Oleh : Nabila Asy-syafi’i
Suaramubalighah.com, Muslimah Inspiratif – Dia salah satu wanita tabiin yang mulia, bahkan memiliki keutamaan yang tidak dimiliki oleh wanita Tabi’in sezamannya. Kakak iparnya adalah manusia teragung di muka bumi ini, yakni Rasulullah Shallallahu Alaihi wa sallam. Saudara perempuannya adalah Ummul Mukminin Aisyah ra, dan Asma binti Abu Bakar, yang mendapat gelar Zatun Nitlphaqain, sementara saudara seayah lainnya adalah Abdurrahman, Abdullah, Muhammad yang merupakan perwira-perwira Rasulullah Shallallahu Alaihi wa sallam. Dia adalah putri Abu Bakar Ash Shiddiq dengan Habibah binti Kharijah yang bernama Ummu Khultsum binti Abu Bakar.
Suami Ummu Kultsum binti Abu Bakar Ash Shiddiq adalah Thalhahbin Ubaidillah ra.
Salah satu sahabat yang mendapat kabar dijamin masuk syurga. Saat Ummu Kultsum lahir ayahnya yakni Abu Bakar Ash Shiddiq telah wafat. Sungguh Ummu Khultsum adalah sosok yang memiliki keutamaan dan keistimewaan.
PESAN SANG AYAH
Saat Ummu Kultsum masih berada dalam kandungan ibunya, Abu Bakar Ash Shiddiq ayahnya merasa tidak bisa menungguinya, mengasauhnya karena mungkin ajal akan lebih dulu menyapa. Maka Abu Bakar Ash Shiddiq berpesan kepada putri tersayangnya Aisyah ra. ” Anak yang ada dalam kandungan Habibah binti Kharijah, aku berfirasat bahwa dia adalah perempuan. Maka perlakukan dia sebaik-baiknya”. Bayi tersebut lahir setelah wafatnya Abu Bakar Ash Shiddiq, dan seperti yang dikatakannya, bayi tersebut perempuan dan diberi nama Ummu Kultsum binti Abu Bakar.
Setelah Ummu Kultsum siap untuk dibawa, Ummul Mukminin Aisyah ra benar-benar menjalankan wasiat ayahandanya, beliau menjaga dan mengasuh Ummu Kultsum seperti asuhan ibu kepada anaknya. Ummul Mukminin Aisyah ra mengajari, membimbing Ummu Kultsum dengan penuh cinta kasih. Sehingga Ummu Kultsum menguasai ilmu fiqh dan hadits. Ummu Kultsum meriwayatkan hadits dari Ibunda Aisyah ra.
PERAWI HADITS
Ummu Kultsum seorang yang cantik lagi cerdas. Beliau terkenal seorang wanita penghafal hadits dan periwayat yang hadits – hadits dapat diterima dan dijadikan dalil.
Diantara ulama yang meriwayatkan hadits dari Ummu Kultsum adalah Al Mughirah bin Hakim ash Shan’ani, Jabir bin Habib. Dan sahabat Jabir bin Abdullah al Anshari, yang lebih tua dari Ummu Kultsum sendiri. Oleh karena itu Ummu Kultsum digolongkan dalam tabi’in yang diriwayatkan haditsnya oleh sahabat.
Anak-anak Ummu Kultsum juga meriwayatkan hadits darinya, diantaranya adalah Thalhal bin Yahya bin Thalhah, Ibrahim bin Abdurrahman.
Adapun yang menuliskan hadits – hadits Ummu Kultsum diantaranya adalah Imam Muslim dalam kitab shahihnya. Imam Tirmidzi dalam kitan sunannya. Diantara hadits yang ditulis oleh Imam Muslim adalah hadits yang diriwayatkan oleh Al Mughirah bin Hakim Ash Shan’ani, dari Ummu Kultsum, dari Aisyah ra, beliau berkata. ” Suatu malam Rasulullah Shallallahu Alaihi wa sallam mengakhirkan diri hingga tengah nalam, dan para sahabat yang berada di masjid tertidur. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa sallam keluar rumah dan melaksanakan shalat. Rasulullah bersabda inilah waktu shalat isya’ ,jika saja aku tidak memberatkan umatku.”
UMMU KULTSUM ISTRI SHALIHAH
Ummu Kultsum binti Abu Bakar ra, memiliki sifat seperti ayahandanya yakni dermawan, hal ini tak lepas dari tempaan pendidikan yang ditanamkan oleh Sayyidah Aisyah ra yang juga sangat pemurah. Sehingga kecerdasan, akhlak mulia, ahli ibadah, sosok yang selalu ridha akan ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala tergabung dalam diri Ummu Kultsum yang telah terdidik dalam madrasah ibunda Aisyah ra.
Ummu Kultsum binti Abu Bakar ra menikah dengan sahabat Nabi, yakni Thalhah bin Ubaidillah ra. yang mendapat gelar dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa sallam ” Thalhah al Khair, Thalhah al Fayyadh, dan Thalhah al Juud. “. Beliau seorang istri yang shalihah, selalu mendorong suaminya untuk melakukan semua kebaikan, istri yang sangat pemurah. Dikisahkan oleh salah satu anggota keluarga Thalhah bin Ubaidillah, yakni Musa bin Thalhah bin Ubaidillah, bahwa suatu kali ayahnya mendapatkan harta dari Hadhramaut sebanyak 700.000 dirham. Semalam Thalhah bin Ubaidillah gelisah. Ummu Kultsum berkata, ” Ada apa denganmu wahai Abu Muhammad?” Beliau menjawab, ” Mulai malam ini aku terpikir, apa sangkaan seorang laki-laki kepada Rabbnya, jika semalam dia menyimpan harta yang banyak di rumahnya ?” Ummu Kultsum berkata, ” Engkau tahu teman-teman dan saudaramu? Bagilah harta itu kepada mereka besok pagi.” Thalhah bin Ubaidillah merasa gembira mendengar perkataan istrinya, kemudian berkata, ” engkau adalah wanita yang selalu mendapat taufik dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, putri dari seorang ayah yang selalu mendapat taufik dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pagi harinya, Thalhah meminta baskom – baskom untuk membagikan harta itu kepada para Muhajirin dan Anshor. Khusus untuk Ali bin Abi Thalib, beliau mengirimkan satu baskom. Ummu Kultsum bertanya kepada Thalhah, “Wahai Abu Muhammad, apakah ada bagian untuk kami ?” Thalhah menjawab, ” Kemana saja engkau hari ini ? Bagian kalian adalah sisa dari harta yang dibagikan.” Ummu Kultsum berkata, maka bagian kami adalah satu kantong yang berisi sekitar 1000 dirham.
Ummu Kultsum tidak mau ketinggalan untuk mendapatkan pahala dan keutamaan bersedekah, sehingga Ummu Kultsum pun segera membagikan uang dirhamnya tersebut kepada orang-orang yang membutuhkan.
Ummu Kultsum juga seorang ibu yang baik, penyayang, berwawasan luas. Dari pernikahannya dengan Thalhah bin Ubaidillah lahirlah Zakaria bin Thalhah . Yusuf bin Thalhah, Aisyah binti Thalhah.
SUAMI TERCINTA MENGHADAP RABBNYA
Pada tahun 36 Hijriah, Thalhah bin Ubaidillah wafat, gugur dalam Parang Jamal. Meski sangat sedih atas wafatnya suaminya. Ummu Kultsum faham dan ridha dengan apa yang telah ditentukan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Beliau tegar menghadapi semua ujian.
Dikemudian hari Ummu Kultsum, ketika telah siap membuka hatinya, beliau menikah lagi dengan Abdurrahman bin Abdillah bin Abi Rabi’ah Al Makhzumi. Dari pernikahannya ini terlahir lima anak yaitu , Utsman bin Abdurrahman bin Abdillah, Musa bin Abdurrahman bin Abdillah, Ibrahim bin Abdurrahman bin Abdillah, Ummu Humaid binti Abdurrahman bin Abdillah dan Ummu Utsman binti Abdurrahman bin Abdillah. Beliau menetap dan wafat di Madinah al Munawwarah. Sumber- sumber sejarah tidak menyebutkan tahun pastinya beliau wafat.
Demikianlah sekelumit kisah tentang salah satu wanita Tabi’in, yang hidupnya selalu dihiasi dengan kebaikan dan kebaikan.
Dari kisah ini pula, kita bisa mengambil ibrahnya, antara lain :
- Selalu bersemangat untuk mempelajari hadits – hadits Nabi, dan berusaha untuk mengamalkannya. Dimana hadits – hadits Nabi Shallallahu Alaihi wa sallam tersebut selalu dijaga dari generasi ke generasi, yang tentunya pasti melewati generasi tabi’in.
- Selalu berusaha untuk menerima dengan penuh ridha apapun ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala
- Selalu berusaha untuk menjadi sosok manusia yang menebarkan kebaikan dan selalu berbuat baik sesuai ketentuan syariah Islam.
- Suka bersedekah karena Allah.
- Dan sebagainya. Semoga kita diantara hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang selalu mendapat taufik dan hidayahNya. Aamiin.
Waallahua’lam.
Sumber: 30 Sirah Tokoh Wanita Tabi’in oleh Ahmad Khalil Jum’ah.