MENELADANI RASULULLAH DALAM PERJUANGAN DAN DAKWAH

QS. Al ahzab ayat 21

Oleh : Rohmah Rodhiyah

لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا ٢١

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.

Suaramubalighah.com, Hadist-Islam adalah agama yang sempurna mengurus seluruh aspek kehidupan, baik politik, ekonomi, sosial, budaya  dan pemerintahan. Prinsip dari perilaku seorang muslim adalah terikat dengan hukum syara’. Karena Allah mewajibkan kaum Muslimin mengembalikan segala permasalahan hanya kepada Allah (kepada Islam). Artinya kaum muslimin wajib  menyelesaikan seluruh problematika kehidupannya diselesaikan dengan hukum Islam. Setiap muslim wajib terikat dengan hukum syara’, sebagaimana Kaidah Ushul:

الاصل فى افعال الانسان تقيد باحكام الشرعية

’Asal dari perbuatan manusia terikat dengan hukum syara’.

Dengan demikian kaum muslimin dituntut seluruh akktifitasnya sesuai dengan  hukum syara. Baik saat beribadah, bekerja, berekonomi, berpolitik, berbudaya, bergaul, berkeluarga, bertetangga, bermasmasyarakat dan bernegara. Semuanya harus sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Allah. Pelaksanaan syariah Islam secara kaffah ini mudah untuk difahami dan diterapkan karena sudah dicontohkan oleh Rasulullah dalam seluruh tingkah laku beliau.  Ibn Abbas dalam Tanwir Miqbas menasirkan QS Al Ahzab ayat 21: “أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ” – suri teladan yang baik adalah perilaku / jalan hidup yang baik dan lurus bagimu dalam agama.  Ibn Katsir menafsirkan “أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ” – suri teladan yang baik bagimu, maksudnya sangat tampak pada diri Rasulullah adalah lurus dalam agama dan (wajib) mencontoh keseluruhan peri kehidupan Rasulullah SAW.

QS Al Ahzab ayat 21 berkaitan dengan suri tauladan Rasulullah secara umum dan dalam perjuangan / peperangan secara khusus, yaitu saat perang Khandaq / perang Ahzab. Pada saat itu beliau sangat gigih dalam  memperjuangkan Agama Islam, maka beliau memberi contoh dan semangat yang luar biasa kepada para sahabat dalam perang Khandak atau perang Ahzab. Perang kaum muslimin sebagai negara Islam yang baru, wilayahnya baru meliputi Madinah. Kaum muslimin jumlahnya belum begitu banyak, dipimpin oleh Rasulullah berperang melawan negara gabungan dengan membawa pasukan berjumlah 10.000 orang. Sementara pasukan kaun muslimin baru berjumlah 3000 orang.

Untuk mempersiapkan perang, beliau mengundang para sahabat dan bermusyawarah dengannya untuk menetapkan strategi perang. Targetnya adalah mampu memperoleh kemenangan, sekalipun jumlah pasukan kaum muslimin sedikit. Salman Alfarisi mempunyai ide yang luar biasa, Salman memberi usulan bahwa Madinah harus dikelilingi Parit besar. Usulan Salman diterima, persiapan penggalian Parit pada bulan Ramadhan dan perang meletus pada bulan Syawal.  Rasulullah mempersiapkan perang dan pekerjaan besar segera dimulai, yaitu penggalian parit  dengan lebar 4,62 Meter dan kedalaman 3,23 Meter. Kedalaman sangat curam berbentuk segitiga sehingga kuda/onta  kalau terjatuh, tidak bisa bangun kembali. Dengan demikian musuh hanya mampu mengepung di luar Madinah dan sulit/ tidak bisa masuk ke Madinah.  (DR. Syauqi Abu Khalil, Athlas al Tarikh al ‘arabi al Islami).

Subhanallah penggalian ini tidaklah mudah, karena bebatuan. Akan tetapi Rasulullah selalu terdepan dalam melakukan pekerjaan. Bahkan saat menggali, ada batu besar yang tidak bisa dipecahkan oleh para sahabat, akhirnya dipecahkan Rasulullah. Rasulullah juga memberi contoh bersemangat dan yakin akan janji Allah berupa kemenangan, sekalipun jumlah musuh jauh lebih besar. Semangat yang luar biasa untuk memperoleh kemuliaan/ kemenangan. Kekuatan rukhiyah inilah yang berkontribusi besar memperoleh kemenangan. Dengan keyakinan yang penuh terhadap janji berupa kemenangan dan kesungguhan inilah yang mendatangkan nashrulloh, Sebagaimana penafsiran Imam Al Qoththon menafsirkan “أُسْوَةٌ حَسَنَة”- suri teladan yang baik bagimu( dalam peperangan), maksudnya Rasulullah memberi contoh agar umat Islam menetapkan dan mencintai syahid di jalan Allah.

Semangat luar biasa untuk perjuangan sangat penting sekali, sehingga memudahkan Rasulullah mengadakan konsolidasi-menghimpun kekuatan, mengerahkan segala daya upaya, tenaga, harta dan jiwa di jalan Allah. Ini di masa Rasulullah, adapun masa sekarang, karena Islam kaffah belum tegak, maka menjadi  kewajiban kaum muslimin menegakkannya. Sebagai refleksi semangat perjuangan Rasulullah untuk meninggihkan agama-Nya, maka kaum muslimin  harus bersungguh-sungguh menyiapkan diri menyambut seruan  kemuliaan dan kemenangan ini. Karena dakwah sebelum tegaknya seluruh hukum Islam tidak menggunakan kekerasan, akan tetapi dibatasi hanya dakwah pemikiran saja, sehingga senjatanya adalah pemikiran-pemikiran Islam yang shahih dan kuat. Karenanya persiapan diri berjuang meninggikan agama Allah di masa sekarang adalah  Menempah diri agar memperoleh keimanan yang kuat, bersungguh-sungguh agar fakih fiddin (pemahaman ilmu –ilmu Islam yang shahih dan  luas ), mempunyai kepribadian Islam yang kuat  dan memahami fikih dakwah.

Ibn Abbas dan Imam Jalaluddin  menafsirkan

 “ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ ” – bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat. Yaitubagi orang yang mengharap (rahmat/ kemuliaan /pahala karena takut kepada Allah)  dan (kedatangan) hari kiamat (takut siksa di akhirat) dan menafsirkan orang beriman yang banyak menyebut Allah. Artinya meneladani Rasulullah dalam seluruh aspek kehidupan akan  terasa ringan dan membahagiakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir dengan keimanan yang kuat, sehingga senantiasa bertaqwa, yaitu takut kepada Allah, dan banyak mengingat Allah, sehingga mendorongnya  melakukan ketaatan-ketaatan dan meninggalkan maksiat kapanpun dan dimanapan.

Selanjutnya Ibn Abbas menafsirkan “وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا” dan dia banyak menyebut Allah adalah semuanya itu hanya  dilakukan orang-orang beriman yang hati dan lisannya banyak ingat kepada Allah dan melakukannya  dengan ikhlash, hanya karena semata-mata mengharap rahmat, kemuliaan dan ridlo Allah semata.   Sementara Ibn Katsir dalam Tafsir Ibn Katsir menambahkan bahwa yang demikian itu hanya dilakukan hambaNya yang mukmin, yang membenarkan janji Allah  bagi mereka dan Allah memberi  balasan bagi mereka di dunia (kemenangan) dan pahala di akhirat (surga). Pada konteks perang Khandak (Perang Ahzab) adalah janji Allah menolong kaum muslimin dengan mengirimkan angin kencang yang memporak porandakan kaum kafir sebelum peperangan dimulai. Akibatnya kaum kafir yang sedang mengepung Madinah pulang kembali ke negerinya. Akhirnya dengan pertolongan Allah kaum muslimin memperoleh kemenangan dalam menghadapi pasukan gabungan ini. Tentu janji Allah ini juga masih berlaku sampai sekarang, bagi orang-orang yang beriman dalam memperjuangkan tegaknya Agama Allah (Islam secara kaffah). Allah mengabarkan bahwa mereka akan memperoleh kemenangan dengan diberi kekuasaan oleh Allah untuk menegakkan seluruh hukum Islam secara Kaffah. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Annur ayat 55:  “وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَيَسۡتَخۡلِفَنَّهُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ”- Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi. Ibn Katsir dalam Tafsir Ibn Katsir menafsirkan QS. Annur ayat 55 bahwa ini adalah janji dari Alloh kepada rasul-Nya SAW. Karena sesungguhnya Alloh akan menjadikan para khalifah di bumi, maksudnya untuk memimpin dan mengurus manusia. Dengannya akan datang suatu kemaslahatan (Tafsir Ibn Katsir juz 6, hlm 77). Waallahu A’lam.