Oleh : Kholishoh Dzikri.
Pelantikan presiden terpilih (dengan kecurangan) akan mendapatkan keamanan super ketat, tidak cukup mengerahkan kekuatan 30.000 personel TNI-Polri, kekuatan spiritual pun dikerahkan dengan mendatangkan pasukan jin dan syaithan berupa nyi roro kidul, jin khayangan,dsb.
Mengapa pelantikan kepala negara yang seharusnya disambut gembira oleh semua lapisan masyarakat justru malah diperketat pengamanannya. Yang pasti dengan pengamanan yang ketat tidak sembarang anggota masyarakat bisa menghadiri pelantikan kepala negaranya.Jika demikian yang akan dilantik itu kepala negara pilihan siapa?
Dalam demokrasi kapitalis, kepala negara memang bukan pilihan rakyat, dia hanya petugas partai yang dipilih untuk menjalankan roda pemerintahan sesuai dengan kepentingan partai dan partai pendukungnya. Sudah maklum di tengah-tengah masyarakat bahwa partai ini pun tidak murni memperjuangkan nasib rakyat namun dia ada untuk kepentingan korporasi. Jadi pelantikan kepala negara terpilih sejatinya adalah pelantikan kepala negara pilihan korporasi bukan pilihan rakyat.
Bandingkan dengan penyambutan masyarakat negara Madinah ketika khalifah Utsman bin Affan ra terpilih menjadi khalifah ketiga setelah wafatnya amirul mukminin Umar ibn Al- Khattab Radhiyaallahu anhu. Setelah sempurna baiat in’iqod sebagai mekanisme syar’I pengangkatan khalifah oleh ahlul halli wal aqdi maka diumumkan kepada semua kaum muslimin untuk memberikan baiat taat kepada khalifah terpilih. Kaum Muhajirin, Anshar, para panglima pasukan, dan masyarakat umum berbondong- bondong mendatangi khalifah Utsman bin Affan Radhiyaallahu anhu dan mengerubunginya untuk memberikan baiat taat sekaligus kebahagiaan karena telah terpilih khalifah yang akan melanjutkan kepemimpinan negara khilafah yang akan melayani umat dan melindungi kaum muslimin serta menyebarkan risalah Islam ke seluruh penjuru dunia tanpa ada pengamanan super ketat.
Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh salah seorang shahabat bernama Abdullah bin Hawalah Radhiyallahu Anhu, dia berkata,
“Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Kalian mengerubungi seorang laki-laki yang melipatkan penutup kepalanya ke wajahnya yang merupakan ahli surga ketika membaiat orang-orang.”
Abdullah bin Hawalah berkata, “Maka kami mengerubungi Utsman bin Affan, Kami lihat Dia melipatkan penutup kepalanya ke wajahnya sambil membaiat orang-orang.”.
Seorang shahabat mengungkapkan hal tersebut sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Wa`il, bahwa sesungguhnya Abdullah bin Mas’ud dalam perjalanan dari Madinah menuju Kufah pada saat Utsman bin Affan diangkat sebagai khalifah.
Abdullah bin Mas’ud memuji Allah, lalu berkata,
“Amma ba’du, maka sesungguhnya Amirul mukminin Umar bin Khaththab telah meninggal dunia. Kami tidak pernah melihat hari yang paling banyak tangisan dari hari itu. Kemudian kami berkumpul bersama para shahabat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Kami tidak mengesampingkan orang terbaik di antara kami yang paling banyak memiliki kelebihan dan keutamaan, maka kami berbaiat kepada Amirul mukminin Utsman bin Affan, maka orang-orang pun berbaiat kepadanya.”.
Seharusnya pelantikan kepala negara adalah sesuatu yang membahagiakan semua rakyatnya karena telah terpilih pemimpin yang akan melayani rakyat, melindungi rakyat dari neo imperialisme, dan mendakwahkan Islam ke penjuru dunia agar Islam terwujud sebagai rahmatan lil alamin.
Pelantikan kepala negara akan mendapatkan sambutan gembira dan berbondong-bondongnya rakyat untuk memberikan baiat taat sebagai bentuk dukungan dan penerimaan penuh terhadap kepala negara terpilih tanpa diberlakukan pengamanan ekstra ketat hanya akan terwujud dalam sistem pemerintahan Islam yakni Khilafah Islamiyah.
Waallahu a’lam bi shawab.