Ruqayyah Binti Muhammad Saw, Muslimah yang Berhijrah Dua Kali

Oleh : Nabila Asy Syafi’i


MUQADIMAH

Sinar keimanan senantiasa terpancar dari wajah cantiknya. Ketundukan dan ketaatannya pada Allah dan Rasulullah menjadikan dia dalam barisan orang-orang mulia. Namanya terus dikenang, tak lekang oleh jaman dan perubahan. Dia adalah Ruqayyah binti Muhammad SAW.

MENGENAL SEKILAS SOSOK RUQAYYAH

Ruqayyah dilahirkan saat Rasulullah SAW berusia 33 tahun. Ia adalah putri kedua perempuan Rasulullah SAW dengan Khadijah Al-Kubra.

Ruqayyah masuk Islam bersamaan dengan Ibundanya, Khadijah yang juga memilih Islam.

Ruqayyah dinikahkan dengan Utbah bin Abu lahab. Saat Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Nabi dan Rasul, Abu Lahabq, orang yang paling memusuhi Rasulullah dan Islam. Abu Lahab kerap menghasut orang-orang Makkah agar memusuhi Nabi dan para sahabat. Begitu pula istrinya, Ummu Jamil, yang senantiasa berusaha mencelakakan Rasulullah dan memfitnahnya. 

Allah menurunkan firman-Nya berkenaan dengan sikap Abu Lahab dan istrinya dalam QS Al Lahab :
“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut.” (QS Al-Lahab: 1-5)

Setelah ayat ini turun, Abu Lahab berkata kepada anaknya, “Hubungan kita terputus jika kau tidak menceraikan anak perempuan Muhammad.” 

Ruqayyah kemudian diceraikan oleh Utbah, hal itu terjadi sesaat setelah pernikahan, dan belum sempat dicampuri.

Setelah itu Utsman bin Affan menikahi Ruqayyah di Makkah. Hati Ruqayyah pun berbunga -bunga dengan pernikahannya ini. Utsman bin Affan seorang Muslim yang kuat keimanannya, lemah lembut dan berbudi luhur, tampan, kaya raya, dari keluarga bangsawan Quraisy.

Dari pernikahannya dengan Utsman bin Affan, Ruqayyah melahirkan seorang anak lelaki yang di beri nama Abdullah, yang meninggal dunia diusia 6 tahun karena sakit.

RUQAYYAH BINTI MUHAMMAD SAW BERHIJRAH KE HABASYAH


Ketika penderitaan kaum Muslimin bertambah berat, karena tekanan dan penindasan dari kaum kafir Quraish di Mekkah. Maka Rasulullah mengizinkan kaum muslimin untuk berhijrah ke Habasyah. Utsman bin Affan beserta keluarganya dan beberapa Muslim lainnya bersiap diri meninggalkan Mekkah menuju Habasyah.

Rombongan muhajirin ke Habasyah ini membawa 11 orang wanita. Termasuk di dalamnya Ruqayyah binti Muhammad SAW. Ini menunjukkan bahwa Muslimah adalah bagian dari dakwah dan jihad di jalan Allah SWT. Mereka rela meninggalkan kesenangan hidup, harta, keluarga dan negerinya hanya demi Allah, demi menyelamatkan keimanan dan keislamannya.

Setibanya di Habasyah, mereka memperoleh perlakuan yang sangat baik dari Raja Habasyah. Mereka bisa hidup tenang tanpa ada penyiksaan.

Anas bin Malik meriwayatkan, Utsman bin Affan keluar bersama istrinya, Ruqayyah, putri Rasulullah SAW menuju negeri Habasyah. Lama Rasulullah SAW tidak mendengar kabar putri dan menantunya. Kemudian datang seorang wanita Quraisy berkata, “Wahai Muhammad, aku telah melihat menantumu bersama istrinya.” 

Nabi SAW bertanya, “Bagaimanakah keadaan mereka ketika kau lihat?” 

Wanita itu menjawab, “Dia telah membawa istrinya ke atas seekor keledai yang berjalan perlahan, sementara ia memegang kendalinya.” 

Maka Rasulullah SAW bersabda, “Allah menemani keduanya. Sesungguhnya Utsman adalah laki-laki pertama yang hijrah membawa istrinya sesudah Luth AS.”

Hingga datang berita kepada kaum muslimin yang ada di Habasyah bahwa keadaan kaum Muslimin di Makkah telah aman. Mendengar berita tersebut, ditambah kerinduan kepada kampung halaman, maka Utsman memutuskan bahwa kafilah Muslimin yang dipimpinnya itu akan kembali lagi ke Makkah. Akhirnya mereka pun kembali. Namun kenyataan yang mereka jumpai berbeda dengan apa yang dengar ketika di Habasyah. 

Mereka menyaksikan keadaan kaum Muslimin di Makkah masih mendapatkan penderitaan, bahkan lebih parah lagi. Pembantaian dan penyiksaan atas umat Islam semakin meningkat. Untuk menghindari berjumpa dengan kaum kafir Quraish yang kemungkinan akan menyiksa mereka, maka rombongan ini memasuki kota Makkah Ketika gelap malam telah menyelimuti, dan keadaan dirasa aman, barulah mereka menuju rumah masing-masing. Ruqayyah pun pulang ke rumahnya, melepas rindu terhadap orang tua dan saudara-saudaranya. Namun ternyata ibundanya, Khadijah, telah wafat. Ruqayyah dilanda kesedihan yang sangat mendalam. Namun ia tetap bersabar atas ujian yang dihadapinya.

RUQAYYAH BINTI MUHAMMAD SAW BERHIJRAH KE MADINAH


Tak lama kemudian, kaum Muslimin diijinka untuk berhijarah, kali ini tujuannya ke Madinah. Ruqayyah juga ikut hijrah bersama suaminya, Utsman, sehingga dia menjadi wanita yang hijrah dua kali. 

Tak lama setelah mereka tinggal di Madinah, bergema seruan Perang Badar. Para sahabat bersiap-siap untuk menghadapi musuh-musuh Allah. Namun bersamaan dengan itu, Ruqayyah jatuh sakit. Rasulullah pun memerintahkan Utsman bin Affan untuk tetap tinggal menemani dan merawat istrinya. Hingga akhirnya Ruqayyah menghadap ke haribaan Allah SWT di Madinah.

Ruqayyah binti Muhammad SAW wafat pada bulan Ramadhan tahun kedua Hijrah. Bersamaan dengan kemenangan kaum muslimin di medan perang Badar. Kaum muslimin berduka dengan wafatnya Ruqayyah binti Muhammad SAW. Disisi lain juga merasa senang dan bersyukur kepada Allah SWT karena kemenangan di medan perang Badar.

KHATIMAH

Kesabaran dan keikhlasan Ruqayyah binti Muhammad SAW dalam mengahadapi setiap cobaan yang silih berganti adalah cerminan keimanan yang kokoh. Intimidasi, persekusi, penindasan dari kaum kafir Quraish mengharuskannya berhijrah dua kali. Meninggalkan negeri, keluarga dan harta benda, menuju negeri dan penduduk yang belum pernah dikenalnya. Sungguh pengorbanan dan perjuangan yang luar biasa.

Sungguh perjalan hidup Ruqayyah binti Muhammad SAW memberikan banyak ibrah kepada kita, diantaranya:
1. Mengajarkan untuk selalu teguh dan kokoh dalam keimanan kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW. Apapun dan dimanapun situasi dan kondisi yang melingkupi.
2. Selalu bersabar dan ikhlas atas setiap ujian hidup yang menghampiri.
3. Rela berkorban di jalan Allah SWT, semata untuk menggapai keridhaan Allah SWT da Rasulullah SAW.

Dan masih banyak ibrah yang bisa diambil, selain dari yang disebutkan diatas. Semoga kita senantiasa bisa menjadi hamba Allah yang senantiasa tunduk dan patuh kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW dengan penuh keikhlasan.