Oleh : Iffah Ainur Rochmah
تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ رَسُوْلِهِ
“Akutinggalkan kepada kamu dua perkara, kamu tidak akan tersesat selamanya selama kamuberpegangdengankedua-duanya,yaitukitabAllah(Al-Qur’an)dansunnahku.”(HR AlHakim)
Secara lugas, manthuq hadits di atas menerangkan bahwa Rasulullah saw mewariskan pada umatnya dua hal yaitu kitabullah (Al Qur’an) dan as Sunnah. Semua umat Muhammad bisa menjadikan keduanya sebagai petunjuk agar tidak tersesat selamanya dengan syarat mereka bertamassukpada keduanya. Menurut mu’jam al Ghaniy lafadz attamassuk semakna dengan al i’tisham yakni berpegang teguh dan mengenggam kuat agar tidak terlepas. Maka memaknai hadits di atas bisa dilakukan dengan merujuk penjelasan mufassir tentang ayat I’tisham. Diantaranya di dalam QS Ali Imran; 103:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah secara keseluruhan, dan janganlah kamu bercerai berai..”
Yang dimaksud dengan tali Allah menurut Imam Baidlawi adalah agama Islam atau kitab-Nya. Jadi, berpegang teguh pada tali Allah, berarti berpedoman hidup pada Alquran. Ini berdasarkan sabda Rasul saw:
‘Aku tinggalkan diantara kalian kitab Allah. Ia adalah tali Allah. Barang siapa yang mengikutinya, niscaya berada atas petunjuk hidayah. Barang siapa yang meninggalkannya,niscaya tersesat’.(HR.Ibn Abi Syaibah dan Ibn Hibban).
Selanjutnya lafazh جَمِيعًاpada ayat tersebut juga memerintahkan agar sikap teguh berpedoman hidup pada kitabullah dilakukan secara keseluruhan. Maknanya, Al Quran tidak boleh diambil sebagian dan ditinggalkan sebagian lainnya. Demikian juga harus diambil pedoman dari seluruh hadits- hadits yang menjabarkan dan mencontohkan secara nyata isi Al Quran. Jangan sampai syariah dipakai untuk hal yang dianggap menguntungkan dan syariat disingkirkan saat dianggap mengancam kedudukan dan kemaslahatan diri dankelompoknya.
Saat ini kedua warisan Rasulullah itu begitu dibutuhkan umat. Mereka telah tersesat jauh dari jalan menuju predikat khoiru ummah. Umat Islam menghadapi banyak persoalan dan kehidupan mereka serba susah. Ajaran agama mereka diacak-acak lewat munculnya kampanye Islam nusantara dan moderasi Islam. Bahkan ulama yang seharusnya panutan umat saat ini tergadai. Sebagian difitnah dengan cap radikal, sebagian lagi menjadi stempel penguasa. Kehidupan politik di tengah mereka ibarat bola panas yang siap melahap umat. Kelompok umat begitu diundang ke istana, berubah sikap terhadap umat Islam dan bahkan berubah haluan dalam perjuangan Islam. Umat Muhammad hari ini dikuasai rezim ruwaibidhah yang sedang memperbanyak punggawa lewat agenda deradikalisasi.
Di era hari ini menjaga warisan rasulullah dengan bertamassuk dan i’tisham
terhadap kitabullah dan sunnah nabi
menuntut jiddiyah (kesungguhan),sabar dan ikhtiar serta
pengorbanan untuk memahami secara utuh menyeluruh dua
pusaka warisan Rasulullah, pada keseluruhan isi yang dikandungnya. Selanjutnya,
tamassuk
dan i’tisham
juga mengharuskan pemberlakuannya tanpa tebang pilih pada seluruh aspek
kehidupan. Untuk menjalani itu, tentu tak mudah dan butuh kesabaran dan
perjuangan. Bukankah Rasulullah sudah mengingatkan melalui lisan mulianya:
“Akan datang kepada manusia suatu zaman,orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.”(HR.Tirmidzi)
Tantangan di hadapan kita saat ini diantaranya adalah hilangnya pegangan sebagian umat untuk bersikap. Bukan tidak mungkin mereka tersesat jalan, akibat sesat pikir yang tidak disadarinya. Karena tipu daya kaum liberal dan provokasi rezim anti Islam, mereka mengerdilkan perintah amar makruf nahi munkar yang agung mulia. Sebagai gantinya mereka menggaungkan slogan- slogan membingungkan di tengah umat. Simaklah mereka begitu gigih menentang ikhtiar muhasabah hukkam lewat aksi bertajuk “bela islam, bela Qur’an dan bela tauhid” dan menyuarakan bahwa Islam berikut ajarannya tak perlu pembelaan. Bilapun ingin membela cukup dengan mentradisikan sema’an Qur’an untuk bela Qur’an, ritual tahlilan untuk bela tauhid dan shalawatan untuk bela Rasulullah. Semua terjadi karena arus dominan hari ini bukanlah pemberlakuan kitabullah dan sunnahrasulullah.
Dengan demikian, menjaga dua warisan Rasulullah dan berpegang pada agama Allah harus menjadi amal nyata, bukan hanya slogan dan retorika. Wujudnya, dengan kesungguhan dan kesabaran kita untuk berjuang segenap tenaga mempraktikkan hukum-hukum Allah yang terkandung di dalam keduanyapada seluruh aspek kehidupan, agar tidak tersesat selamanya dan demi meninggikan kalimat Allah-izzul Islam wal muslimin dalam wadah khilafah islamiyah.