Oleh: Shafiyyah Raihanah
Suaramubalighah.com, Al-Qur’an – Semenjak digulirkannya program moderasi beragama di negeri ini, narasi-narasi kebencian terhadap Islam semakin banyak dilakukan oleh orang-orang yang membenci Islam. Alih-alih bertujuan untuk memberikan kedamaian di negeri ini, justru sebaliknya mereka membuat kegaduhan dengan semakin berani menghina islam. Bahkan, bukan hanya mencaci ajarannya, kini semakin berani menghina Allah SWT.
Ferdinand Hutahaean menjadi tersangka kasus dugaan ujaran kebencian bernuansa SARA. Ia menjadi tersangka atas cuitan yang berbunyi ‘Kasihan sekali Allahmu ternyata lemah harus dibela. Kalau aku sih Allahku luar biasa, maha segalanya, Dialah pembelaku selalu dan Allahku tak perlu dibela.’ Padahal selama ini ia mengaku sangat menghargai perbedaan dan tidak mau ada orang atau pihak-pihak yang menghina dan atau merendahkan Tuhan atau agama orang lain. Tapi hal tersebut dilanggar olehnya, sehingga menyakiti hati umat Islam.
Kaum muslim wajib geram dan melakukan pembelaan terhadap penghinaan kepada Allah SWT tersebut. Meskipun Allah sebenarnya tidak memerlukan pembelaan, namun Allah memerintahkan untuk menolong agama Allah.
Allah SWT telah menyebutkan di dalam al Qur’an surat Muhammad ayat 7,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ تَنْصُرُوا اللّٰهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ اَقْدَامَكُمْ
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”
Imam Ar-Razi dalam hal ini menjelaskan tentang makna “In tanshurullah” (jika kalian menolong Allah) adalah menolong agama-Nya, memperjuangkan syari’ah-Nya dan membantu para pejuang yang memperjuangkannya. Di dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan tentang maksud dari ayat ini dengan ungkapan, “al-Jaza’ jinsu al-‘amal (balasan itu sesuai dengan jenis amal yang diberikan).” Hal ini berarti, ketika siapa pun yang menolong Allah, maka Allah pasti akan menolongnya.
Penjelasan tersebut senada dengan Tafsir ringkas Kementerian Agama RI mengenai surat Muhammad ayat 7 ini, bahwa Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman bahwa mereka akan mendapat kemenangan terhadap musuh-musuhnya apabila mereka benar-benar menolong agama Allah. Janji Allah ini dinyatakan dalam ayat-Nya, wahai orang-orang beriman, yang percaya kepada Allah dan Rasul-Nya dan mengamalkan tuntunan-Nya. Jika kamu menolong agama Allah dengan berjihad memperjuangkan kebenaran di jalan Allah, niscaya dia akan menolongmu menghadapi berbagai kesulitan dan meneguhkan kedudukanmu sehingga kamu dapat mengalahkan musuh-musuhmu.
Itulah janji Allah untuk mendorong mereka orang yang beriman agar tidak segan dalam berjihad di jalan Allah. Dan orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-Nya dan mengingkari tuntunan agama-Nya maka celakalah mereka baik di dunia maupun di akhirat dan Allah menghapus segala amalnya sehingga amal mereka itu sia-sia. Yang demikian itu merupakan ketetapan Allah karena mereka membenci apa yang diturunkan Allah, yakni Al-Qur’an, maka Allah menghapus segala amal mereka, yakni tidak memberikan pahala kepada amal perbuatannya.
Allah SWT memerintahkan kaum muslim untuk menjadi pembela-Nya. Sebagaimana ditegaskan di dalam al-Quran:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُونُوٓاْ أَنصَارَ ٱللَّهِ
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kalian sebagai penolong-penolong Allah (QS ash-Shaf: 14).
Begitu juga Allah menegaskan:
وَٱللَّهُ أَعۡلَمُ بِأَعۡدَآئِكُمۡۚ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ وَلِيّٗا وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ نَصِيرٗا
“Allah Mahatahu atas musuh-musuh kalian. Cukuplah Allah menjadi Pelindung dan cukuplah Allah menjadi Penolong” (QS. An Nisa’ :45).
Imam Abu Nu’aim dan Al-Hafidz Ibn Al-Jauzi menyebutkan para penolong dan pembela Allah itu sebagai “Awliya’-lLah.” Mereka itu adalah mulai dari Nabi Muhammad saw, para sahabat, tabi’in, atba’ tabi’in dan generasi setelah mereka yang berjuang membela agama-Nya.
Nabi Muhammad saw bersusah-payah membela agama Allah di Makkah dengan ujian berat hingga berdarah-darah dan melalui percobaan pembunuhan oleh orang-orang yang benci dengan Islam. Beliau juga ikut berperang bersama para sahabatnya melawan kaum kafir lebih dari 79 kali, bahkan 27 kali peperangan dipimpin langsung oleh beliau.
Begitu pun perjuangan dan jihad yang dilakukan oleh generasi berikutnya, di bawah kepemimpinan Khalifah atau pun bukan, merupakan bukti bahwa para “Awliya’-lLah” itu tetap ada. Mereka berjuang untuk membela Allah, agama dan kehormatannya. Saat kehormatan Nabi Muhammad saw dinista, Sultan Abdul Hamid II, segera memperingatkan Inggris untuk menghentikan pementasan drama yang menistakan kemuliaan Nabi saw, dan jika tidak, Khilafah Utsmani akan menghancurkan Inggris.
Namun kaum muslim perlu berhati-hati terhadap “Awliya’ as-syaithan” (kekasih/pembela setan) yang diterangkan Allah di dalam al-Quran (QS an-Nisa: 67). Mereka adalah orang yang menghalangi, merusak dan menghancurkan agama Allah. Mereka juga menghalangi dan memerangi orang yang berjuang menegakkan agama-Nya.
Jadi jelas, menolong agama Allah merupakan kewajiban kaum muslim. Menunaikan kewajiban ini, maka dia layak mendapatkan gelar “Awliya’-iLah” dari Allah SWT. Sebaliknya, siapa saja yang membiarkan agama Allah di hina, bahkan sampai membela penghinanya, maka dia menjadi “Awliya’Asy-Syaithan.”
Wallahu a’lam bishshawab