Oleh : Nabila Asy Syafii
MUQADIMAH
Suaramubalighah.com, Muslimah Inspiratif – Semerbak harum namanya, tak lekang oleh waktu. Darinya diambil banyak ilmu sepanjang waktu. Wanita yang dijamin kesuciannya oleh Al Quran.
Dilahirkan di rumah yang penuh cahaya keimanan. Kedua orang tuanya adalah sahabat terbaik Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dia tumbuh dalam bimbingan agama Islam yang mulia, sehingga tak heran jika dia berbudi pekerti yang luhur, beraklak mulia, terpancar kebaikan dalam setiap perbuatannya.
Dia adalah Sayyidah Umul Mukminin Aisyah binti Abu Bakar Radhiallahu “anha.
SEKILAS SOSOK SAYYIDAH AISYAH BINTI ABU BAKAR
Mengupas tentang sosok Sayyidah Aisyah ra, secara detil tentu membutuhkan banyak lembar-lembar buku, oleh karena dalam media yang terbatas, kita mngenalsekitas tentang sosok beliau.
Sayyidah Aisyah tidak mengalami fase kehidupan jahilayah, karena ketika terlahir ke dunia kedua orang tuanya telah memeluk Islam, yakni Abu Bakar As sidiq dengan Ummu Ruman bin Amir bin Uwaimir al-Kinaniyahradhiallahu ‘anha.
Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim, dari Urwah bin az-Zubair bahwa Aisyah istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata,
لم أعقل أبوي إلا وهما يدينان الدين
“Aku belumlah berusia baligh ketika kedua orang tuaku sudah memeluk Islam.”
Ini artinya, Ketika Sayyidah Aisyah lahir, cahaya Islam telah menyinari bumi.
Oleh karena itu, Aisyah lahir dalam keadaan Islam, pada tahun 9 Sebelum Hijrah. Aisyah ra, memiliki Nama Kun-yah Ummu Abdullah dan laqobnya adalah ash-Shidqiyah. Sayyidah Aisyah ra adalah salah satu dari istri baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam maka beliau juga dipanggil dengan ummul mukminin (ibunya orang-orang beriman). Nabi sering memanggil dengan panggilan kesayangan Humaira.
Sayyidah Aisyah ra tumbuh di lingkungan keluarga yang sangat mahir dalam sastra, ayahnya yakni Abu Bakar As sidiq dikenal sangat fasih berbicara, memgausai nasab bangsa Arab, dan mengusai peristiwa – peristiwa besar yang terjadi dalam sejarah masyarakat Arab. Oleh karena itu tak heran jika Aisyah ra pun menguasai sastra Arab dan fasih dalam bertutur kata.
Abu Umar bin Abdul Barrrahimahullah berkata,” pada masanya nyaris tidak ada yang menandingi Aisyah dalam 3 bidang keilmuan : ilmu fikh, kedokteran, dan puisi.”
Imam AdzDzahabi berkata,” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menikah dengan Aisyah setelah Khadijah ra wafat. Beliau menikah dengan Aisyah dan Saudah ra dengan waktu yang bersamaan, namun serumah dengan Saudah ra lebih dahulu selama tiga tahun, kemudian baru serumah dengan Aisyah ra pada bulan Syawal setelah peristiwa Perang Badar. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah menikah dengan gadis perawan selain Aisyah. “
Setelah Rasulullah Saw mandapat ijin dari Allah SWT untuk hijrah ke Madinah, untuk membangun negara Islam yang penuh berkah. Maka beberapa waktu kemudian keluarga Nabi dan juga keluarga Abu Bakar menyusul ke Madinah, termasuk Aisyah. Rambongan mereka dipimpin oleh Abdullah bin Abu bakar.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mulai berumah tangga dengan Aisyah ra. Kota Madinah pun turut merasa bahagia dan senang . Setelah sebelumnya mendapatkan kemenangan di Perang Badar. Pernikahan ini dilaksanakan di bulan Syawwal tahun ke-2 H. Maka, Sejak saat itulah, Aisyah hidup bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam membina rumah tangga bersama suami terbaik dunia dan akhirat.
LUASNYA ILMU UMMUL MUKMIN AISYAH BINTI ABU BAKAR
Keluasan ilmu Ummul Mukminin Aisyah ra tidak diragukan lagi. Seorang ulama wanita yang kesuciannya diumumkan dari tujuh lapis langit. Meski usianya sangat muda ilmunya telah merambah memenuhi sudut-sudut bumi. Dalam meriwayatkan hadits Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam Aisyah ra adalah perawi ulung. Banyak haditsdiriwatkan darinya.
Az Zuhri berkata. ” Jika ilmu Aisyah dibandingkan dengan ilmu yang dimiliki oleh seluruh wanita lainnya, maka ilmu Aisyah lebih unggul.”
Atha bin Abi Rayah berkata, “Aisyah radhiallahu ‘anha adalah orang yang paling fakih (paham agama). Seorang yang paling baik pandangannya dalam permasalahan umat.”
Abu Musa al-Asy’ariradhiallahu ‘anhu berkata, “Tidaklah kami para sahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bingung dalam suatu hadits, niscaya kami bertanya kepada Aisyah, dan pasti kami dapati pengetahuan padanya tentang hal itu.”
Seorang tokoh tabi’in dan keponakan Aisyah, Urwah bin az-Zubair berkata, “Aku tak pernah melihat seseorang yang paling tahu tentang halal dan haram. Tentang ilmu, syair, dan ilmu pengobatan melebihi Aisyah Ummul Mukminin radhiallahu ‘anha.”
Masruq berkata, ” Aku melihat sahabat- sahabat utama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya tentang masalah faraidh ( pembagian warisan) kepada Aisyah ra.”
Aisyah ra, adalah seorang mujtahid, pandangan-pandangan nya tajam, pemahaman terhadap masalah-masalah usuluddin ( pokok-pokok agama) dan ayat-ayat Al Quran yang paling pelik sekalipun sangat mendalam.
Aisyah ra juga pandai membaca, di tengah-tengah masyarakat yang masih jarang memiliki kemahiran ini, maka Aisya ra salah satu wanita yang menguasainya.
Urwah berkata kepada Aisyah ra,” Wahai ibundaku, aku tidak heran dengan pemahamanmu yang mendalam tentang masalah-masalah agama. Bagaimana tidak, engaku adalah istri Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam dan putri Abu Bakar. Aku juga tidak heran dengan pengetahuanmu yang luas tentang puisi. Bagaimana tidak, engkau adalah putri Abu Bakar yang dikenal menguasai pengetahuan sosial masyarakat. Tapi aku heran dengan pengetahuanmu tentang ilmu kedokteran. Bagaimana hal ini bisa terjadi, dan dari mana engkau mempelajarinya?
Aisyah berkata, ” Wahai Urwah, Rasulullah sakit cukup lama di masa akhir hidupnya. Saat itulah banyak delegasi dari berbagai kabilah Arab yang menemui beliau, lalu mereka menjelaskan beberapa obat untuk membantu kesembuhan Nabi. Dan akulah yang mempraktekkannya untuk mengobati beliau. Dari situlah aku mengenal ilmu pengobatan.”
Hisyam menuturkan bahwa ayahnya berkata, ” Aku belajar kepada Aisyah ra. Aku tidak pernah menemui orang yang lebih mengerti tentang ayat-ayat Al Quran, kewajiban agama, sunnah, puisi, kekuatan riwayat, peristiwa-peristiwa besar yang dialami oleh bangsa Arab, dan begini, begitu, kehakiman, dan kedokteran daripada Aisyah ra. Aku pernah bertanya kepadanya, “Wahai bibi, dari mana engkau belajar kedokteran?” Aisyah ra menjawab, ” ketika aku sakit, Rasulullah mengajariku cara mengobatinya, lalu ketika beliau sakit, banyak orang yang memberitahu tentang cara menyembuhkannya. Aku juga mendengar orang-orang membicarakan obat yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit yang mereka alami. Semua itu aku kuasai dengan baik.”
Sayyidah Aisyah ra, banyak di datangi oleh para wanita untuk belajar ilmu agama darinya. Ini membuktikan bahwa para muslimah di masa itu sangat memperhatikan masalah ilmu. Ini juga salah satu bukti bahwa, wanita sangat dimuliakan oleh Islam. Karena adalam ajaran Islam, semua manusia dihadapan Allah SWT sama, yang membedakan adalah tingkat taqwanya.
Demikanlah Ummul Mukminin Aisyah membagikan ilmu dan mengajarkan ilmu agama kepada kaum muslimin , baik laki-laki atau perempuan bersemangat untuk menuntut ilmu.
KHATIMAH
Dari kisah ini, kita bisa mengambil pelajaran, bahwa Islam memberikan kesempatan yang luas bagi siapapun untuk menuntut Ilmu, termasuk kepada wanita, bahkan menuntuk ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim, khususnya ilmu-ilmu yang terkait dengan ilmu agama, ilmu- ilmu terkait pelaksanaan fardlu ‘ain juga Fardlu kifayah.
Dalam perjalanan sajarah Islam, Ummul Mukminin adalah pelopor para muslimah yang bersemangat menuntut ilmu dan mengajarkannya kembali. Hingga akhirnya banyak sekali muslimah yang tidak hanya menguasai ilmu-ilmu yang bersifat fardlu ‘ain, tetapi juga menguasai ilmu-ilmu yang terkategori fardlu kifayah, semisal menjadi ahli hadits , ahli fiqh, ahli kedokteran, dsb.
Islam tidak mengenal emansipasi. Namun Islam sungguh memuliakan wanita. Maka sebagai manusia, wanita dan pria memiliki hak dan kewajiban yang sama. Misalnya dalam soal menuntut ilmu, mengemban dakwah, terikat kepada hukum-hukum Allah, dan kewajiban-kewajiban yang lainnya , maka Islam mewajibkan baik kepada pria maupun wanita. Karena adalam ajaran Islam, semua manusia dihadapan Allah SWT sama, yang membedakan adalah tingkat taqwanya.
Namun, sebagai manusia yang diberi oleh Allah SWT kodrat yang berbeda antara pria dan wanita, maka tentu Islam mengatur akan keberlangsungan kehidupan yang harmonis di tengah masyarakat dan keluarga. Maka Islam memberikan kewajiban dan hak yg berbeda antara pria dan wanita. Misal, pria, kodratnya sebagai pria maka ada kewajiban menafkahi. Menjadi penguasa ( misal Khalifah, wali, dst ), amirul jihad, dsb. Sementara wanita dengan kondratsebgai wanita berhak untuk di nafkahi. Dan dilarang menjadi khalifah, wali, Amirul jihad, Dan seterusnya, yang terkait dengan kekuasaan
Oleh karena itu, ketika aturan Islam diterapkan secara kaffah di muka bumi ini, bisa dipastikan bahwa akan mambawa kepada kebaikan, kemuliaan, keberkahan dan rahmat bagi segenap alam. Namun sebaliknya, jika aturan Islam dicampakkan, maka kehinaan dan kehancuran akan dirasakan oleh segenap makhluk di bumi. Baik cepat atau lambat. Insyaallah.