata : “ Setiap sesuatu sudah tertulis ketentuannya. Muawiyah menjawab : “ Engkau benar, lalu bagaimana keadaanmu bibi? Ummul Khair menjawab :” Aku masih sehat dan kuat, hingga bisa datang ketempatmu ini, dan sekarang aku berada di majelis yang megah dan di samping raja yang agung “. Muawiyah berkata : “ Dengan tulus aku melakukan semua ini untuk menghormatimu”. Ummul Khair berkata : “ Wahai Amirul mukminin, semoga Allah melindungi dari kata-kata yang salah yang tidak kau takuti akibatnya.
Muawiyah berkata: “Bukan itu yang menjadi tujuan kami, tolong katakan kepadaku apa yang engkau katakan untuk menanggapi terbunuhnya Ammar bin Yasir ra ? “ Ummu Khair menjawab :” aku tidak akan mengatakan sesuatu yang bohong tentang dirinya, baik sebelum dia wafat atau setelah wafatnya. Jika engkau mengijinkan, aku lebih baik mengatakan hal yang lain. Kemudian Muawiyah menoleh kepada hadirin yang hadir di majelis tersebut dan mengatakan : “ Adakah diantara kalian ada yang memahami kata-kata Ummul Khair ?” Salah seorang hadirin menjawab : “ saya bisa menangkap dan memahami kata-kata beliau ya Amirul Mukminin. Muawiyah mengatakan : terangkanlah ! “ kemudian laki- laki tersebut menjelaskan perkataan Ummul Khair. Setelah selesai laki-laki tersebut menjelaskan perkataan Ummul Khair, Muawiyah berkata kepada Ummul Khair : “ Wahai Ummul Khair, jika demikian engkau hanya mengharapkan kebinasaanku dengan kata-katamu itu. Andaikan aku membunuhmu karenanya, maka aku tidak dipersalahkan. Ummu Khair menjawab : “ Demi Allah, aku tidak gentar mati di tangan orang yang akan membuatku di rahmati Allah karena kekejamannya”.
Muawiyah berkata : “ Baiklah, wanita yang mulia, lalu apa pendapatmu tentang Utsman bin Affan ra? Ummu Khair berkata : “ Aku tidak pantas berkomentar tentang diri Utsman, beliau adalah khilafah yang dibaiat oleh semua orang dengan keridhaan, namun kemudian orang-orang membunuhnya ketika membencinya. Muawiyah berkata : “ hanya itukah pujian yang engkau kemukakan?” Ummul Khair berkata : “ Demi Allah aku tidak bermaksud menjelekkan Utsman bin Affan. Beliau selalu terdepan dalam kebaikan dan beliau kelak, Insya Allah mendapatkan derajat yang tinggi disisi Allah SWT.
Muawiyah bertanya : “ lalu apa pendapatmu tentang Thalhah bin Ubaidillah ?” Ummul Khair menjawab : apa yang kukatakan tentang Thalhah ? Beliau dibunuh dalam kondisi yang aman, beliau dibunuh dalam kondisi tidak tahu menahu tentang bahaya. Dan Allah SWT telah menjamin beliau masuk syurga.
Muawiyah kembali melanjutkan pertanyaannya : “ bagaiman pendapatmu tentang Zubair bin Al Awwam ?” Ummul Khair menjawab : “ beliau adalah sepupu Rasulullah SAW, sahabat dekat Rasulullah, dan Rasulullah telah menjamin syurga untuk nya. Beliau selalu terdepan dalam mencari kemulian dalam Islam. Semuga Allah SWT selalu meridhai beliau. Lantas Ummul Khair diam sejenak, kemudian berkata : Wahai Muawiyah, orang – orang Quraisy banyak yang berkata bahwa dirimu orang Quraisy yang penyabar, maka bebaskan aku dari pertanyaan- pertanyaan yang sensitif seperti ini, jika engkau mau bertanyalah tentang hal-hal yang lain”. Kemudian Muawiyah berkata : “ Baiklah, aku tidak akan memaksamu , dan membebaskan dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak kau sukai”. Ummul Khair ra kemudian kembali ke Kufah dan hidup dalam kemulian hingga wafatnya.
KHATIMAH
Diantara kata – kata hikmah dari Ummul Khair adalah ”Orang-orang cerdas adalah mereka yang menyakini bahwa umur dunia ini sangat pendek, maka mereka tidak mau menjadi penghuni tetapnya. Sebaliknya mereka menyakini kehidupan akhirat sangat panjang, hingga mereka berusaha mendapatkannya “.
Di tengah tatanan kehidupan Kapitalisme saat ini, menjadi orang cerdas seperti Ummul Khair bukan hal yang mudah, karena peradaban masyarakat Kapitalisme telah menyeret banyak orang untuk menjadikan kenikmatan duniawi berupa harta, benda, jabatan, kekuasan, dikejar mati-matian meski mengorbankan akhiratnya, dengan menabrak ketentuan dan aturan Allah SWT. Kebohongan, kecurangan, menjual aqidah hanya demi sekerat nikmat dunia. Namun bagi para pengemban dakwah, akan terus berusaha memperbaiki keadaan ini menuju cahaya Islam, memanusiakan manusia untuk mampu meraih kebahagiannya dunia akhirat. Oleh karena itu, dari kisah ini kita bisa mengambil ibrah, agar kuat dan tangguh dalam menghadapi tantangan kehidupan, di antaranya berani mengatakan yang benar di hadapan siapapun, semata-mata karena Allah SWT memerintahkan hal tersebut. Janganlah gebyar nikmat dunia membutakan dari kebenaran. Tetap berpegang teguh dalam kebenaran Islam, meski sesulit apapun situasi dan kondisinya. Insya Allah masih banyak ibrah lain yang bisa digali dari kisah ini, dan semoga kita menjadi bagian orang-orang yang berani menyuarakan dan menegakkan kebenaran Islam di muka bumi ini. Aamiin. ( NAS)