Oleh: Nabila Asy Syafi’i
Suaramubalighah.com, Muslimah Inspiratif- Dibalik anak-anak yg hebat, ada ibu yg luar bisa.
Peran seorang ibu tdk bisa dipandang sebelah mata, dari ibu terlahir para
generasi penerus. Ibu juga menjadi sekolah pertama bagi anak-anaknya. Karena
ibulah yg mengandung mereka, dan saat itupun telah dimulai pendidikan buat
putra putrinya.
Salah seorang sosok ibu yang hebat, yang memotivasi anak-anaknya untuk berjuang
dan turut serta dalam jihad demi Islam, adalah Kabsyah binti Rafi’. Bahkan
akhirnya kedua putranya syahid di medan perang.
MENGENAL SEKILAS SOSOK KABSYAH BINTI RAFI’
Nama lengkapnya Kabsyah binti Rafi’ bin Ubaid bin al-Abjur (Khadrah) bin ‘Auf
bin al-Khazrajal-Anshariyahal-Khadariyah. Ibunya bernama Ummur Rabi’ binti
Malik bin ‘Amir bin Fuhairah bin Bayyaadhah. Suaminya bernama Mu’adz bin Nu’man
dari bani Abdul Asyhal. Di antara anak beliau: Sa’ad bin Muadz , ‘Amr bin Muadz
, Iyyas bin Muadz , Aus bin Muadz , ‘Aqrab bin Muadz , dan Ummu Hazzam.
Ia bersama keluarganya tinggal di Madinah.
Kabsyah di antara muslimah yang pertama masuk Islam di Madinah dengan dakwahnya
Mus’ab bin Umair. Semenjak cahaya Islam masuk dalam sanubarinya, Kabsyah pun
gigih dan aktif menyebarkan Islam sampai ke pelosok Madinah.
Islam telah menjadikan ibunda Sa’ad ini, dikenal dengan kebersihan jiwa dan
keiklasan hatinya.
DUA KISAH HEROIK KABSYAH BINTI RAFI’
Kabsyah binti Rafi adalah muslimah tangguh. Meletakkan cintanya kepada Allah
SWT dan Rasulullah SAW diatas segalanya. Dua putranya gugur sebagai syahid di
jalan Allah. Bahkan gugurnya Saad bin Muadz telah mengguncang Arsy nya Allah.
Kita akan jumpai kisah heroik Kabsyah binti Rafi’. Pertama, disaat perang Uhud,
tersiar kabar bahwa Rasulullah SAW telah gugur di medan Uhud. Maka Kabsyah
binti Rafi bersama para muslimah lain dari Madinah memastikan kabar tersebut
dan keluar ke medan perang.
Di Medan Uhud, Kabsyah mendapati kabar bahwa putranya Amr bin Muadz telah gugur
sebagai syahid. Namun yang dicari Kabsyah adalah Rasulullah SAW. Ia berharap
Rasulullah SAW selamat. Maka Ketika Kabsyah mengetahui Rasulullah SAW selamat,
ia bertahmid memuji Allah SWT, dan berkata. ” Setelah melihatmu selamat,
maka musibah apapun yang aku terima terasa ringan.” Mendengar ucapan
Kabsyah binti Rafi Rasulullah SAW mengucapkan belasungkawa atas gugurnya Amr
bin Muadz .
Kemudian Rasulullah SAW mendoakan keluarga orang-orang yang gugur di medan
Uhud, lalu bersabda, “Hai Ummu Sa’ad, berbahagialah dan sampaikan kabar
gembira kepada keluarga mereka. Bahwa semua orang yang gugur itu sedang masuk
syurga secara beriring-iringan. Dan keluarga yang ditinggalkan akan mendapat
syafaat.”
Kabsyah berkata, “Kami rela, ya Rasulullah. Siapa yang akan menangisi
(sedih) mereka setelah ini. Doakanlah ya Rasulullah, untuk orang-orang yang
ditinggalkan.”
Lalu Rasulullah SAW berdoa, “Ya Allah, hilangkanlah kesedihan hati mereka,
lenyapkanlah musibah mereka, dan berikanlah ganti yang baik kepada mereka yang
ditinggalkan.”
Kedua, terjadi saat perang Khandaq. Ibnu Ishaq meriwayatkan, ” Aku
diberitahu oleh Abu Ya’la Abdullah bin Sahal bahwa ketika terjadi perang
Khandaq, Aisyah ditempatkan di benteng bani Haritsah bersama Ummu Saad.
Tiba-tiba Saad bin Muadz lewat dekat tempat tersebut. Ia memakai baju besi yang
tidak sempurna, sehingga seluruh sikunya terlihat dengan jelas. Ia berjalan
dengan membawa pisau panjang sambil melantunkan syair, “Nantikan sejenak ,
menyusul gemuruh Hamal (seorang pemberani)….Betapa indahnya kematian, ketika
datang ajal.”
Ummu Saad menegurnya, “Susullah wahai putraku, engkau telah terlambat.”
“Aisyah berkata, “Wahai Ummu Sa’ad, tidak inginkah engkau baju besi Sa’ad lebih
sempurna dengan yang ia pakai?”
Akhirnya yang dikhawatirkan Sa’ad oleh Ummul Mukminin Aisyah ra, menjadi
kenyataan, Sa’ad bin Muadz terkena bidikan panah. Orang yang memanahnya
berkata, “Ambillah (panahku)! Aku adalah Ibnu al-‘Araqah.” Sa’ad pun menjawab,
“Semoga Allah mengucurkan keringat wajahmu di neraka.” Akibat luka panah ini
akhirnya, Sa’ad bin Muadz gugur syahid.
Dan kematiannya, membuat singgasana Allah berguncang hebat. Setelah ia
memutuskan hukuman yang tepat untuk bani Quraidzah yang telah mengkhianati
perjanjian dengan Rasulullah SAW.
Kesyahidan Sa’ad bin Muadz mendapat
perhatian luar biasa dari Allah. Kematiannya sampai mengguncang Arsy
Allah. Ibnu Umar RA meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda, “Hamba
shalih yang (kematiannya) telah mengguncang Arsy, membuat pintu-pintu langit
terbuka, dan 70 ribu malaikat hadir mengiringinya. Padahal, mereka belum pernah
turun ke bumi seperti ini sebelumnya, merasa kesempitan kemudian Allah
memberinya keleluasaan. Hamba shalih yang dimaksud adalah Sa’ad bin
Muadz.” (HR. Bukhari Muslim).
Walaupun kesyahidan Sa’ad bin Muadz sudah dijamin oleh Nabi, namun Kabsyah
tetap bersedih kehilangan putranya.
Ketika Rasulullah SAW tiba di rumah Sa’ad bin Mu’adz mendengar tangisan Ummu
Sa’ad, Rasulullah SAW bersabda, “Setiap perempuan berdusta dengan tangisnya,
kecuali Ummu Sa’ad.”
Kemudian jasad Sa’ad dibawa keluar. Orang-orang yang mengangkatnya berkata,
“Wahai Rasulullah kami tidak pernah mengangkat jenazah seringan ini.”
Rasulullah SAW bersabda, “Bagaimana tidak ringan, malaikat telah turun ke
bumi begini dan begini. Mereka belum pernah turun dengan cara seperti ini
sebelumnya. Dan mereka ikut memikul jenazah bersama kalian.”
Dari riwayat ini jelaslah kaum Muslimin bersama 70 ribu malaikat ikut
mengangkat jasad Sa’ad sampai ke liang lahat.
Demikianlah dukungan, keteguhan, dan keberanian seorang ibu yang sungguh luar
biasa. Tegar dan sabar ketika menghadapi putra -putranya gugur di medan perang.
Baginya, hidup atau mati dalam perjuangan Islam adalah persembahan terbaiknya.
Hanya satu harapannya adalah keridhaan Allah SWT.
KHATIMAH
Dari sepeninggal kisah Kabsyah binti Rafi’ kita bisa mengambil banyak
pelajaran, betapa seorang ibu memiliki peranan yang sangat penting bagi putra
putrinya. Maka dari ibu yang baik, ibu Yang sholihah,
ibu yang memahami makna perjuangan, akan terlahir
generasi yang baik, generasi sholih dan sholihah, generasi pejuang lillah.
Oleh karena itu bagi para muslimah hendaknya terus berproses diri menjadi lebih
baik. Membekali diri dengan ilmu, terlebih lagi ilmu agama, karena dengan ilmu
agama kita tahu tujuan hakiki dari hidup ini.
Waallahua’lam