
Oleh : Nabila Asy-syafi’i
MUQADIMAH
Sa’ad bin Abi Waqash RA berkata : Kami mengajar anak-anak kami tentang
peperangan Rasulullah SAW sebagaimana kami mengajarkan surat – surat Al Quran
kepada mereka “.
Tak heran jika muncul generasi yang beriman kokoh dan menjadi pejuang -pejuang
tangguh yang siap menyebarkan Islam dengan dakwah dan jihad ke segenap penjuru
dunia. Penanaman jiwa kesatria untuk mencintai Allah dan Rasulullah tertancap
kuat.
Negara, lingkungan masyarakat dan keluarga berkontribusi besar, bagi
terwujudnya generasi-generasi ini. Maka masa Rasulullah dan masa sahabat adalah
sebaik – baik masa penerapan Islam dalam seluruh aspek kehidupan.
Gambaran keluarga- keluarga muslim yang mencintai Allah dan Rasulullah nyata
ada. Ibu sebagai pendidik pertama dan utama pun bisa menjalankan tugas dengan
baik. Mereka mengenalkan dan mengajarkan anak-anak nya untuk mencintai Allah
dan Rasulullah. Salah satu diantaranya adalah ibunda Khansa, yang disebut juga
ibunda para mujahid.
MENGENAL AL KHANSA’ RA.
Namanya Al-Khansa’ ra, atau Tumadhar binti ‘Amr bin Syuraid bin ‘Ushayyah
As-Sulamiyah, merupakan salah seorang sahabat wanita yang mulia, wanita yang
bijaksana, cerdas, juga ahli syair. Bahkan para sastrawan mengakui kehebatan
Al-Khansa’ dalam berpuisi, baik di masa sebelum Islam maupun masa setelah
menjadi muslim. Al-Khansa’ ra juga memiliki kepribadian yang baik, akhlak
mulia, pandangan yang tajam, sabar dan berani.
Hidayah datang kepada Al Khansa’ ra, ia ikut dalam rombongan kabilahnya, Bani
Sulaiman, untuk menemui Nabi Saw. dan menyatakan keislamannya. Sungguh
kebenaran Islam menyentuh pikir dan rasanya. Mengguyurkan ketenangan dan
kenikmatan manisnya iman, ia menemukan kebahagiaan yang hakiki dengan memeluk
agama Islam. Ia buang debu-debu jahiliyah, dan ia angkat tinggi- tinggi panji
tauhid, untuk memberi pelajaran kepada dunia, pelajaran berharga yang tercatat
dalam sejarah dari masa ke masa.
Keadaannya berubah total setelah ia masuk Islam, ujian yang dialaminya menjadi
kesabaran yang didasari iman dan dihiasi oleh takwa, hingga ia tidak lagi
merasa sedih ketika kehilangan apa pun dari kenikmatan duniawi ini.
BERANGKAT KE QODISIYAH
Amirul Mukminin Umar bin Khatab, mengirim pasukan ke Qadisiyah.
Maka Al-Khansa’ ra turut berangkat bersama keempat puteranya untuk menyertai
pasukan tersebut.
Empat putera kandung Al-Khansa’ ra yang sanagat ia sayangi, bergabung dengan
pasukan muslim yang ditugaskan untuk membebaskan Qadisiyah. Sehari sebelum
perang, Al-Khansa’ ra. Menyampaikan beberapa wasiat kepada putera-puteranya,
“Hai Putra-putraku, kalian semua memeluk Islam dengan suka rela dan berhijrah
dengan senang hati. Demi Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia. Sesungguhnya
kalian adalah keturunan dari satu ayah dan satu ibu. Aku tidak pernah
merendahkan kehormatan dan merubah garis keturunan kalian. Ketahuilah,
sesungguhnya kehidupan akhirat jauh lebih baik daripada kehidupan dunia yang
fana”.
“Putra-putraku, sabarlah, tabahlah, bertahanlah, dan bertakwalah kepada
Allah. Semoga kalian menjadi orang-orang yang beruntung. Jika kalian melihat
genderang perang telah ditabuh dan apinya telah berkobar, maka terjunlah ke
medan laga dan serbulah pusat kekuatan musuh, pasti kalian akan meraih
kemenangan dan kemuliaan, di dalam kehidupan abadi dan kekal selama-lamanya”.
Keesokkan harinya, dengan gagah berani, mereka terjun ke medan perang
Qadisiyah. Jika ada seorang di antara mereka yang semangatnya mulai surut, maka
saudara-saudaranya langsung mengingatkannya dengan nasihat Ibunda, dan
semangatnya berkobar kembali untuk menyerbu musuh laksana harimau yang
mengamuk. Serangan-serangannya mematikan, membuat musuh-musuhnya binasa atau
lari tunggang langang. Mereka menyerbu ke jantung pertahanan musuh dengan api
semangat yang berkobar, tanpa takut akan kematian, hingga akhirnya keempat
bersaudara itu satu persatu gugur menjadi syuhada.
Sebelum jatuh ke tanah dan meraih mati syahid, setiap orang dari putra
Al-Khansa’ ra. Itu sempat melantunkan pernyataan yang dirangkai dalam bait-bait
puisi sebagai berikut:
Putra pertama berkata, ” saudara-saudara ku, Ibunda yang telah memberi
nasihat kepada kita tadi malam, nasehatnya sangat jelas dan pernyataannya
lugas, kalian akan berhadapan dalam pertempuran dengan bala tentara pasukan
Sasan ( Persia), mereka hanya seperti anjian yang melolong
Putra kedua berkata, “Sesungguhnya ibunda itu tekadnya bulat dan tegar.
Telah menyuruh kita agar tetap teguh dan benar. Itulah nasihat yang menunjukkan
kasih sayangnya kepada kita. Maka teruslah berperang dan habisi musuh sebanyak-
banyaknya.
Putra ketiga berkata, ” Demi Allah ! Kita tidak akan melanggar sedikitpun
nasihat ibunda. Karena nasihat itu adalah bukti kasih sayang yang tulus dan
lembut. Kobarkan semangat perang dan serbulah pasukan musuh, hingga kalian
berhasil menghancurkan pasukan Kisra sampai habis.
Putra keempat berkata, aku tidak pantas menjadi anak Al Khansa dan Akhram, aku
tidak pantas menjadi orang terhormat yang membanggakan jika tidak berada di
garis depan pasukan melawan pasukan ‘akan, menyerbu tanpa rasa gentar dan
melibas setiap rintangan.
MEREKA TELAH SYAHID
Keempat saudara itupun syahid, akhir kematian yang InsyaAllah husnul khatimah.
Yang dicita-citakan oleh mereka telah dijawab oleh Allah. InsyaAllah syurga
telah disediakan bagi mereka.
Ketika Al Khansa’ mendengar berita gugurnya keempat putranya. Kesabaran telah
bertahta dalam jiwanya. Bukan raungan tangisan kesedihan atau jeritan pilu
seorang ibu yang ditinggal mati anaknya dengan menampar pipi sendiri dan merobek
pakaiannya, tidak, Al Khansa’ tidak melakukan hal itu. Melainkan menerima
berita duka itu dengan penuh keimanan, kesabaran dan keikhlasan. Bahkan Al
Khansa’ dengan penuh harap mampu mengucapkan,
“Alhamdulillah yang telah memberiku kemuliaan dengan kematian mereka. Aku
berharap, Allah akan mengumpulkanku dengan mereka di tempat limpahan kasih
sayang-Nya”.
Sungguh suatu sikap yang sangat mengagumkan teladan ibu masa kini dalam
mencetak anak-anaknya menjadi pejuang yang siap mengorbankan harta dan jiwanya untuk
tegaknya Islam dan kaum muslimin.
KHATIMAH
AL khansa’ RA, adalah sosok wanita yang diberi keluasan hati dan pikir oleh
Allah. Sabar dalam menghadapi setiap cobaan, Tulus pengorbanannya demi meraih
keridhaan Allah SWT. Semoga Allah menganugerahi syurga padanya dan keluarganya
Rasulullah Saw. pernah bersabda,
“Siapa yang merelakan tiga orang putra kandungnya (meninggal dunia), maka dia
akan masuk surga. Seorang wanita bertanya, bagaimana jika hanya dua putra?,
Rasulullah Saw. kemudian menjawab: ‘begitu juga dua putra”. (Diriwayatkan oleh
Nasa’I dan Ibnu Hibban dari Anas RA.
Kisah shahabiyah Al-Khansa RA sungguh menginspirasi ibu-ibu muslimah saat ini
untuk mendidik anak-anaknya dengan Islam kaffah dan perjuangannya. Menanamkan jiwa berjuang dan berkorban
untuk tegaknya Islam dan kaum muslimin tanpa rasa takut kehilangan mereka.
Para ibu saat ini tidak perlu gusar dengan
tudingan radikal dalam mendidik putra-putrinya sebab pengenalan, pembiasaan,
dan penanaman konsep Islam kaffah dan perjuangan menegakkannya adalah bagian
dari menyiapkan anak-anak menjadi sosok muslim sejati yang akan menjadi jariyah
bagi kedua orang tuanya kelak di akhirat.(NAS)
Sumber :
Mahmud Al-Mishri, 35 Sirah Nabawiyah : 35 Sahabat Wanita Rasulullah saw..
Abdullah Masih Ukan, Tarbiyah Al Aulad fi Islam.