Mengenal Lebih Dekat Ummu Aiman , Ibu Asuh Rasulullah Saw

Oleh : Nabila Asy Syafii

MUQADIMAH

Kehidupan ini berwarna, suka duka silih berganti. Tinggal bagaimana kita menyikapinya. Tentu bagi orang-orang beriman akan menjalani kehidupan ini sesuai dengan petunjuk yang telah diberikan oleh Allah melalui Rasulullah.  Orang yang beriman mampu bersikap sabar manakala ujian menimpanya, dan bersyukur ketika nikmat dirasakan.  Oleh karena itu selalu ada kebaikan dan hikmah disetiap peristiwa

Sosok tokoh kita kali ini seorang wanita yang dengan penuh cinta kasihnya mendampingi dan mengasuh anak yatim, yang kelak anak Yatim ini  membawa perubahan besar dunia, dialah Ummu Aiman , pengasuh Rasulullah SAW ketika masih kecil ditinggal wafat ibunya.

MENGENAL SOSOK UMMU AIMAN SANG PENGASUH NABI MUHAMMAD SAW

Ia keturunan Habasyah, bernama Barokah. Ia menikah dengan Ubaid bin Harits Al Khazraji, memiliki anak bernama Aiman,  maka nama kutnyahnyaadalah Ummu Aiman.Ummu Aiman mengenal dan mengikuti tahapan  Nabi SAW sejak Nabi kecil, remaja, menikah,hingga diangkat menjadi Nabi dan wafat nya Nabi SAW. Ummu Aiman diberi usia panjang oleh Allah , beliau wafat di masa pemerintahan khilafah Utsman bin Affan RA.

Saat Nabi Muhammad SAW masih kecil, sekitar umur 6 tahun. Ibunda Nabi, yakni ibunda Aminah berniat untuk berziarah ke makam suaminya di Madinah,dengan mengajak serta Muhammad kecil, ditemani oleh kakek Nabi yaitu Abdul Muthalib dan pembantu setianya Ummu Aiman.

Setelah sebulan di Madinah, mereka memutuskan untuk kembali ke Makkah. Ditengah perjalanan ibunda Aminah sakit, hingga meninggal dunia di Abwa’, perkampungan antara Madinah dan Makkah.

Dengan segenap cinta kasihnya,Ummu Aiman menemani Muhammad SAW kecil pulang ke Makkah.Kini Muhammad SAW kecil dalam asuhan kakeknya, dan dibantu oleh Ummu Aiman. Sering kali Abdul Muthalib mengingatkan kepada Ummu Aiman agar memperhatikan cucunya itu, “ Wahai Ummu Aiman perhatikanlah Muhammad. Aku tadi melihatnya bersama anak-anak lain berada di dekat pohon bidara. Orang-orang ahli kitab menyakini, bahwa cucuku ini kelak, adalah Nabi umat ini.”

Abdul Muthalib tidak bisa mengasuh Muhammad SAW selamanya. Akhirnya Abdul Muthalib pun wafat. Dan Muhammad SAW kecil pun pindah ke rumah Abu Thalib, Ummu Aiman pun mengikuti Muhammad SAW  kecil. Kini Muhammad SAW kecil dalam pengasuh Ummu Aiman dan Fatimah binti asad istri Abu Thalib. Mereka mengasuh Muhammad SAW kecil dengan penuh kasih sayang.

Saat Nabi Muhammad SAW menikah dengan Khadijah, Ummu Aiman dimerdekakan oleh Nabi, karena saat itu statusnya adalah budak yang diwarisi Nabi dari ayahnya. Kemudian Nabi pun menikahkan Ummu Aiman dengan Ubaid bin Harits Al Khazraji, dikaruniai seorang anak bernama Aiman. Kelak Aiman menjadi sahabat Nabi, yang turut dalam hijrah ke Madinah dan juga ikut terlibat dalam kancah medan jihad bersama Nabi Muhammad SAW.  Aiman gugur sebagai syahid dalam peperangan Hunain.

Ketika cahaya Islam menyinari bumi Makkah Ummu Aiman segera menyatakan diri beriman kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW. Namun sayang suaminya  tidak mengikuti jejak Ummu Aiman, sehingga akhirnya mereka berpisah. Ummu Aiman lebih memilih agamanya.

Akhirnya Rasulullah  SAW menikahkan Ummu Aiman dengan Zaid bin Haritsah, yang sebelumnya adalah budak Nabi Muhammad SAW, pemberian Khadijah. Dan telah dimerdekakan oleh Nabi. Dan sangat disayangi Nabi SAW. Dari pernikahan Ummu Aiman dengan Zaid bin Haritsah terlahir seorang anak yang juga menjadi kesayangan Rasulullah SAW yakni Usamah bin Zaid. Dalam peperangan mu’tah Zaid bin Haritsah diangkat Nabi sebagai panglima pasukan. Dalam peperangan ini Zaid bin Haritsah gugur sebagai syahid.

Ummu Aiman termasuk jajaran shahabiyah yang turun dalam beberapa peperangan yang dipimpin oleh Rasulullah SAW sebagai tim kesehatan dan menyiapkan makanan. Beberapa peperangan yang diikuti Ummu Aiman adalah, perang Uhud, Perang Khaibar, dan Perang Hunain.

UMMU AIMAN DI MATA RASULULLAH SAW

Ummu Aiman mengasuh Nabi Muhammad SAW seperti anaknya sendiri. Jika Nabi senang maka Ummu Aiman turut merasa senang, jika Nabi SAW sedih maka Ummu Aiman turut merasa sedih. Ketika Nabi sangat bahagia dengan pernikahan putrinya Fatimah bin Muhammad SAW dengan Ali bin Abi Thalib. Ummu Aiman turut berbahagia, bersama Asma binti ‘Umais, ia mempersiapkan yang diperlukan Fatimah.

Saat Zainab putri Nabi SAW wafat, Umi Aiman turut memandikan dan mengkafani jenazahnya dengan hati  pilu.

Ummu Aiman menempati sisi hati Rasulullah SAW, yang tidak bisa digeser oleh yang lain. Rasulullah tak pernah lupa bahwa Ummu Aiman adalah ibu asuhnya, yang sangat menyayangi Rasulullah. Anas berkata,” Rasulullah berkunjung ketempat Ummu Aiman, aku menemani beliau. Ummu Aiman menyuguhi beliau minum, tapi Nabi menolak. Aku kurang tahu, apakah beliau sedang puasa atau tidak menginginkan minum, Maka Ummu Aiman marah. Imam Nawawi berkata, artinya Nabi menolak itu karena Nabi sedang berpuasa atau hal lain. Ummu Aiman sangat sayang kepada Nabi Muhammad SAW karena ia yang merawat dan mengasuh.  Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah pernah bersabda,” Ummu Aiman adalah ibu keduanya.”

Nabi Muhammad SAW suka memberi apa yang diinginkan oleh Ummu Aiman. Ibnu Shihab berkata,” Anas memberitahunya bahwa setibanya di Madinah, sepulang dari perang Khaibar, orang-orang Muhajirin mengembalikan pemberian orang-orang Anshar , yang selama ini mereka panen hasilnya”. Rasulullah mengembalikan pohon kurma pemberian ibuku. Dan memberikan kebunnya kepada Ummu Aiman ( HR Muslim).

Riwayat lain menyebutkan bahwa Anas RA berkata,” Seorang lelaki memberikan beberapa pohon kurma kepada Nabi SAW, setelah bani Quraidhah dan bani Nadhir ditaklukkan , beliau mengembalikan pemberian itu. Anas berkata, “ Lalu aku disuruh keluargaku untuk meminta kepada Rasulullah apa yang dulu pernah mereka berikan kepada beliau atau sebagiannya. Padahal Nabi SAW telah memberikan kepada Ummu Aiman. Aku  datang kepada Nabi SAW dan memintanya, Nabi SAW memberikannya, tapi Ummu Aiman menolak memberikan, dan berkata,” Demi Allah, aku tidak akan memberikannya kepadamu.Ini sudah diberikan Rasulullah kepada ku”. Maka Rasulullah SAW berkata,” Wahai Ummu Aiman, biarkanlah, engkau akan kuberi ini dan ini. Ummu Aiman tetap tidak mau memberikan, hingga Rasulullah memberinya sepuluh kali lipat atau kurang sedikit.

Imam Nawawi menjelaskan dalan syarahnya, “ Ummu Aiman menolak mengembalikan pemberian Anshor itu, hingga Rasulullah menggantinya sepuluh kali lipat. Ia menolak mengembalikan apa yang telah diberikan Rasulullah.  Karena Ummu Aiman mengira pemberian dari kaum Anshar kepada Rasulullah bukan  untuk sementara waktu.  Lalu untuk menyenangkan hati Ummu Aiman, Nabi mengganti dengan lebih banyak.  Semua itu penghormatan Nabi SAW kepada ibu aasuhnya.

KESEDIHAN UMMU AIMAN SAAT RASULULLAH SAW WAFAT

Saat Rasulullah wafat. Dunia seakan dinaungi mendung yang menghitam, suasana kota Madinah dalam duka mendalam. Pada sahabat dan shahabiyah sangat sedih. Tak terkecuali Ummu Aiman. Kesedihan menghujam dalam. Sebagaimana bait-bait syair ratapan Ummu Aiman, saat Rasulullah wafat.

Duhai mata, bermurah hatilah…

Cucuran air mata sebagai pelipur lara..

Menangislah dan terus  menangis lah…

Bencana di atas segala bencana…

Ketika mendengar kematian Rasulullah…

Duhai mata, menangislah….

Meskipun perpisahan itu hanya di dunia…

Menangislah dan terus menangislah….

Detik ini awal wahyu tiada….

Alirkan sungai air mata…

Mengenang Rasul tercinta…

Penerang dunia, rahmat bagi alam semesta…

Nabi setelah para Nabi mulia…

Nabi penutup sampai akhir masa….

Sungguh kehidupan Ummu Aiman RA penuh berkah dan kebaikan , diberi umur panjang oleh Allah digunakan untuk selalu taat pada Allah SWT dan Rasulullah SAW

KHATIMAH

Ini sekilas kisah Ummu Aiman RA, sungguh tiap detik hidupnya sangat bermakna. Meski perannya dalam Islam tidak semua bisa  tercatat dalam lembar-lembar sejarah. Namun sekilas kisah ini kita bisa mengambil ibrah darinya, yang direfleksikan dalam kehidupan kekinian. Diantaranya kasih sayang dan cinta kasihnya kepada anak-anak, kesabaran, kesetiaan karena Allah  SWT. Ketaatan kepada Allah dan Rasulullah. Semoga kita bisa mengambil ibrah kisah ini.