Oleh : Nabila Asy Syafi’i
Suaramubalighah.com,
Muslimah Inspiratif – Ketika keimanan telah tertanam kuat dalam sanubari, maka
bongkahan hambatan yang menghalangi jernih dan sucinya kebenaran tak bisa
membendungnya
Saat Debu-debu Makkah masih sombong menghambat dakwah, Allah menyiapkan kota
lain untuk menerima dan kelak disanalah negara Islam pertama di tegakkan yakni
Madinah al Munawarah. Diantara penduduk Madinah yang menyambut seruan
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallama adalah Ummu Mundzir binti Qais ra.
Salah seorang sahabiah yang menorehkan catatan sejarah yang sangat indah.
MENGENAL SEKILAS SOSOK UMMU MUDZIR BINTI QAIS RA.
Namanya adalah Salma binti Qais bin Amr bin Ubaid terkenal dengan sebutan Ummul
Mundzir. Dia salah seorang bibi RasulullahShallallahu ‘Alaihi Wasallama dari
pihak ayah. Memiliki saudara bernama Sulaith bin Qais.
Sulaith bin Qais turut serta dalam perang Badar, perang Uhud, perang Khandaq
dan peperangan lain bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallama. Sulaith
bin Qais merupakan pahlawan perang Jisr di bawah pimpinan Abu Ubaidah. Perang
Jisr adalah perang yang terjadi di sebuah jembatan, dalam perang tersebut,
Sulaith bin Qais gugur sebagai syahid pada tahun 14 Hijriyah.
Ummu Mundzir termasuk salah seorang wanita yang pertama memeluk Islam dan ikut
dalam dua baiat yang penuh berkah di hadapan Rasulullah. Sehingga, Ummu
Mundzir diberi gelar Mubayi’atal-Baiatain yang artinya orang yang berbaiat dua
kali.
Ummu Mundzir bin Qais dikenal berakhlak mulia, rajin beribadah, gigih untuk
terus meningkatkan ilmu, rajin membaca Al-Qur’an, menghafal hadits dan
tak pernah lelah menyampaikan dakwah Islam. Sungguh Ummu Mundzir menjalani
agama ini dengan ikhlas sepenuh jiwa raga.
Ummu Mundzir juga termasuk salah seorang shahabiyah yang shalat bersama
Rasulullah menghadap dua kiblat.
UMMU MUNDZIR BINTI QAIS DUA KALI BERBAIAT KEPADA RASULULLAH Shallallahu ‘Alaihi
Wasallama
Setelah Baitul Aqabah pertama, Nabi mengutus Mus’ab bin Umair sebagai da’i
pertama ke Madinah Al-Munawwarah. Di antara berkah dakwah Mush’ab adalah
keislaman Ummul Mundzir. Jadilah ia diantara kaum wanita yang lebih dulu masuk
Islam dan termasuk di antara mereka yang disebutkan Allah dalam firmanNya,
“Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara
orang-orang Muhajirin dan Anshaar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan
baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah. Allah
menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.
Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung.” (QS.
At-Taubah: 100)
Ummu Mundzir ra mengisahkan bagaimana ia berbaiat kepada kepada Rasulullah SAW,
” Aku menemui Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallama bersama wanita-wanita
Anshar untuk berbaiat. Diantara syarat yang diajukan oleh beliau dalam baiat
tersebut adalah, ” Tidak boleh mempersekutukan Allah dengan sesuatu
apapun, tidak boleh mencuri, tidak boleh berzina, tidak boleh membunuh
anak-anak kami sendiri, tidak boleh membuat tuduhan palsu, dan tidak boleh
mendurhakai RasulullahShallallahu ‘Alaihi Wasallama dalam kebaikan, selain itu
RasulullahShallallahu ‘Alaihi Wasallama juga berkata, ” Dan tidak boleh
menipu suami sendiri. “
Ummu Mundzir ra melanjutkan, “Kami menerima syarat-syarat tersebut dan
berbaiat kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallama Kemudian kami
pulang, di tengah perjalanan aku berkata kepada salah seorang wanita yang ikut
berbaiat,” Kembalilah kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallama apa
yang dimaksud menipu suami sendiri?” Wanita itu menanyakan kepada
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallama maka Rasulullah menjawab, ”
Maksudnya, kamu mengambil hartanya, lalu kamu berikan kepada orang lain yang
kamu sukai. ” Ini adalah baiat Ummu Mundzir kepada Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallama untuk kali pertama.
Untuk kedua kalinya, Ummu Mundzir berbaiat kepada Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallama agar mendapatkan keridhaan dari Allah SWT di bawah pohon yang
lebih dikenal dengan baiat Ridwan terjadi pada tahun keenam Hijriyah.
Ketika RasulullahShallallahu ‘Alaihi Wasallama berencana melaksanakan umrah ke
Makkah. Tapi kaum Quraish berusaha menghalangi, sehingga terjadi ketegangan.
Untuk meredakan ketegangan ini Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallama
mengirimkan Utsman bin Affan sebagai duta Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallama untuk menjelaskan kepada kaum Quraish bahwa tujuan Rasulullah dan
kaum Muslimin untuk melaksanakan umrah bukan untuk berperang.
Tokoh-TokohQuraish bermusyawarah untuk menentukan sikap mereka. Sehingga untuk
beberapa waktu Utsman tinggal di Makkah menunggu keputusan mereka yang akan
disampaikan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallama. Sementara itu
muncul kabar di tengah kaum muslimin bahwa Utsman bin Affan telah terbunuh.
Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallamamanyerukapada kaum muslimin untuk
berbaiat. sesuai perintah Allah SWT. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallama
memegang tangannya sendiri dan berkata, “Tangan ini mewakili Utsman.
” Setelah baiat dilangsungkan, Utsman bin Affan datang dan langsung
berbaiat kepada Rasulullah.
Salah seorang wanita yang menyegerakan perintah ini yakni baiat Ridwan ialah
Ummul Mundzir. Ia menyambut perkataan Rasulullah bersama sekelompok
sahabiyah lain yang rela mati. Dengan sikapnya tersebut, dia mendapatkan berita
gembira berupa surga yang telah disabdakan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallama “Tidak akan masuk neraka orang yang mengikat baiat di bawah pohon
ini.” (HR Bukhari).
KEDUDUKAN UMMU MUNDZIR BINTI QAIS DISISI RASULULLAH Shallallahu ‘Alaihi
Wasallama
Pengkhianatan kaum Yahudi Bani Quraizhah terhadap perjanjian damai dengan kaum
Muslimin begitu menyakitkan. Bagaimana tidak? Ketika Perang Khandaq terjadi,
Bani Quraizhah yang memiliki perjanjian damai dengan kaum Muslimin seharusnya
turut menjaga kota Madinah yang dikepung. Akan tetapi , Bani Quraizhah justru
berkhianat dan bergabung dengan pasukan koalisi pimpinan Quraisy. Kondisi kaum
muslimin saat itu benar-benar kritis.
Maka, setelah perang Khadaq usai dan kaum muslimin diberi kemenangan oleh
Allah. Rasulullah SAW melanjutkan perjuangannya, memberi pelajaran kepada Bani
Quraizhah.
Setibanya di perkampungan Bani Quraizhah, pasukan kaum Muslimin melakukan
pengepungan dan melakukan blokade terhadap kelompok Yahudi itu. Menurut
pendapat yang kuat, pengepungan berlangsung selama 25 hari. Pengepungan itu
sangat berdampak bagi Yahudi Bani Quraizhah. Akhirnya mereka menyerah dan siap
menerima sanksi dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallama.
Menyikapi ini, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam melimpahkan
penentuan jenis sanksi yang akan dijatuhkan bagi Bani Quraizhah kepada Sa’ad
bin Mu’adz radhiyallahu ‘anhu. Sa’ad adalah salah seorang tokoh dari Bani
Aus. Bani Aus dahulunya sekutu Bani Quraizha.
Kemudian Sa’ad mengatakan, “Hukum yang saya tetapkan yaitu pasukan mereka
dibunuh, kaum wanita dan anak ditawan.”
Ketika kaum muslimin tengah melaksanakan hukuman yang telah diputuskan oleh
Saad bin Muadz. Ada seorang yahudi bani Quraizhah, bernama Rifa’ah yang ketika
masih di penjara menulis surat kepada Ummu Mundzir yang berisi, ” Mohonlah
kepada Muhammad agar membebaskanku, bagaimanapun aku menghormatimu dan
keluargamu, dan engkau sendiri masih tergolong ibunya.”
Ummu Mundzir ra terlihat gelisah, dan hal itu diketahui oleh Nabi. Maka Nabi
berkata,” ada apa denganmu wahai Ummu Mundzir? ” Ummu Mundzir
menjawab, ” Biarlah ayah dan ibuku menjadi tebusanmu, wahai Rasulullah,
sesungguhnya Rifa’af bin Samau’al sangat dekat dengan kami, ia sering
berkunjung ke rumah kami, dan sangat besar jasanya kepada kami, maka jika
engkau berkenan, hibahkanlah Rifa’ah kepada kami. Dia berjanji akan melakukan
shalat dan makan daging onta.”
Kemudian Rasulullah menyerahkan Rifa’ah kepada Ummu Al-Mundzir seraya
bersabda, “Jika dia mau melakukan shalat, maka itu lebih baik bagi
dirinya. Jika dia tetap kokoh pada agamanya, maka hal itu lebih jelek bagi
dirinya .”
Dan akhirnya Rifa’ah masuk Islam. Dia berkesempatan
mendampingi Rasulullah dan meriwayatkan hadits. Rifa’ah adalah paman
Ummul Mukminin ShafiyyahbintuHuyaiy.
Demikianlah Ummu Mundzir memiliki kedudukan disis Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallama
KHATIMAH
Sungguh Ummu Mundzir ra adalah salah satu diantara para sahabiyah yang mengisi
lembar-lembar perjalanan hidupnya dengan dan untuk Islam. Bergegas menjalankan
apa yang diperintahkan oleh Allah dan Rasulullah. Selalu berakhlak mulia, rajin
beribadah, gigih menuntut ilmu dan meningkatkannya hari demi hari, rajin
membaca Al-Qur’an, dan menghafal hadits Rasulullah.
Ummul Mundzir termasuk perawi hadits wanita. Diantara yang meriwayatkan hadits
dari Ummu Mundzir adalah Ummu Sulaim bin Ayyub bin Hakam, Ayyub bin
Abdurrahman, dan Ya’qub bin Abu Ya’qub Al-Madani.
Ummu Mundzir ra termasuk wanita pejuang, ia tak pernah lelah menyampaikan
dakwah Islam. Sungguh Ummu Mundzir menjalani agama ini dengan sepenuh jiwa raga.
Sehingga ia mendapatkan kedudukan yang terhormat disisi Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallama
Semoga Kita bisa belajar dari kisah hidup Ummu Mundzir ra ini, dan menjadikan
lembaran kehidupan berjalan sesuai dengan sesuai ketentuan hukum-hukum Allah SWT.