Menjalin Persahabatan yang Indah dengan Mertua

Oleh: Najmah Saiidah

Suaramubalighah.com, muslimah dan keluarga — Salah satu tujuan disyariatkannya pernikahan adalah terjalinnya hubungan silaturahmi yang makin luas antara keluarga besar kedua mempelai sehingga terbangun hubungan persaudaraan muslim yang didasari oleh hubungan akidah dan nasab. Keluarga pasangan kita berhak untuk dipelihara hubungan silaturahmi dengannya. Mertua kita juga berhak untuk dimuliakan oleh menantunya, sebagaimana anaknya juga wajib memuliakan kedua orang tuanya.

Kadang muncul permasalahan dalam rumah tangga, terutama bagi keluarga baru yang belum saling mengenal baik dengan keluarga pasangan. Baik permasalahan antara menantu dengan mertua, maupun dengan para iparnya. Semua permasalahan itu akan berakhir dengan penuh keberkahan jika segalanya dikembalikan kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah Swt. berfirman,

وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّبِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْجَارِ ذِى الْقُرْبٰى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْۢبِ وَابْنِ السَّبِيْلِۙ وَمَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُوْرًاۙ

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang miskin, tetangga yang dekat dan yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (QS An-Nisa: 36)

Setiap pasangan yang hendak menikah, sudah seharusnya siap untuk menerima keluarga pasangan dengan semua kondisinya. Perjalanan bahtera rumah tangga sangat dipengaruhi oleh rida kedua orang tua masing-masing pasangan. Oleh karena itu, sudah seharusnya setiap pasangan memahami adab anak kepada orang tuanya, termasuk juga adab menantu kepada mertua, karena seorang istri atau suami akan selalu menganjurkan pasangannya senantiasa berbuat baik kepada kedua orang ibu bapaknya.

Adab Menantu kepada Mertua

Mertua, sesungguhnya adalah orang tua kita sendiri, harus diperlakukan sebagaimana orang tua kita juga. Karenanya, Islam memerintahkan kita untuk berbuat baik kepada mertua, memuliakan, dan menghormati mereka. Islam telah memberikan tuntunan kepada kita tentang adab menantu kepada mertua sehingga terjalin hubungan yang harmonis antara menantu dan mertua serta keluarga suaminya yang selanjutnya akan terwujud hubungan keluarga yang penuh keberkahan.

Sudah seharusnya kita sebagai menantu memperlakukan mereka dengan baik, menghormati, dan memuliakan mereka. Kemudian memberikan kasih sayang dan perhatian kepada mereka serta menuruti nasihatnya selama tidak bertentangan dengan syariat.

Memuliakan mertua berarti menjaga kehormatannya, bersikap sopan, berkata-kata baik, dan lemah lembut kepada mereka. Menghormati mereka dengan menghargai mereka dan tidak bersikap seenaknya, menyambut mereka ketika datang ke rumah kita serta menyayangi mereka. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an,

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (QS al-Isra’: 23)

Selain itu, merupakan keharusan untuk selalu memperhatikan kondisi mereka. Jika dekat, alangkah baiknya untuk sering-sering mengunjunginya dan jika berjauhan bisa berkabar melalui telepon serta bersikap penuh perhatian. Apabila mertua dalam keadaan sakit, kewajiban kita adalah merawatnya. Firman Allah Swt., “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS Luqman:14)

Akan tetapi harus kita ingat pula, bahwa rasa sayang dan hormat kita kepada mertua tidak menghalangi kita untuk beramar makruf nahi mungkar ketika ada sikap, perilaku, atau apa pun dari mertua yang melaggar aturan Allah. Kita tetap berkewajiban untuk mengingatkannya dengan cara yang baik dan kata-kata yang sopan dan tidak terkesan menggurui, sebab orang tua cenderung tidak suka digurui. Alangkah lebih baiknya jika kita bisa mengajaknya untuk mengikuti kajian-kajian di majelis-majelis taklim.

Menjalin Persahabatan dengan Mertua

Setelah menikah dan memiliki keluarga kecil, sebagian dari kita menilai lebih baik terpisah dari keluarga inti supaya bisa lebih mandiri. Namun terkadang ada kondisi tertentu yang membuat kita memilih untuk tinggal bersama orang tua atau mertua karena berbagai alasan. Memang bukan hal mudah untuk beradaptasi dengan situasi ini. Dengan berbekal pemahaman Islam yang mengatur hubungan mertua dan menantu serta memperhatikan adab anak terhadap oran tua dan juga menantu terhadap mertua, dengan izin Allah kita akan bisa menjalaninya dengan baik.

Kita tentu ingin memiliki hubungan lebih erat dengan seseorang yang telah melahirkan suami kita. Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan sehingga kita dan mertua menjadi layaknya sahabat, di antaranya:

  1. Memberi perhatian dan tidak membebani.

Sebagaimana sikap kita kepada orang tua kandung, demikian juga sikap kita kepada mertua. Kita harus memberikan perhatian kepada mereka, termasuk berkaitan dengan kebutuhan mereka dan berusaha tidak membebani mereka. Kita selalu menanyakan keadaannya dan peka terhadap kondisi mertua, apakah terlihat sakit atau baik-baik saja. Dengan sikap seperti ini, maka akan terlihat rasa kasih sayang yang ditunjukkan menantu kepada mertuanya sehingga akan terjalin hubungan keluarga yang lebih harmonis

Selain itu, yang harus diingat pula adalah ketika kita telah mengambil keputusan untuk menjalani bahtera rumah tangga, hendaknya berusaha mandiri untuk menghadapi tiap masalah yang datang setelah menikah. Demikian pula setelah memiliki anak, maka seorang istri harus berupaya keras mengasuh anaknya dengan baik, tidak lantas membebani ibu atau ibu mertua. Tidak mengapa kita belajar dari mereka bagaimana cara merawat dan mengasuh anak yang baik. Hal ini akan memberikan kebaikan dalam sebuah hubungan.

  1. Sering berbincang bersama dan meminta nasihat.

Berbincang bersama dan saling tukar pikiran tentang suatu masalah akan mampu mencairkan suasana hubungan mertua dan menantu. Baik juga jika kita menunjukkan minat yang tulus pada kehidupan ibu mertua kita dengan menanyakan tentang masa mudanya yang menyenangkan dan kita mendengarkan ceritanya dengan seksama.

Momen ini juga bisa kita sempatkan untuk meminta nasihat kepada mereka. Karena untuk urusan mengasuh dan merawat anak, mereka tentu saja lebih banyak pengalaman dan pengetahuan. Dengan begitu mereka akan merasa bahwa kita memercayai mereka. Dan kepercayaan adalah hal baik untuk sebuah hubungan.

  1. Sering melakukan aktivitas bersama.

Cara terbaik lainnya untuk menjalin persahabatan dengan mertua adalah dengan melakukan aktivitas bersama. Menikmati hobi bersama akan menghilangkan kekakuan hubungan kita dan mertua, di samping itu bisa membangun kedekatan yang lebih intens. Berbelanja atau hanya dengan jalan pagi santai berdua selepas suami pergi berkerja sambil mengobrol akan semakin mendekatkan kita dengan mertua. Bisa juga masak bersama, saling bertukar resep merupakan aktivitas yang mengasyikkan juga. Selain itu, bercocok tanam bersama dan tentunya panen atau menikmati bunga-bunga hasil berkebun bersama akan semakin mendekatkan hati mertua dan menantu.

  1. Tidak menghalangi suami untuk berbakti kepada orang tuanya, bahkan selalu mendorongnya.

Bagi seorang laki-laki, setelah menikah dia tetap memiliki kewajiban utama untuk berbakti kepada ibunya. Namun, bagi seorang perempuan, kewajiban utamanya berubah, dari yang semula berbakti kepada orang tua, setelah menikah kewajiban utamanya berbakti kepada suaminya. Dalam hal ini keduanya harus saling memahami.

Suami tidak boleh semena-mena pada istrinya. Sedangkan istri juga harus tetap ikhlas dan selalu mendorong suaminya untuk berbakti pada orang tuanya.

“Yang paling berhak atas seorang wanita adalah suaminya. Yang paling berhak atas seorang lelaki adalah ibunya.” (HR Tirmidzi)

Dari Abdullah bin ’Amru ra., ia berkata, Rasulullah saw. Bersabda, “Rida Allah tergantung pada rida orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua.”

  1. Mendekatkan hubungan anak-anak kita dengan nenek dan kakeknya.

Ketika kita telah memiliki buah hati, alangkah baiknya jika kita sering-sering mendekatkan mereka dengan kakek neneknya. Jika tidak serumah, kita bisa berkunjung ke rumah mertua dengan anak-anak. Pada umumnya kakek dan nenek berkeinginan untuk menimang cucu dan bermain akrab dengan cucu-cucunya. Hal ini tidak hanya menjadikan mereka bahagia karena bertemu dan bisa bercengkerama dengan cucu-cucunya, tetapi juga bisa mempererat ikatan kekeluargaan.

Allah memerintahkan untuk selalu mempererat hubungan silaturahmi dan jangan sampai memutusnya, karena termasuk dosa besar. Allah berfirman dalam QS Muhammad: 22, yang artinya, “Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?”

Nabi saw. bersabda, “Orang yang menyambung silaturahmi itu, bukanlah yang menyambung hubungan yang sudah terjalin, akan tetapi orang yang menyambung silaturahmi ialah orang yang menjalin kembali hubungan kekerabatan yang sudah terputus.” (Muttafaqun ‘alaihi)

  1. Mengeratkan Hubungan Mertua dengan Keluarga Kita.

Menikah berarti menyatukan dua keluarga besar dan selanjutnya akan terhubung silaturahmi yang semakin luas antara keluarga keduanya. Pengaruh hubungan ini sampai ke akhirat kelak ketika hamba dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Swt.. Allah Swt. berfirman yang artinya, “…. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS An-Nisa: 1)

Karena itu menjadi kewajiban kita untuk mendekatkan hubungan keluarga suami atau mertua dengan keluarga kita. Misalnya saling mengunjungi di momen-momen tertentu semisal Idulfitri atau jika berdekatan, bisa lebih sering bertemu pada hari libur untuk makan bersama, misalnya, dan sebagainya.

Khatimah

Demikianlah, sesungguhnya Islam telah memberikan tuntunan kepada kita bagaimana adab seorang menantu kepada mertua dan keluarganya sebagai pedoman bagi kita. Dengan kita mengetahui dan memahaminya dengan baik, kita akan berusaha untuk menjaga adab terhadap mertua dan merealisasikannya dalam kehidupan. Berikutnya akan berlangsung kehidupan yang harmonis antara dua keluarga dan seluruh kerabatnya.

Dengan pijakan ini, kita sebagai menantu akan bisa menjalin persahabatan yang indah dengan mertua dan keluarga pasangan kita. Semoga Allah Swt. senantiasa membukakan pintu-pintu keberkahan untuk keluarga kita, keluarga orang tua kita, dan keluarga mertua kita. Amin. Wallahu a’lam bishshawab.

Sumber: muslimahnews.net