Tafsir QS. Al Hujurat Ayat 10 Ukhuwwah Islamiyah

Oleh : Himatul Aliyah

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ [٤٩:١٠]

Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. (QS. Al Hujurat: 10)

Trilogi Ukhuwwah NU

Sejak Munas dan Konbes NU di Cilacap, tepatnya 23-25 Rabiul Awal 1408 H/15-17November 1987 M di Pondok Pesantren Ihya’ Ulumuddin Kesugihan Cilacap Jawa Tengah, NU semakin gencar mengarusutamakan trilogi ukhuwwah: Islamiyyah (persaudaraan sesama muslim), Insaniyyah atau Basyariyyah (persaudaraan sesama manusia) dan Wathaniyyah (persaudaraan sesama anak bangsa). Gagasan tersebut berawal dari makalah Rais Aam PBNU (1984-1991KH Achmad Shiddiq berjudul “Ukhuwwah Islamiyyah dan Kesatuan Nasional: Bagaimana Memahami dan Menerapkannya”

(NU online 1 Februari 2020https://www.nu.or.id/post/read/116091/tafsir-kh-muchith-muzadi-atas-trilogi-ukhuwah-kh-ahmad-shiddiq)

Telaah Makna Ukhuwwah

Merujuk pada QS. Al Hujurat:10, Ibnu Abas dalam tafsirnya  menjelaskan bahwa, orang-orang beriman itu berukhuwwah atau bersaudara di dalam agama. Maka perbaikilah hubungan antara kedua saudara kalian berdasarkan Kitab Allah. Dan takutlah kepada Allah dalam apa yang Allah perintahkan kepada kalian dalam kebaikan, agar Allah menyayangi kalian dan tidak menyiksa kalian.

Senada dengan ayat tersebut, Rasulullah pernah bersabda : “Seorang mukmin adalah cermin mukmin yang lain.  Seorang mukmin adalah saudara mukmin yang lain.” (HR. Bukhari dan Abu Dawud).

 Dalam hadist lain :

الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ، وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللهُ فِي حَاجَتِهِ، وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Seorang muslim itu saudara muslim yang lain.  Dia tidak mendzaliminya dan tidak pula membiarkannya didzalimi. Barang siapa memenuhi kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memenuhi kebutuhannya.  Barangsiapa menghilangkan kesusahan dari sesama muslim, maka Alllah akan menghilangkan salah satu kesusahan dari kesusahan-kesusahannya di hari kiyamat.  Barangsiapa menutupi aib seorang muslim maka Allah akan menutupi aibnya di hari kiyamat.” ( HR. Muttafaq ‘alaih)” 

Sabda Rasulullah yang lain :

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِى تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal kasih sayang dan hubungan kekerabatan mereka adalah bagaikan satu tubuh.  Jika salah satu anggota tubuhnya kesakitan maka seluruh tubuhnya akan merasakan demam dan sulit tidur”. (HR. Imam Muslim)

Ayat maupun hadist-hadist tersebut di atas menjelaskan bahwa Allah sendiri yang menetapkan jika persaudaraan yang diperintahkan oleh Islam adalah persaudaraan sesama mukmin atau muslim. “ إِنَّمَا “ yang mengawali ayat di atas merupakan pembatasan bahwasannya persaudaraan itu hanya ada di antara orang mukmin atau muslim. Karena jika disebutkan salah satu berarti mukmin mewakili muslim dan sebaliknya. Tidak ada  persaudaraan dengan sesama manusia atau sebangsa yang non muslim. 

‘Aisyah pernah mendengar Nabi saw. bersabda : ”Sesungguhnya orang yang paling dibenci Allah adalah orang yang suka menentang perintah Allah.” (HR. Muttafaq ‘alaih).  Orang yang paling sengit penentangannya terhadap perintah Allah bahkan tidak percaya kepada Allah adalah orang-orang kafir atau non muslim.  Sehingga tidak mungkin Allah memerintahkan orang-orang muslim bersaudara dengan orang-orang yang Dia benci.

Hal tersebut ditegaskan oleh Allah SWT, dalam QS. Mumtahanah :1, yang bunyinya :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ تُلْقُونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَقَدْ كَفَرُوا بِمَا جَاءَكُمْ مِنَ الْحَقِّ يُخْرِجُونَ الرَّسُولَ وَإِيَّاكُمْ ۙ أَنْ تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ رَبِّكُمْ إِنْ كُنْتُمْ خَرَجْتُمْ جِهَادًا فِي سَبِيلِي وَابْتِغَاءَ مَرْضَاتِي ۚ تُسِرُّونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَأَنَا أَعْلَمُ بِمَا أَخْفَيْتُمْ وَمَا أَعْلَنْتُمْ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْهُ مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيلِ [٦٠:١]

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad di jalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus.

QS. Ali Imran : 118-119 Allah  juga menegaskan :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ ۚ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآيَاتِ ۖ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ [٣:١١٨]

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.”

هَا أَنْتُمْ أُولَاءِ تُحِبُّونَهُمْ وَلَا يُحِبُّونَكُمْ وَتُؤْمِنُونَ بِالْكِتَابِ كُلِّهِ وَإِذَا لَقُوكُمْ قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا عَضُّوا عَلَيْكُمُ الْأَنَامِلَ مِنَ الْغَيْظِ ۚ قُلْ مُوتُوا بِغَيْظِكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ [٣:١١٩]

Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata “Kami beriman”, dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari antaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): “Matilah kamu karena kemarahanmu itu”. Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati.

Dalam ayat di atas  dengan lugas Allah melarang berteman dengan orang-orang kafir yang merupakan musuh Allah dan musuh orang-orang yang beriman.  Apalagi menjadikan mereka saudara, pasti lebih dilarang.  Karena mereka adalah orang-orang yang akan membawa kemudlaratan, membuat kesusahan, dan sangat benci terhadap orang-orang mukmin,  lahir, terlebih batinnya. Persaudaraan dengan mereka adalah persaudaraan yang merugikan, karena mereka tidak pernah suka kepada orang mukmin.

Dengan demikian persaudaraan sesama mukmin hanya ada Ukhuwwah Islamiyah.  Tidak ada Ukhuwwah Insaniyah maupun Wathaniyah seperti seperti yang digagas oleh KH. Achmad Shiddiq.

Wallahu a’lam bish-shawab