Oleh : Nabila Asy Syafi’i
Suaramubalighah.com, Muslimah Inspiratif – Sebuah informasi atau kabar berita tidaklah sampai secara tiba-tiba, tentulah ada seseorang atau sekelompok orang yang ikut andil untuk menyampaikannya.
Begitu pula dengan hadits, kabar yang disampaikan, dilakukan atau ditetapkan oleh Rasulullah Saw bisa sampai kepada kita berkat adanya sanad hadits yakni mata rantai periwatan dari Rasulullah SAW hingga ke para Mukhorij yaitu para periwayat hadits yang mengeluarkan hadits dalam kitab haditsnya seperti Imam Bukhori, Muslim, Baihaqi, Nasai dsb.
Adanya sanad hadits para perawi inilah salah satu diantara keistimewaan Islam. Sehingga informasi berupaya perkataan Rasulullah SAW, perbuatan dan ketetapannya bisa sampai kepada kita dan terus terjaga keontetikannya.
Para perawi ini bukan hanya dari kalangan lelaki, namun juga dari jajaran kaum wanita. Di antaranya adalah Hafshah binti Sirrin.
MENGENAL HAFSHAH BINTI SIRRIN
Hafshah binti Sirrin tumbuh dalam keluarga yang mencintai ilmu. Ayahnya bernama Sirrin seorang hamba sahaya yang dimiliki oleh Anas bin Malik ra, yang sebelumnya Sirrin adalah hamba sahaya milik Khalid bin Walid setelah ditawan dalam sebuah perang di Ain Tamar, sebuah wilayah di Anbar Irak. Ketika dalam kepemilikan Anas bin Malik ra, Sirrin berusaha menebus dirinya hingga akhirnya menjadi seorang yang merdeka.
Sirrin menikah dengan shafiah, hamba sahaya yang dimiliki Abu Bakar As Shidiq ra. Shafiah seorang wanita yang baik, sholihah. Dari pernikahan Sirrin dengan Shafiah dikaruniai anak : Hafshah binti Sirrin, Muhammad bin Sirrin, Yahya bin Sirrin, Karimah binti Sirrin, Ummu Sulaim binti Sirrin. Sementara dari pernikahan Sirrin dengan wanita lain memiliki anak, Ma’bad bin Sirrin, Anas bin Sirrin, Amrah binti Sirrin dan Saudah binti Sirrin.
Ibnu Katsir mengatakan, “semua anak Sirrin adalah para tabiin yang mulia dan haditsnya dapat diterima. ” Demikian juga menurut Imam Nawawi, ” Semua anak Sirrin adalah para perawi yang haditsnya dapat diterima.”
Hafshah binti Sirrin hafal Al-Qur’an dengan sangat baik semenjak berusia 12 tahun. Bahkan Muhammad bin Sirin sendiri di saat merasa kesukaran dalam memahami sesuatu yang berhubungan dengan Al-Qur’an, memerintahkan kepada muridnya untuk pergi menghadap Hafshah. la berkata “menghadaplah kalian semua kepada Hafshah, dan bertanyalah kepadanya tentang bagaimana cara ia memahami permasalahannya ini, yakni permasalahan yang bersangkutan dengan Al-Qur’an. Sebab, ia bagaikan orang yang telah meminum bahtera keilmuan yang ada dalam Al-Qur’an.”
Hafshah binti Sirrin setiap malam selalu membaca separuh dari Al-Qur’an. Ia mempunyai sebuah kain kafan yang senantiasa ia pakai di saat menunaikan ibadah Haji maupun di saat sedang melakukan ibadah di malam kesepuluh hari terakhir pada bulan suci Ramadhan.
Hafshah binti Sirrin menikah dengan Abdurrahman dan dikaruniai seorang anak bernama Hudzail. Oleh karena itu, ia dikenal juga dengan nama Ummul Hudzail.
Hafshah binti Sirrin berhasil mendidik Huzail bin Abdurahman menjadi anak yang berbakti . Dikisahkan oleh Hisyam bin Hassan.” Huzail selalu mencari kayu bakar disaat musim panas, kayu tersebut dikupas kulitnya dan dibelah menjadi batang yang kecil. Hal itu dilakukan Huzail karena jika musim dingin tiba Hafshah merasa kedinginan. Maka ketika Hafshah sholat di mushollanya, Huzail akan menyalakan tungku api dan membakar kayu-kayu yang telah disipakan, kayu tersebut tidak mengeluarkan banyak asap karena kulitnya telah dikupas. Sehingga ibunya merasakan kehangatan dan tidak terganggu dengan asap. Huzail selalu melakukan hal itu selama musim dingin tiba, sebagai bentuk penghormatan dan bakti kepada ibunya.”
Namun, Ajal lebih dulu menjemput Huzail, tentu saja Hafshah merasa sedih, akan tetapi Allah SWT telah memberinya kekuatan dan kesabaran. Sebagaimana yang diceritakan sendiri oleh Hafshah. ” ketika Huzail meninggal dunia, Allah mengkaruniakan kesabaran yang cukup kepadaku. Tapi aku masih merasakan kesedihan. Suatu malam aku membaca Al Quran, sampai pada ayat :
وَلَاتَشْتَرُوا۟بِعَهْدِٱللَّهِثَمَنًاقَلِيلًاۚإِنَّمَاعِندَٱللَّهِهُوَخَيْرٌلَّكُمْإِنكُنتُمْتَعْلَمُونَ
مَاعِندَكُمْيَنفَدُۖوَمَاعِندَٱللَّهِبَاقٍۗوَلَنَجْزِيَنَّٱلَّذِينَصَبَرُوٓا۟أَجْرَهُمبِأَحْسَنِمَاكَانُوا۟يَعْمَلُونَ
“ Jangan kalian menjual perjanjian Allah dengan uang yang tidak seberapa dengan membatalkan perjanjian tersebut dan tidak memenuhinya, karena sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah berupa kemenangan dan harta rampasan perang di dunia, dan apa yang ada di sisi Allah di Akhirat berupa kenikmatan abadi adalah lebih baik bagi kalian daripada apa yang kalian dapatkan berupa uang yang tidak seberapa sebagai imbalan pembatalan kalian terhadap perjanjian, jika kalian mengetahui hal itu”(95), “Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (96). (QS. An Nahl : 95 -96)
Kuulang-ulang ayat tersebut sehingga Allah SWT, benar-benar menghilangkan kesedihan yang sebelumnya kurasakan.”
Pada tahun 101 Hijriyah Hafshah mengahadap Allah SWT dalam usia 70 tahun. Banyak tabiin yang turut menshalati mengantar jenazahnya, diantaranya Hasan al Basri dan Muhammad bin Sirrin. Semoga Allah merahmati Hafshah binti Sirrin.
HAFSHAH BINTI SIRRIN SEORANG YANG ZUHUD
Hafshah binti Sirrin salah seorang wanita mulia di zaman tabi’in, sebagaimana perkataan Abu Daud, “Wanita-wanita tabi’in yang mulia adalah Hafshah binti Sirin, Amrah binti Abdurrahman, dan berikutnya Ummu Darda As-Sughra.”
Menurut imam Adz Dzahabi di dalam Tarikhul Islam, Hafshah binti Sirrin adalah wanita yang tak tertandingi di masanya. Ia ahli fikih, jujur, mulia, dan memiliki kemampuan yang tinggi.
Seperti yang diungkapkan oleh Yahya bin Main, seorang kritikus hadits, yang memberikan komentar baik tentang Hafshah, bahwa hadits yang disampaikan oleh Hafshah dapat dijadikan hujjah.
Salah satu hadis yang diriwayatkan oleh Hafshah binti Sirrin adalah sebagaimana berikut:
حَدَّثَنَايَحْيَىبْنُمُوسَىحَدَّثَنَاوَكِيعٌعَنْسُفْيَانَعَنْخَالِدٍالْحَذَّاءِعَنْحَفْصَةَبِنْتِسِيرِينَعَنْأُمِّعَطِيَّةَرَضِيَاللَّهُعَنْهَاقَالَتْلَمَّاغَسَّلْنَابِنْتَالنَّبِيِّصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَقَالَلَنَاوَنَحْنُنَغْسِلُهَاابْدَءُوابِمَيَامِنِهَاوَمَوَاضِعِالْوُضُوءِ.
Dari Hafshah binti Sirrin dari Ummu Athiyyah ra. ia berkata: ketika kami memandikan (jenazah) putri Rasulullah Saw. (Zainab) maka beliau berkata kepada kami sedangkan kami sedang memandikan jenazahnya, “awalilah (basuhan kalian) dengan anggota kanan, dan anggota-anggota wudlu.”
Selain dikenal sebagai ahli hadis dan ahli fikih, Hafshah binti Sirrin juga dikenal ahli ibadah. Dalam kitab Thabaqatus Shufiyyah karya Abu Abdirrahman Muhammad bin al Husain bin Muhammad bin musa bin Khalid al azdi memasukkan memasukkan Hafshah binti Sirrin dalam barisan tokoh sufi karena Hafshah dikenal ahli ibadah dari kalangan perempuan di kota Basrah.
Hafshah binti Sirrin seperti saudaranya (Muhammad bin Sirrin) dalam masalah zuhud dan wara’nya sangat tinggi. Bahkan menurut cerita Mahdi bin Maimun sebagaimana yang dikutip oleh Imam adz dzahabi di dalam kitab Siyar A’lamin Nubala’bahwa Hafshah binti Sirin berdiam diri selama 30 tahun tidak keluar dari tempat shalatnya, kecuali untuk istirahat malam dan buang hajat.
Hafshah binti Sirrin juga rajin berpuasa Daud (berselang satu hari) secara terus menerus sepanjang tahun, dan berbuka ketika dua hari raya Ied dan hari-hari tasyriq.
Sungguh Hafshah binti Sirrin mengisi hidupnya dengan ilmu, kebaikan dan pengabdian kepada Allah SWT.
KHATIMAH
Demikianlah salah satu kisah tokoh tabiin, yang mendedikasikan hidupnya untuk menjaga ajaran Islam, menghidupkan sunah Rasulnya, demi terus terpencarnya cahaya Islam.
Dari kisah ini kita mengambil semangatnya Hafshah binti Sirrin untuk rajin belajar khususnya ilmu agama, Belajar Al Quran dan menghafanya, belajar ilmu bahasa Arab, ilmu hadits, ilmu fiqh dan seterusnya. Juga semangat dan istiqomah dalam berdakwah dan beribadah. Senyampang kesempatan masih diberikan oleh Allah SWT, maka manfaatkan. Sebagaimana pesan Hafshah binti Sirrin kepada para pemuda, ” Wahai para pemuda, persiapkanlah diri kalian, karena kalian adalah pemuda, karena aku lihat amal yang terbaik dilakukan waktu masih muda!”
Waallahua’lam