Oleh: Dra. Rivanti Muslimawaty, M. Ag.
SuaraMubalighah.com, Opini — Bulan Rabiulawal telah tiba, saat umat Islam memperingati Maulid Nabi Muhammad saw. yang diturunkan Allah sebagai Nabi terakhir. Kecintaan umat pada sang Nabi biasanya ditampakkan dengan merenungkan kembali kisah hidup beliau yang penuh makna. Umat Islam pun bersemangat untuk meneladani beliau yang merupakan teladan terbaik bagi manusia.
Perlu kita pahami bahwa Nabi Muhammad saw. tidak hanya patut diteladani dalam perilaku maupun ibadahnya, melainkan harus diteladani dalam seluruh sendi kehidupan. Hal ini karena risalah Islam yang beliau bawa merupakan solusi bagi seluruh permasalahan hidup manusia, baik dari sisi ibadah, ekonomi, akhlak, pendidikan, politik, dan sebagainya.
Beliau saw. adalah Nabi dan Rasul terakhir pembawa syariat Islam kafah yang memberi jawaban tuntas terhadap berbagai problematik manusia, karena Islam bukan merupakan agama semata melainkan ideologi (mabda’). Rasulullah saw. bukan hanya pemimpin spiritual, tetapi juga pemimpin politik.
Setelah hijrah ke Yatsrib (sekarang Madinah), Nabi saw. membangun institusi negara (daulah Islam) untuk menerapkan syariat Islam secara menyeluruh dan menduduki jabatan sebagai kepala negara. Beliau menunjuk para mu’awin, wali, dan amil.
Beliau saw. setiap hari sibuk mengatur berbagai urusan rakyat yang terdiri dari umat Islam dan ahlu dzimmah, dari mulai pemenuhan kebutuhan sandang-pangan-papan, pendidikan, ekonomi, keamanan, peradilan, serta yang lainnya.
Sebagai kepala negara, beliau kerap menerima utusan dari berbagai kabilah di luar Madinah yang menyatakan keislamannya. Beliau juga mengatur penyebaran dakwah Islam ke berbagai tempat, serta strategi perang bila diperlukan. Beliau memimpin umat menjalankan misi agung menyebarkan Islam ke seluruh penjuru dunia dengan dakwah dan jihad untuk menebarkan rahmat.
Negara Islam yang beliau pimpin melindungi pluralitas penduduk Madinah dan memenuhi hak kemanusiaan ahlu dzimmah. Rakyat daulah yang bukan muslim beliau biarkan tetap menjalankan ibadah agama asalnya di bawah perlindungan aturan daulah. Beliau menyatukan dan melebur masyarakat yang beliau pimpin menjadi satu kesatuan umat dengan ikatan kukuh akidah Islam. Beliau melenyapkan ikatan kesukuan dan kebangsaan.
Di sisi lain, Nabi saw. melarang pluralisme, ditunjukkan dengan adanya teguran Rasulullah saw. terhadap Umar bin Khaththab yang membawa potongan Kitab Taurat. Di saat lain, Abdullah bin Salam dan kawan-kawannya—para sahabat yang masuk Islam dan dulunya adalah pemeluk Yahudi—yang telah beriman kepada Nabi Muhammad saw. dan syariat Islam yang beliau bawa, tetap mempertahankan keyakinan mereka kepada sebagian syariat Nabi Musa (as.).
Mereka tetap menghormati dan mengagungkan hari Sabtu, serta membenci daging dan susu unta. Allah pun menurunkan firman-Nya, “Wahai orang-orang yang beriman masuklah kamu kepada Islam secara menyeluruh, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi kamu.” (QS Al-Baqarah [2]: 208).
Kebolehan ahlu dzimmah beribadah tidak berarti menganggap agama mereka benar. Sebaliknya, Rasulullah menyampaikan pada umat bahwa satu-satunya agama yang diridai Allah hanya Islam, seperti yang tecermin dalam QS ‘Ali Imran: 19, “Sesungguhnya agama yang diridai di sisi Allah hanya Islam.” Kutipan ayat tersebut makin mengukuhkan keimanan umat Islam akan kebenaran agama yang Rasul sampaikan.
Sepak terjang Rasulullah dalam memimpin daulah Islam di Madinah menjadi cikal bakal Khilafah Islamiah dalam memimpin peradaban Islam yang agung. Khulafaurasyidin melanjutkan kepemimpinan Rasul dalam mengurusi rakyat Khilafah. Mereka mengikuti yang Rasul lakukan dalam membangun struktur negara.
Mereka mengatur berbagai urusan rakyat yang berada di dalam maupun luar kekhalifahan. Pengaturan ini berlanjut dengan adanya kepemimpinan para khalifah setelah mereka, yang mengatur manusia dengan syariat Islam kafah. Kondisi ini terus berjalan hingga tampak kecemerlangan peradaban Islam yang mengalahkan peradaban mana pun hingga saat ini.
Oleh karena itu, Maulid adalah momen kita mengingat perjuangan Rasulullah dalam menyebarkan Islam dan menerapkan syariat Islam yang utuh-menyeluruh dalam seluruh aspek kehidupan tanpa dipilah dan dipilih.
Urgensi mengenang momentum Maulid Rasulullah saw. adalah agar kita mampu menjadikan beliau sebagai satu-satunya sosok pegangan, model perilaku, dan suri teladan dalam semua aspek kehidupan. Kehadiran Rasulullah Saw. dengan Islamnya di tengah umat manusia adalah untuk mengatur seluruh aspek kehidupan mereka.[]