Demokrasi Halalkan Kesyirikan

Pertanyaan dari Bu Vita Purwakarta.

“Bagaimana hukum memanfaatkan jin/ syetan apalagi dalam acara kenegaraan sebuah negara dengan mayoritas penduduk muslim yang memiliki banyak pesantren dan ulama’?”

Jawab.

Ibu Vita yang dirahmati Allah, berikut jawaban dari pertanyaan ibu,

  1. Bagaimana hukum memanfaatkan jin/ syetan, apalagi dalam acara kenegaraan?

Jin adalah salah satu makhluk Allah SWT yang berbeda sifatnya dengan manusia.Wujud mereka sulit dibuktikan dengan indera kita.Namun meyakini keberadaannya merupakan perkara keimanan terhadap yang ghaib. Ulama sepakat tentang larangan meminta pertolongan kepada jin.  Perbuatan ini akan menjerumuskan manusia pada kesyirikan karena jin tidak akan membantu manusia kecuali jika manusia itu mengikuti perintahnya.  Inilah yang menyebabkan manusia menyandingkan ketaatan pada Allah SWT dengan ketundukan pada makhluk Nya.  Bahkan Syaikh Shalih Alu Syaikh hafizhahullâh menyebutkan, “Meminta tolong kepada jin merupakan kemusyrikan, karena jin tidak akan menolong manusia kecuali jika dia mendekatkan diri kepada para jin dan memberikan sebagian ibadah kepada para jin itu, dia memberikan kekuasaan kepada para jin sehingga mereka mendapatkan kesenangan dengan manusia. Sebagaimana Allâh Subhanahu wa Ta’alaberfirman:

وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الْإِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا

Dan bahwasannya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa (ketakutan). [QS al-Jin/72:6]

Tidak ada beda pendapat diantara ulama tentang keharaman syirik dan menganggapnya sebagai sebuah dosa besar, sebagaimanadisampaikanRasulullah SAWdalamsebuahhadits dari Abdurrahmân bin Abi Bakrah, dari bapaknya Radhiyallahu anhu , ia berkata, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Perhatikanlah (wahai para sahabat), maukah aku tunjukkan kepada kalian dosa-dosa yang paling besar?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakannya tiga kali. Kemudian para sahabat mengatakan: “Tentu, wahai Rasûlullâh.” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Syirik kepada Allâh, durhaka kepada kedua orang tua,” sebelumnya beliau bersandar, lalu beliau duduk dan bersabda, “Perhatikanlah! Dan perkataan palsu (perkataan dusta),” beliau selalu mengulanginya sampai kami berkata, “Seandainya beliau berhenti”.[HR al-Bukhâri dan Muslim].

Sungguhberatadzab yang akan ditimpakan pada siapa saja yang berbuat kesyirikan.  Pelakunya di akhirat kelak tidak akan mendapat ampunan (an Nisaa[4]:48), amal mereka akan terhapus, sia-sia dan tidak ada nilainya di sisi Allâh (at Taubah [9]:17 dan Az Zumar : 65).

Imam Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan sebab turunnya ayat ini: “para salaf menyebutkan sebab turunnya ayat ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan lainnya, dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu’anhu: bahwasanya kaum Musyrikin dengan kejahilan mereka, mengajak Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam untuk beribadah kepada sesembahan mereka bersama mereka” (Tafsir Ibnu Katsir, 7/113); dan mereka pun akan kekal di dalam neraka(al Maidah[5]:72)

2. Mengapa negara dengan penduduk mayoritas muslim seperti Indonesia dan dikenal punya banyak ulama, banyak pondok pesantren ( dengan para kyainya) dan ormas ormas Islam, pemerintahnya bisa melakukan hal semacam itu?

Ibu Vita yang dirahmati Allah.., memang benar mayoritas penduduk negeri ini mengaku beragama Islam, ulama dan ormas  Islam pun tidak sedikit jumlahnya. Namun agama yang dianut mereka tidak bisa mewarnai corak kehidupan karena di negeri ini sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan) sudah merasuki berbagai sendi kehidupan.Konsekuensi berikutnya aturan Islam tidak menjadi pendoman dalam bersikap dan berbuat.  Alih-alih tunduk dan patuh pada syariah Allah sebagai wujud keimanan yang diyakininya, yang ada justru dengan suka rela mengikuti sistembuatanmanusia, yaitudemokrasikapitalis yangmenjadidasar setiap tindakan.  Dimana benar salahnya sesuatu ditetapkan oleh suara terbanyak ’rakyat’.  Keputusan melakukan atau meninggalkan sebuah perbuatan bukan didasarkan pada standar Islam berupa halal dan haram, tapi semata karena nilai keuntungan materi yang akan diraih.  

Jika pengakuan seorang paranormal yang mengaku bahwa dia diminta untuk turut serta mengamankan pelantikan presiden dengan meminta bantuan bangsa jin seperti genderuwo dan Nyi Roro Kidul tersebut benar, maka harusnya hal ini membuat umat marah sekaligus waspada.  Kesyirikan yang merupakan salah satu dosa besar sudah berani dilakukan secara terang-terangan dari pusat pemerintahan, jika ini dibiarkan bukan mustahil berbagai pelanggaran dan kemaksiatan lainnya akan dipertontonkan tanpa perasaan takut dan khawatir mendapat penolakan.  Karenanya umat Islam harus berani mengungkap pertentangannya dengan aturan Islam serta bahayanya terhadap akidah umat.

Tentu saja sekarang pun sudah banyak ulama, aktivis, dan ormas Islam yang gerah dengan perilaku penguasa yang semakin menunjukkan penentangannya terhadap Islam.Mereka juga tidak diam.  Nasihat, kritik, bahkan upaya menampakkan berbagai pelanggaran yang terjadi sudah disampaikan dalam berbagai kesempatan dengan bermacam cara.  Namunparapenguasatidakbergeming.Tetap nekad mengambil jalan yang bersebrangan dengan Islam.  Ulama dan aktivis  pun dianggap sebagai ancaman yang harus dienyahkan.  Berikutnya, muncullahkriminalisasiulama, aktivis dan ormas Islam sebagai upaya untuk mengamankan jabatan dan kedudukan mereka.

3. Apakah hal tersebut bisa terjadi saat khilafah tegak?

Tentu saja Khilafah Islam tidak akan membiarkan kesyirikanberkembang di tengahtengah masyarakat.  Bahkan Khilafahlah yang akan menjaga akidah umat sehingga murni menyerahkan ketundukan, peribadahan, dan ketaatan hanya pada Allah SWT semata.  Demikian juga meminta pertolongan dan perlindungan pun hanya kepada Allah SWT.  Salah satu bukti sejarah Islam yang menunjukkan bahwa Negara begitu peduli terhadap keimanan rakyatnya adalah sikap Khalifah Umar bin Khaththab dan Gubernurnya ‘Amr bin ‘Ash: Ketika itu sungai Nil berhenti mengalir, maka penduduk Mesir mendatangi ‘Amr bin ‘Ash radhiyallahu ‘anhu –gubernur Mesir saat itu- seraya mengatakan,”Wahai ‘Amr, sungai Nil kita ini memiliki suatu musim untuk tidak mengalir kecuali dengan (mempersembahkan) tumbal.” ‘Amr bertanya,”Tumbal apakah itu?” Mereka menjawab,”Pada tanggal 12 di bulan seperti ini, biasanya kami mencari gadis perawan.Lalu kita merayu orangtuanya dan memberinya perhiasan dan pakaian yang mewah.Kemudian kita lemparkan anak gadisnya ke sungai Nil ini.” Mendengar hal itu, ‘Amr mengatakan kepada mereka,”Ini tidak boleh dalam agama Islam. Islam telah menghapus keyakinan tersebut.”  Ketika masalah ini diadukan kepada Khalifah Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu maka beliau menjawab kepada ‘Amr bin ‘Ash ,”Sikapmu sudah benar”

Ketika manusia membutuhkan bantuan dan perlindungan Islam menyuruh agar menyerahkan diri pada Allah, bermohon dan berdoa kepada Nya bukan dengan mengundang jin dan syetan, sebagaimana firman Allah SWT:

أَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الْأَرْضِ ۗ أَإِلَٰهٌ مَعَ اللَّهِ ۚ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ

Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya). .(QS. An-Naml : 62). 

Dalam ayat lain Allah SWT memerintahkan manusia untuk berlindung hanya kepada Nya:

“Dan jika syaithan mengganggumu dengan satu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah.Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” [TQS. Fushshilat : 36].

Ibu Vita.., meminta pertolongan kepada jin jelas dilarang Allah.  Dan pelakunya  akan mendapatkan sanksi  di dunia serta akan diadzab di akhirat kelak. Namun dalam sistem sekular, demokrasi- kapitalis seperti sekarang akan sulit memberantasnya.  Apalagi Negara pun terlibat sebagai pelakunya.  Hanya khilafah yang akan penyelamatkan akidah umat dari khurafat dan kesyirikan.  Wallaahu a’lam []