Oleh : Rahmah Qomariyah
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِن تَنصُرُواْ ٱللَّهَ يَنصُرۡكُمۡ وَيُثَبِّتۡ أَقۡدَامَكُمۡ :٧
Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.
Dalam sebuah kuliah Umum di Universitas Indonesia Salemba, Jakarta Pusat, Kamis (17/10), Kepala Kantor Staf Kepresidenan menyatakan bahwa “Tuhan tidak perlu dibela. “Mengapa harus ada Front Pembela Islam? Apa yang dibela? Memangnya Islam sedang dijajah oleh orang lain?, apalagi itu dibela. Tuhan kok dibela?, ngapain? Dia enggak perlu pembelaan”. Katanya dan mendapat sambutan tepuk tangan yang meriah.(www. Indonesiainside.id).
Pernyataan-pernyataan Tuhan tidak perlu dibela ini bukan hal yang baru. Tahun 1970-an dan 1980-an artikel-artikel yang dianggap sikap aninklusivitas keislaman (Islam yang terbuka) penulisnyadimuat Majalah Tempo-lama. Dikatakan dalam tulisan tersebut bahwa dalam kenyataan sejarah, agama memangsama sekali tidak dapat steril dari berbagai hasrat dan kepentingan manusiawi, sehingga dalam titik-titik tertentu agama kerap kali ditunggangi, demi interest dari kelompok tertentu. Konteks yang sedemikian lalu menyeret agama ke suatu wilayah yang cukup politis: agama menjadi semacam legitimasi sikap politis dari kepentingan suatu kelompok. Nama Tuhan, yakni Sang Penguasa Agama, dibawa-bawa ke sana kemari. Selanjutnyakumpulan artikel tersebut dijadikan buku dengan judul: Tuhan Tidak Perlu Dibela, Penerbit: IRCiSoD.
Pernyataan “Tuhan tidak perlu dibela” jelas tidak bersumber dari ajaran Islam, bahkan bertentangan dengan Alquran dan Hadis. Dalam Alquran dan hadis banyak kita temui dalil yang mewajibkan untuk membela, menolong agama Allah;membela, menolong Allah dan RasulNya. Diantaranya firman Allah QS. Muhamad ayat 7.
Ibn Abbas menafsirkan QS. Muhamad; 7: Hai orang-orang yang beriman kepada Nabi Muhamad dan Alquran, jika kamu menolong (agama) Allah/ menolong nabi Muhamad SAW dengan berperang melawan musuh, maka Allah akan menolongmu dengan mengalahkan musuh dan Dia akan menolongmu serta meneguhkan kedudukanmu dalam peperangan agar tidak terkalahkan. (Ibn Abbas, Tanwir Miqbas, Tafsir QS. Muhamad ayat7).
Sedangkan Imam Al Qaththan menafsirkan QS Muhamad ayat 7: Hai orang-orang mukmin, tolonglah agama Allah dengan melakukan berbagai aktifitas antara lain: Menolong syariahNya; Melaksanakan kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan dalam Islam; Menjalankan aktifitas kehidupan berdasarkan manhaj yang lurus (sesuai Alquran Hadis), niscayaAllah akan menolongmu dengan mengalahkan musuh-musuhmu dan meneguhkan kedudukanmu. Ini adalah janji yang benar dari Allah. Sungguh orang-orang mukmin terdahulu telah memperoleh pertolongan dari Allah, maka sekarang kami adalah orang-orang yang mencari pertolongan Allah dengan menolong agamaNya dan berjalan sesuai manhajNya, sehingga Allah menolong kami dan menetapkan kedudukan kami, serta Allah tidak mengingkari janji. (Imam Al Qaththan, Tafsir Al Qaththan, Tafsir QS Muhamad ayat 7).
Dari tafsir ini jelas bahwa kitalah yang butuh menolong agama Allah karena hal itu akan menjadi jalan bagi kita untuk mendapat pertolongan dari-Nya, terutama di saat tidak ada pembela dan pelindung selain daripada-Nya.
Surat Muhamad ayat 7 ini diperkuat dengan QS Ali Imran ayat 52, isinya adalah dialog antara nabi Isa AS dengan umatnya, bahwa nabi Isa AS menyampaikan seruan Allah untuk menolong agamaNya, maka pengikut Nabi Isa yang setia segera menyambutnya bahwa merekalah penolong-penolong agama Allah. Inilah perintah yang mewajibkan untuk membela, menolong agama Allah; Membela, menolong Allah dan RasulNya. Firman Allah QS.Ali Imran ayat 52:
۞فَلَمَّآ أَحَسَّ عِيسَىٰ مِنۡهُمُ ٱلۡكُفۡرَ قَالَ مَنۡ أَنصَارِيٓ إِلَى ٱللَّهِۖ قَالَ ٱلۡحَوَارِيُّونَ نَحۡنُ أَنصَارُ ٱللَّهِ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَٱشۡهَدۡ بِأَنَّا مُسۡلِمُونَ ٥٢
52. Maka tatkala Isa mengetahui pengingkaran mereka (Bani lsrail) berkatalah dia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?” Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: “Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri(orang-orang Islam).
Imam Qurtubi dalam tafsir Alqurtubi QS Ali Imran ayat 52: Maka tatkala Isa mengetahui/mendengar perkataan orang kafir/ menemukan pengingkaran mereka (Bani lsrail), yaitu hendak membunuh Nabi Isa AS.Hasan berkata: makna“Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?” adalah untuk mendakwahi mereka ke jalan Allah Azza wa Jalla; Untuk melindungi dari kaumnya dan untuk eksistensi dakwah. Dari Hasan dan Mujahid: Ini adalah sunnatullah yang terjadi pada para nabi dan para wali Allah/kekasih Allah. Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: “Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, maksudnya menolong agama Allah dan para nabiNya. Selanjutnya para hawariyyin berkata: Kami beriman kepada Allah dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri. (Imam Qurtubi, Tafsir Alqurtubi, Tafsir QS Ali Imran ayat 52)
Kata yang digunakan pada ayat-ayat di atas adalah ansharullah yang bermakna penolong atau pembela Allah. Jelas sudah bahwa hal ini diperintahkan oleh Allah, bukan direka-reka oleh kaum Muslimin. Bila ditanyakan Allah tidak memerlukan pertolongan kita, mengapa Dia perintahkan kita menolong-Nya? Jawabannya sama dengan jawaban atas pertanyaan berikut: “Jika Dia tidak memerlukan ruku’ dan sujud kita, mengapa Dia perintahkan kita menyembah-Nya?” Sebabnya adalah karena apa yang kita lakukan itu adalah kebutuhan kita sendiri, yaitu mengharapkan pahala Allah untuk diri kita.
Perintah menolong agama Allah berikan juga agar menjadi jelas siapa yang membela agama-Nya dan siapa yang tidak. Ini seperti yang disebutkan di dalam Al-Quran: “… dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS 57: 25).
Dengan demikian pernyataan “Tuhan tidak perlu dibela” adalah bathil dan tidak bersumber dari ajaran Islam. Karenanya kita sebagai pembela dan penolong agama Allah, harus menjelaskan kebathilannya dan mengajak umat kembali kepada pemahaman yang benar yang bersumber dari Alquran dan Hadist.