Ummul Fadhl “Lubabah” Binti Al Harits, Mujahidah Pemberani serta Ibunda dari Ulama Terbesar & Ahli Tafsir Terkemuka

Oleh : Rofah M

Suaramubalighah.com, Muslimah Inspiratif –  Ummu Fadhl bernama asli Lubabah binti Al Harits bin Hazn bin Buhair Al-Hilaliyah, sosok wanita mulia nan agung.  Ia lebih dikenal dengan panggilan Ummul Fadhl karena putra pertamanya bernama Fadhl.   Dia adalah salah seorang dari 4 mukminah yang keimanannya mendapatkan persaksian dari Rasulullah SAW.  Dan Rasulullah SAW telah menyampaikan kesaksiannya tentang keimanan 4 bersaudara ini dalam sabda beliau : “Ada empat perempuan bersaudara, yakni Maimunah, Ummul Fadhl, Salma dan Asma binti Umais (saudara seibu) adalah wanita-wanita yang beriman” (HR. Nasa’i dan Hakim dari Ibnu Abbas). 

Keempat bersaudara ini merupakan wanita-wanita yang dinikahi oleh laki-laki hebat dan mulia. Mengapa? Karena Maimunah adalah istri Rasulullah SAW.  Lubabah atau Ummul Fadhl dinikahi oleh Abbas ra paman Rasulullah. Salma dinikahi oleh Hamzah yang juga paman Rasulullah.  Sedangkan Asma’ dinikahi oleh Ja’far bin Abi Thalib sepupu Rasulullah.

Salah Satu Wanita Yang Pertama Masuk Islam dan Giat Menuntut Ilmu

Ummul Fadhl adalah wanita pertama  yang  masuk Islam dengan hati yang jernih dan fitrah yang lurus, setelah Khadijah Ummul Mukminin.  Ini menggambarkan bahwa Ummul Fadhl adalah sosok muslimah yang bersegera memenuhi panggilan iman dan kebenaran tanpa menunda-nunda. Di saat orang-orang kafir Qurasy  mendustakan cahaya kebenaran Islam.  Sungguh merupakan sifat mulia dan keutamaan yang menggambarkan  sosok mukminah bertakwa. 

Imam Adh Dhahabi menyatakan, “Ada yang berpendapat bahwa (selain Khadijah ra), maka tidak ada wanita yang memeluk Islam sebelum Ummul Fadhl”.

Ummul Fadhl memeluk Islam dan berada di garis depan kafilah Islam yang dipuji oleh Allah SWT, dalam firman-Nya :

Artinya “Orang-orang yang terdahulu lagi pertama-tama (masuk islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya.  Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.  Itulah kemenangan yang besar” ( At Taubah ayat 100)

Setelah saudari Ummul Fadhl, yakni Maimunah dinikahi oleh Rasulullah SAW pada tahun 6 H dan diboyong ke Madinah, maka Ummul Fadhl dan Abbas juga berpindah ke Madinah.

Ummul Fadhl dikenal sebagai wanita yang sangat haus dengan ilmu.  Maka setelah tinggal di Madinah, Ummul Fadhl memiliki seorang penuntun yang bertugas membawanya ke rumah Rasulullah saw, dan selalu menjumpai Rasulullah baik ketika beliau sedang bersama Maimunah maupun sedang bersama istri-isrti Rasulullah yang lain.  Dan tidak ada seorang pun yang merasa keberatan dengan kebiasaan Ummul Fadhl ini, karena semua orang mengetahui keutamaan dan keistimewaan Ummul Fadhl ra.

Mujahidah Pemberani

Abu Ar Rafi’ pelayan Rasulullah saw telah menuturkan sebuah peristiwa monumental yang melibatkan keberanian Ummul Fadhil menghadapi Abu Lahab. Abu Ar Rafi’ menceritakan : “Ketika itu aku asih menjadi pelayan Abbas bin Abdul Mutholib.  Cahaya Islam telah merambah seluruh anggota keluarga Abbas,  Abbas telah memeluk Islam, begitu pula Ummul Fadhl dan aku.  Masalahnya Abbas  khawatir terhadap Quraisy dan ia tidak ingin bentrok lagi dengan mereka, sehingga ia menyembunyikan kesilamannya.   Abbas adalah orang yang kaya raya dan sekian banyak hartanya berada di tangan orang-orang Quraisy.  Saat itu sedang terjadi perang Badar, sementara Abu Lahab tidak berangkat berperang. Ia mendengar tentang kekalahan kaum Qurasy menghadapi tentara kaum muslimin”.

Ketika Abu Sufyan datang, langsung ditanya oleh Abu Lahab tentang kondisi pasukan Quraiys.  Lantas Abu Sufyan menjawab : “Demi Allah, ketika kami mulai bentrok dengan musuh, kami seakan-akan menyodorkan leher-leher kami untuk mereka tebas dan menawan kami sesuka hati.  Demi Allah sebenarnya aku tidak kecewa dengan kekuatan pasukan kita, karena ada pemandangan yang mengejutkan, kami berhadapan dengan pasukan yang semuanya berbaju putih dan menunggang kuda yang gagah. Mereka seakan-akan terbang dan menerjang dengan hebat, sehingga tidak mungkin ada yang dapat menahannya”.

Abu Rafi melanjutkan : “Saat mendengar penjelasan Abu Sufyan tersebut, aku berkata, “demi Allah itu adalah malaikat”.  Tiba-tiba Abu Lahab melayangkankan tangannya dan menamparku keras-keras.  Aku berusaha mempertahankan diri, namun ia membantingku ke tanah dan menindihku sambil terus memukuliku.  Saat itulah tanpa diduga Ummul Fadhil mengambil sebatang kayu lalu menghantam kepala Abu Lahab hingga luka cukup parah”. 

Ummul Fadhl membentak, “Engkau berani memukulinya saat tuannya tidak ada di sini!”  Tanpa banyak bicara Abu Lahab pergi dengan perasaan malu.    Abu Lahab hanya bertahan hidup selama 7 hari sejak kejadian itu, karena Allah membuatnya menderita penyakit kulit akut yang merenggut nyawanya.

Dalam peristiwa ini, Ummul Fadhl menunjukkan sikap keberaniannya menghadapi Abu Lahab, tokoh pembesar Quraisy yang ditakuti oleh kaumnya.  Ummul Fadhil tidak ragu untuk memberikan pembelaan kepada pelayan yang didzalimi oleh musuh Allah, Abu Lahab.  Dalam peristiwa ini juga menunjukkan keberanian Ummul Fadhl melawan kedzaliman yang terjadi dihadapannya, meski ia tahu bahwa apa yang dilakukannya bukan berarti tanpa risiko.  Tapi kekuatan iman yang tertancap kuat didalam dirinya, membuatnya berani melakukan itu semua tanpa ragu. Itulah sebabnya ia mendapat sebutan mujahidah yang pemberani.

Kebahagiaan-Kebahagiaan Yang Menyelimuti Hati

Sammak bin Harb mengatakan bahwa suatu ketika Ummul Fadhl berkata : “Wahai Rasulullah SAW, aku ingin sekali ada seorang dari keluargamu yang tinggal di rumahku”. Rasulullah menjawab : “Fatimah akan melahirkan seorang anak, engkau dapat menyusuinya bersama purtamu, Qutsam”.

Ummul Fadhl sangat senang bisa menjadi ibu susu bagi cucu Rasulullah saw, Al Husein.  Terlebih Nabi pernah bersabda  : ”Al Hasan dan Al Husain adalah pemimpin kaum muda penghuni surga” (HR. Imam Ahmad dan Thabran).  Dengan kata lain Ummul Fadhl telah mendapatkan kesempatan untuk menjadi Ibu Susu bagi  Pemuda Ahli Surga. Ini menjadi keistimewaan tersendiri bagi Ummul Fadhl.

Kebahagiaan yang begitu besar yang juga  dirasakan oleh Ummul Fadhl adalah dengan masuk Islamnya Abbas suaminya. Ia sangat bahagia karena suaminya Abbas selalu hadir dalam peristiwa-peristiwa besar bersama Rasulullah saw.

Tidak hanya ini, ia juga merasa sangat bahagia karena mendengar tingginya kedudukan dan status suaminya dihati Rasulullah SAW.  Hal ini nampak dalam ungkapan-ungkapan Nabi tentang Abbas.   Misalnya Sa’id bin Al Musayyib menuturkan bahwa Saad berkata, “Ketika kami sedang bersama Nabi SAW di daerah Naqi Al Khail, Abbas datang”.  Ketika melihatnya Nabi SAW berkata, “Inilah Abbas paman Nabi kalian. Ia adalah orang Quraiys yang paling dermawan dan paling baik dalam menjaga hubungan dengan keluarga”.   Juga Abdul Mutholib bin Rabiah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda “Mengapa ada beberapa orang yang menyakitiku dengan menyakiti Abbas.  Sesungguhnya paman adalah sejajar dengan ayah.  Siapa yang menyakiti Abbas berarti telah menyakitiku”

Kebahagiaan Ummul Fadhl tidak hanya sampai disini, ia juga sangat senang dengan keberadaan putera tercinta Abdullah bin Abbas yang dilahirkan ketika menjalani masa pemboikotan yang dilakukan oleh Quraisy terhadap Bani Hasyim.  Ketika Abdullah masih dalam kandungan, Ummul Fadhl mendapat kabar gembira dari Rasulullah. 

Dalam sebuah riwayat dikisahkan, ketika Ummul Fadhl sedang berjalan dan Rasulullah sedang ada di area Hijir, tiba-tiba beliau menyapanya, “Hai Ummul Fadhl, sesungguhnya engkau sedang mengandung seorang anak laki-laki”.  Ummul Fadhl pun heran seraya bertanya, “Apa maksudnya Ya Rasulullah, apakah karena orang-orang Quraisy telah bersumpah tidak ingin mendapat anak perempuan?”.  Rasulullah SAW menjawab, “Bukan karena itu.  Tetapi memang seperti yang kukatakan tadi.  Jika engkau melahirkannya, maka bawalah ia kepadaku”

Maka setalah melahirkan, Ummu Fadhl pun membawanya kepada Rasulullah SAW.  Beliau memberi nama Abdullah, lalu mentahnik lidah bayi dengan ludahnya.  Setelah selesai Rasulullah SAW berkata, “Bawalah anakmu ini, kelak engkau akan mendaptinya sebagai seorang anak yang pandai dan bijaksana”.

Ibnu Abbas putra Ummu Fadhl pun tumbuh menjadi pemuda yang tampan, gagah , berbadan tinggi dan tegap, berwibawa, cerdas dan bijaksana.

Suatu saat ketika giliran Rasulullah di rumah Maimunah, bibi dari Ibnu Abbas.  Maka Ibnu Abbas menyiapkan air wudhu yang akan digunakan oleh Nabi di malam hari.   Maimunah pun memberitahu Nabi, tentang hal tersebut lantas Nabi berdoa : “Ya Allah pahamkanlah dia tentang agama ini dan ajarkanlah ta’wil (tafsir) kepadanya”. 

Ibnu Abbas ra berkata, “Nabi saw berdoa dua kali agar aku dianugerahi hikmah” (HR. Tirmidzi)

Ketika Rasululllah wafat, maka usia Ibnu abbas 13 th.  Ia dikenal sebagai ulama terbesar umat dan digelari Al Bahr (laut), karena memiliki ilmu pengetahuan yang sangat luas.  Bahkan ketika Umar dan Utsman menjadi Khalifah, maka Ibnu Abbas sering dimintai pendapat dan fatwa dalam berbagai urusan.

Peran Ibu dalam Pendidikan Generasi

Sosok Ibnu Abbas ra yang tumbuh menjadi ulama terbesar di jamannya, tentu tidak lepas dari peran Ibundanya, Ummul Fadhl.  Seorang ibu yang juga selalu semangat mempelajari ilmu sejak masuk Islam, Ibu yang cerdas, tangguh dan mujahidah pemberani.  Oleh karena apabila kita ambil keteladanan Ummul Fadhl sebagai ibu pendidik generasi, adalah hal yang luar biasa.  Peran yang tidak bisa diremehkan. 

Apalagi di era kapitalis liberal saat ini.  Seringkali kaum muslimah terjerat pada pemikiran kapitalis liberal, sehingga lebih memilih berkarya di luar rumah untuk mengejar karir atau status sosial yang tinggi di mata manusia.  Sedangkan peran Ibu sebagai pendidik generasi seringkali diabaikah bahkan tak jarang dipandang dengan sebelah mata. Mereka lupa bahwa sosok Abdullah bin Abbas tumbuh menjadi ulama terbesar dan Ahli Tafsir Terkemuka yang bijaksana di jamannya adalah karena peran besar dari Ibu dalam mendidik dan membimbingnya.

Kecerdasan dan kehebatan Ummul Fadhl dalam mendidik generasi dibuktikan dengan kehebatan ke enam putranya yang memiliki kedudukan mulia yaitu Fadhl, Abdullah Al-Faqih (Ibn Abbas), Ubaidillah Al-Faqih, Qutsam, Ma’bad dan Abdurrahman.

Wanita dengan Kecerdasan dan Kejeniusannya.

Ummul Fadhl ra menjalani hari-harinya dengan menyibukkan diri belajar berbagai hal dari Rasulullah saw baik petunjuk, kesabaran, akhlak maupun ilmu hingga ia menjadi salah seorang wanita yang benyak meriwatkan hadits.  Banyak sahabat yang menimba ilmu darinya termasuk kedua putranya sendiri, Abdullah (Ibnu Abbas) dan Tamam.

Allah azza wa jalla menganugerahinya kemuliaan lain, yakni ia dan suaminya Abbas, ikut melaksanakan haji wada’ bersama Rasulullah saw.  Ummu Fadhl mengalami kejadian penting ketika wuquf di Arofah.

“Umair pelayan Ibnu Abbas menceritakan dari Ummul Fadhl bahwa ketika wuquf di Arofah ada beberapa orang yang berdebat di dekatnya tentang puasa Rasulullah SAW pada hari itu.  Sebagian berpendapat bahwa Rasulullah Saw berpuasa, tapi sebagian yang lain mengatakan bahwa beliau tidak berpuasa.  Melihat hal itu, Ummul Fadhl ra langsung mengirim wadah berisi susu kepada Rasulullah Saw  yang dedang duduk di atas punggung untanya. Dan Rasulullah pun meminumnya” (Muttafak’alaih).  Itulah kecerdasan dan kejeniusan Ummul Fadhl dalam menyelesaikan perdebatan yang tengah terjadi tentang puasa Rasul.

Perpisahan dengan Rasulullah Tidak Menyurutkan Semangat Juang

Ketika Rasulullah SAW wafat, Ummu Fadhl merasakan kesedihan yang sangat. Namun ia tetap sabar dan menyerahkan segalanya kepada Allah.  Ia pun tetap berpegang teguh dengan keyakinan dan kebiasaan-kebiasaan baiknya.  Ia tetap rain beribadah, hidup zuhud, shalat malam dan berpuasa.  Bahkan iapun tetap giat mencari ilmu dan bekerja keras untuk berdakwah di jalan Allah SAW.

Abu Bakar ra, Umar ra dan Utsman ra sangat paham dengan tingginya kedudukan Ummul Fadhl  di mata Rasulullah saw, sehingga kedua shahabat Rasulullah saw ini juga sangat menghormati Ummul Fadhl.  Karena bagaimanapun juga Ummul Fadhl adalah wanita pertama yang memeluk Islam setelah Khadijah dan ia telah mengorbankan segala sesuatu untuk membela agama Allah.

Setelah melalui perjalanan yang panjang tapi penuh dengan karya dan pengorbanan demi menegakkan agama Allah.  Ummul Fadhl pun terbaring lemah di kasur kematikan.  Ia telah banyak berjasa kepada agama ini, salah satunya adalah perannya yang sangat besar dalam melahirkan dan mendidik ulama terbesar umat yakni Abdullah bin Abbas.  Abdullah bin Abbas adalah bagian dari pundi kebaikannya yang akan ia rasakan hasilnya di hari akhir kelak. 

Rasullah Saw telah bersabda : “Apabila mati anak adam, maka terputuslah seluruh amalnyanya kecuali tiga hal yakni shadaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh yang mendoakannya” (HR. Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, An Nasai dari Abu Hurairah)

Ibroh Yang Bisa Kita Petik dari Sosok Ummul Fadhl adalah

  1. Wanita Sholihah  dengan keimanan yang kuat dan tidak ragu dalam menerima kebenaran yang datang dari Allah dan Rasul-Nya
  2. Wanita Sholihah yang berkedudukan mulia karena ketinggian ilmunya, yang ia dapatkan dengan giat belajar tanpa mengenal usia
  3. Wanita mujahidah pemberani yang berani menentang kedzaliman musuh Allah
  4. Wanita sholihah ahli ibadah dan rela mengorbankan segala kemampuan untuk membela agama Islam
  5. Wanita sholihah yang melahirkan dan mendidik putra-putranya hingga menjadi ulama terbesar ummat seperti Abdullah bin Abbas atau Ibnu Abbas.
  6. Wanita zuhud yang tidak tergoda oleh gemerlap dunia, dan tetap fokus di dalam tugas utama sebagai pendidik generasi dan setia mendampingi suami dalam perjuangan, namun tidak lupa dengan turut berperan dalam perjuangan Islam.

Semoga kita bisa mengambil Ibroh dan menjadi Wanita Sholihah yang diridhoi oleh Allah sebagaimana para shahabiyah.  Aaamiin…

Sumber : 35 Sirah Shahabiyah jilid 2 karya Mahmud Al Mishri