Assalamu’alaikum Wr Wb.
Ustadzah pengasuh rubrik konsultasi Islam yang dirahmati Allah SWT, beberapa waktu lalu ramai pemberitaan tentang kritikan terhadap orang tua yang membiasakan anak perempuannya dipakaikan jilbab sejak kecil dengan anggapan membawa pola pikir si anak itu menjadi eksklusif ketika dewasa kelak. Sebagai seorang ibu saya ingin mendapatkan pencerahan bagaimana mendidik anak sejak dini agar mereka taat syariat dikemudian hari dan tidak merasa eksklusif di hadapan teman-temannya kelak. Terimakasih atas pencerahannya ustadzah.
Ibu Siti di Jombang
Wassalamu’alaikum wr wb.
==========================
Wa’alaikumus salam Warahmatullahi Wabarakatuhu,
Ibu Siti di Jombang, Semoga Kesehatan dan Keberkahan menyelimuti Ibu sekeluarga.
Taklif syariah memang belum dibebankan kepada anak-anak. Ia hanya dibebankan kepada orang-orang yang telah dewasa atau baligh. Rasulullah saw., “Diangkat pena (taklif hukum) dari tiga golongan; orang tidur hingga bangun, anak-anak hingga balig dan orang gila hingga sadar.” (HR al-Baihaqi).
Hanya saja Islam memerintahkan kita untuk melatih anak-anak kita sejak dini. Dengan itu, kelak saat mereka baligh, mereka sudah paham dengan hukum-hukum Islam dan siap serta istiqamah dalam menjalankannya.
Ibnu Abbas berkata: Suatu hari aku membonceng Nabi saw. Beliau bersabda kepadaku, “Nak, sungguh aku akan mengajari kamu beberapa kalimat: Jagalah (syariah) Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah (syariah) Allah, niscaya engkau akan mendapatkan (pertolongan/perlindungan) Allah senantiasa di hadapanmu. Bila engkau meminta (sesuatu) maka mintalah kepada Allah. Bila engkau memohon pertolongan maka mohonlah pertolongan kepada Allah.” (HR Ahmad dan at-Tirmidzi).
Betapa besar pendidikan yang diberikan oleh Rasulullah saw. kepada anak pamannya, Abdullah bin ‘Abbas, yang saat itu belum baligh.
Demikian halnya dengan cucu beliau Hasan bin Ali bin Abi Thalib ra. Ia dilahirkan pada tahun 3 hijriah (ketika Rasul saw. meninggal, ia berumur 7 tahun). Hasan bin Ali ra. mengambil sebiji kurma dari kurma shadaqah (zakat). Kemudian ia memasukkan kurma itu ke dalam mulutnya (hendak memakannya). Nabi saw. lalu bersabda kepada dia, “Kakh, kakh,” agar ia mencampakkannya. Lalu beliau bersabda kepada dia, “Tidakkah engkau sadar bahwa kita tidak (halal) memakan shadaqah?” (Muttafaqun ‘alaih).
Hadis ini menjadi dasar kuat bagi prinsip pendidikan anak, yaitu sejak dini diajarkan untuk tidak memakan harta haram, menjauhi segala makanan yang tidak boleh dimakan, juga menjauhi segala perbuatan yang tidak dibenarkan Islam.
Secara khusus yang berkenaan dengan shalat, Nabi saw. telah bersabda, “Perintahlah anak-anak kalian agar mendirikan shalat tatkala mereka telah berumur tujuh tahun dan pukullah (jika tak mau shalat) tatkala mereka telah berumur sepuluh tahun.”
Pada hadist ini, Rasulullaah saw. dengan tegas mensyariatkan agar pendidikan shalat dimulai sejak dini, yaitu sebelum baligh. Bahkan ketika ia baru berumur tujuh tahun ia sudah diperintahkan untuk shalat. Tentu syariat ini memerlukan persiapan, yaitu dengan mengajarkan tata cara shalat, dimulai dari cara berwudhu, rukun-rukun shalat, wajib-wajibnya, sunnah-sunnahnya, hingga yang membatalkannya. Persiapan ini bisa dilakukan sejak dini walau ia belum diperintahkan dan tidak perlu dimarahi kalau tidak mau shalat. Dari beberapa hadis ini, telah sangat jelas bahwa kita diperintahkan untuk mendidik anak sejak dini, terkait akidah ataupun syariah, termasuk mengenalkan kewajiban menutup aurat pada anak perempuan dengan memakaikan jilbab sejak dini.
===========================
Ibu Siti yang dirahmati Allah Subhanaallahu wa Ta’ala,
Mengenalkan anak pada syariat Islam dan menta’atinya tidak lain dengan pembiasaan semenjak dini disamping teladan dari orang tua dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Selain itu juga anak dipahamkan dengan penjelasan sederhana sesuai usia dengan perkembangan akal mereka.
Tanamkan akidah dan sifat-sifat Allah sejak dini sebagai pondasi keimanan dan keta’atan anak dikemudian hari. Menanamkan akidah yang kokoh adalah tugas utama orangtua. Orangtualah yang akan sangat mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya sendi-sendi agama dalam diri anak. Rasulullah saw. bersabda, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Ibu dan bapaknyalah yang menjadikan dia Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR al-Bukhari).
Tujuan penanaman akidah pada anak adalah agar si anak mengenal Allah sebagai al-Khaliq dan al-Mudabbir, pencipta alam semesta dan pembuat aturan (syariat Islam). Lebih jauh, anak dikenalkan dengan asma dan sifat-sifat Allah. Ketika anak memahami dengan benar bahwa Allah Maha Melihat dan Mendengar—tentu dengan bahasa yang ma’ruf, sesuai dengan usia anak-anak kita—biidznilLah kelak anak-anak kita paham, bahwa segala apa yang mereka perbuat selalu dalam pantauan Allah sehingga mereka berhati-hati dalam berbuat. Selanjutnya, insya Allah akan tumbuh kecintaan anak kepada Allah; menta’ati syariatNya dan terdorong melakukan amal yang dicintai Allah.
Anak juga ditanamkan kecintaan kepada Rasulullah sejak dini. Menanamkan kecintaan kepada Rasulullah tentu dimulai dengan mengenalkan siapa Muhammad saw., bahwa Allah mengutus beliau sebagai contoh terbaik untuk umat Islam untuk menyampaikan syariah Allah. Dari Ali bin Abi Thalib, Rasulullah saw. bersabda : “Didiklah anak-anakmu atas tiga hal: mencintai nabimu, mencintai ahli baitnya dan membaca al-Quran, karena orang mengamalkan al-Quran nanti akan mendapatkan naungan Allah pada hari ketika tiada naungan kecuali dari-Nya bersama para nabi dan orang-orang yang suci.” (HR ath-Thabrani).
Ajak anak-anak memahami bahwa meneladani Rasulullah merupakan perintah Allah SWT dan pahamkan bentuk kecintaan kepada Rasulullah adalah dengan menjalankan sunah-sunahnya.
===============================
Ibu Siti dan Ibu-ibu Pembaca yang shalihah,
Mengenalkan anak pada syariah Islam sangat penting. Anak harus dikenalkan dengan syariah Islam sejak dini, sebagaimana Hadis Rasulullah saw., “Perintahlah anak-anakmu agar mendirikan shalat tatkala mereka telah berumur tujuh tahun, dan pukullah karenanya tatkala mereka telah berumur sepuluh tahun.”
Demikian halnya dengan hukum-hukum yang lain, seperti kewajiban memakai khimar (kerudung) dan jilbab (bagi Muslimah), larangan mencuri dan sebagainya. Demikian halnya berkaitan dengan akhlak anak diajarkan untuk berbakti kepada ibu bapak, santun dan sayang kepada orang lain, bersikap jujur, berani karena benar, tidak berbohong, bersabar, tekun bekerja, bersahaja, sederhana, dsb. Mengajari anak tentang berbagai adab dalam Islam seperti makan dengan tangan kanan, berdoa sebelum dan sesudah makan, menjaga kebersihan, mengucapkan salam, tidak menyakiti hewan dsb.
Anak adalah makhluk pencontoh terbaik, Ia akan mencontoh apa yang dilakukan orang lain disekitarnya oleh karena itu sudah seharusnya orang tua selalu memberi contoh yang baik kepada anak, agar tertanam dalam jiwa mereka, benih-benih kebaikan yang akan menghunjam dalam sanubari mereka, terbawa dalam setiap sikap dan perilaku mereka.
Rasulullah mencontohkan adab yang baik kepada Fathimah, dan terus diamalkan hingga dewasa. Diriwayatkan oleh Aisyah ra., “Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih mirip dengan Nabi saw. dalam cara bicara maupun duduk daripada Fathimah.” ‘Aisyah berkata lagi, “Biasanya apabila Nabi melihat Fathimah datang, beliau mengucapkan selamat datang kepada dia. Lalu berdiri menyambut dan mencium dia. Kemudian beliau menggamit tangannya hingga beliau dudukkan Fathimah di tempat duduk beliau. Begitu pula jika Nabi saw. datang kepada dia, maka Fathimah mengucapkan selamat datang pada beliau, kemudian berdiri menyambut beliau, menggandeng tangan beliau, lalu mencium beliau.”
=========================
Ibu Siti dan pembaca yang budiman,
Dalam mendidik anak agar kelak Ia menjadi seorang muslim/muslimah yang taat syariah selain upaya-upaya yang telah dijelaskan di atas yang tidak kalah penting adalah senantiasa memanjatkan doa tanpa henti untuk anak-anak kita. Doa orang tua untuk anak-anaknya terutama pada waktu-waktu mustajab, merupakan senjata utama, terutama doa seorang ibu. Karena itu perbanyaklah meminta kepada Allah agar menjadikan anak-anak kita menjadi anak-anak yang shalih dan agar Allah membimbing mereka ke jalan yang lurus dengan senantiasa menta’ati syariatNya. Berdoa untuk kebaikan anak adalah salah satu ciri hamba Allah yang shalih.
Demikian pendidikan yang dicontohkan Nabi Muhammad saw dalam mendidik anak agar kelak menjadi seorang muslim yang taat syariat Islam oleh karena itu pernyataan yang beredar tentang kecaman membiasakan anak kecil berjilbab karena khawatir anak ketika dewasa menjadi eksklusif jelas tidak benar bahkan bertentangan dengan cara Islam dalam mendidik anak dan menyiapkan mereka setelah baligh siap menjalankan seluruh syariat Islam yang telah diperintahkan kepadanya. Insyaallah. (KD)