
Oleh: Nabila Asy Syafii
MUQADIMAH
Keimanannya memancarkan cahaya, menerangi kegelapan. Hidupnya kini penuh makna. Pengabdian tertinggi kepada Allah SWT dan Rasulullah.
Ketika diceraikan suaminya karena keislamannya, maka tak menjadikan hatinya resah gelisah, diterima ketetapan itu dengan hati penuh ridha dan ikhlas karena Allah. Wanita berparas cantik, anggun, lembut serta berakhlak mulia. Dialah Ummu Kalsum binti Muhammad SAW.
Lembar -lembar hidupnya diukir dengan kebaikan demi kebaikan, hingga ajal menghampirinya. Ketaqwaan dan keimanan melekat dalam jiwa dan raganya.
SAYYIDAH UMMU KALSUM BINTI MUHAMMAD SAW WAJAH YANG SELALU BERCAHAYA.
Ummu Kultsum adalah putri ketiga Rasulullah SAW dan Khadijah Al-Kubra, setelah Zainab dan Ruqayyah. Pemilik wajah cantik, selalu berseri-seri, bersih memancarkan cahaya kesucian, sebagaimana yang ada dalam hati sanubarinya.
Ketika sinar kebenaran Islam memancar, maka putri-putri Rasulullah SAW segera menyambutnya tanpa penolakan dan perdebatan, sami’na wa atha’na. Sungguh keimanan kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW mengantarkan keberkahan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Ummu Kultsum dan Ruqayyah, kakaknya seperti anak kembar, karena selisih usia yang tidak jauh, membuat mereka sangat dekat satu sama lain. Mereka berdua juga memiliki wajah yang hampir sama. Pun mereka berdua juga gemar melakukan segala sesuatu bersama-sama.
Saat Sayyidah Ruqayyah menikah dengan Uthbah bin Abu lahab, bersamaan dengan itu Sayyidah ummu Kalsum menikah dengan Uthaibah bin Abu Lahab. Sehingga kakak beradik ini menikah dengan kakak beradik putra dari Abu Lahab dengan Ummu Jamil.
Ketika Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Nabi dan Rasul. kemudian turun surat Al-Lahab yang berisi celaan kepada Abu Lahab. Maka Abu Lahab dan istrinya, Ummu Jamil, menjadi marah dan geram. Mereka meminta kedua anaknya Uthbah dan Uthaibah, untuk menceraikan putri Rasulullah Muhammad SAW. Maka Uthbah menceraikan Ruqayyah dan Uthaibah menceraikan Ummu Kalsum, yang belum sempat dicampurinya.
Kedua putri yang mulia ini, kembali dalam asuhan keteduhan dan kelembutan ayah bundanya. Mungkin itulah cara Allah menyelamatkan mereka berdua dari musuh-musuh Islam.
Ummu Kultsum bersama ibunda dan saudara -saudara mengikuti ajaran ayahnya, Islam. Ketika ada seruan hijrah ummu Kalsum ikut hijrah ke Madinah beserta keluarganya.
Ketika saudarinya, Ruqayyah wafat tahun ke 2 H., kemudian Rasulullah menikahkan Ummu Kalsum dengan Usman bin ‘Affan yang merupakan kakak iparnya sendiri (suami dari Ruqayyah) pada tahun ketiga H. bulan Rabi’ul Awwal. Ummu Kalsum tidak memiliki keturunan dari pernikahan dengan Usmaan bin Affan.
Usman bin ‘Affan dijuluki Dzun Nurain (Orang yang memiliki dua cahaya). Disebabkan karena menikahi kedua putrinya Rasulullah saw. tersebut.
Ummu Kalsum meninggal dunia di Madinah bulan Sya’ban tahun ke 9 H. Rasulullah saw. turut menyalatinya, sementara yang bertindak turun di kuburannya adalah Ali, Al-Fadhl, Usamah bin Zaid r.a., dan Thalhah Al-Anshariyah. Yang memandikan jenazahnya adalah Asma binti Uwais dan Shafiyyah binti Abdul Muthallib.
Setelah kepergian Ummu Kultsum, Rasulullah saw. bersabda kepada Utsman, “Seandainya aku mempunyai putri yang ketiga, niscaya akan aku nikahkan ia denganmu wahai Utsman.”
KHATIMAH
Perjalanan hidup Ummu Kalsum, memberikan ibrah kepada kita. Pilihan untuk setia
berpegang kepada ajaran Islam dengan patuh dan taat kepada Allah SWT dan
Rasulullah SAW.
Sungguh ketaatan kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW akan mengantarkan kepada
kehidupan yang barokah dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Kecintaan hakiki adalah pada Allah SWT dan Rasulullah SAW, bukan kepada manusia
biasa, jikalau kita di wajibkan patuh dan berbuat baik kepada orangtua atau
suami atau yang lainnya tidak lain karena Allah SWT dan Rasulullah SAW
memerintahkan hal tersebut, dan kita wajib mematuhi dan mentaati Allah dan
Rasulullah semata mengharapkan keridhaan dan kecintaan Allah SWT dan Rasulullah
SAW