Ummu Ruman binti Amir, Ibu Cerdas Islami

Oleh: Ani Ummu Zaza

Suaramubalighah.com, Muslimah Inspiratif – Inilah sosok shahabiyah luar biasa. Wanita hebat, bertakwa, dan ibu yang cerdas. Dari rahimnya lahir pejuang Islam yang pemberani dan pemanah handal, Abdurrahman bin Abu Bakar Ash-Shiddiq. Selain itu, ada putrinya yang cerdas, fakih, dan ahli ilmu yaitu Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Ummu Ruman binti Amir termasuk wanita yang pertama memeluk Islam. Akidah Islam menancap kuat dalam kalbu, setelah suaminya Abu Bakar Ash-Shiddiq mengajaknya memeluk agama yang dibawa sahabatnya, Muhammad saw.. Hatinya yang sehat dan akalnya yang cerdas, memudahkan dirinya memahami Islam. Anggota badannya dengan ringan bersegera dan bersemangat menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya. Selain itu, Ummu Ruman juga taat kepada suaminya.

Ummu Ruman ialah sosok ibu idaman. Hatinya lembut dan penuh kasih sayang. Ia begitu sabar mendidik Abdurrahman dan Aisyah. Berbekal ilmu, takwa, dan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, ia menjalankan tugasnya sebagai umm warabbatul bait (ibu dan pengatur rumah tangga). Bersihnya hati mampu mengasuh kedua anaknya menjadi generasi muslim sehat, cerdas, dan bertakwa. Ia begitu amanah menjaga anak-anaknya. Ia laksanakan pesan Rasulullah saat berkunjung ke rumahnya, “Wahai Ummu Ruman, berbuat baiklah terhadap Aisyah dan jagalah ia bagiku.”

Waktu terus berjalan. Tibalah kabar gembira, Rasulullah meminang Asiyah menjadi istrinya. Allah memerintahkan Rasulullah menikahi wanita cerdas hasil didikan ibu cerdas islami. Hal itu membuat Ummu Ruman bahagia. Ia bersyukur Allah memberi laki-laki terbaik untuk putrinya.

Setelah Rasulullah hijrah ke Madinah dengan selamat, Ummu Ruman memimpin rombongan muhajirin. Atas kuasa Allah, rombongan sampai dengan selamat. Ummu Ruman tinggal di rumah yang telah disiapkan Abu Bakar. Ia masih ingat pesan Rasulullah untuk menjaga Aisyah dengan pendidikan Islam. Hingga akhirnya Ummu Ruman harus melepaskan putrinya menikah dan tinggal bersama Rasulullah pada bulan Syawal tahun kedua Hijriyah.

Ummu Ruman memiliki sikap bijak dan tenang dalam menghadapi ujian. Ketika putrinya Aisyah mendapatkan fitnah keji dari para munafik pimpinan Abdullah bin Ubay bin Salul, Ummu Ruman tetap teguh. Ia tidak menceritakan hal itu kepada Aisyah. Hingga Aisyah mendapatkan kabar dari Ummu Masthah bin Utsatsah tentang dirinya.

Setelah itu, Aisyah menemui kedua orang tuanya. “Wahai Ibu, apa yang diperbincangkan orang-orang?” Tanya Aisyah kepada ibunya.
Ummu Ruman berkata, “Wahai putriku, tenangkanlah dirimu. Demi Allah, hampir tidak ada seorang wanita cantik, diperistri laki-laki yang mencintainya, sementara ia juga memiliki madu, melainkan akan banyak perkataan miring tentangnya.”

“Subhanallah, jadi orang-orang sudah membicarakan masalah ini?” tegas Aisyah.
Situasi sulit menyelimuti Ummu Ruman. Masalah ini membuat hatinya gelisah. Sudah satu bulan tidak ada wahyu turun tentang urusan ini. Hingga suatu hari, datanglah Rasulullah menemui keluarga Abu Bakar. Rasulullah mengucapkan salam lalu duduk. Rasulullah mengucapkan syahadat kemudian bersabda, “Amma ba’du. Wahai Aisyah, sungguh aku telah mendengar kabar tentangmu yang begini dan begitu. Kalau memang engkau bebas dari kesalahan, tentu Allah akan membebaskan dirimu. Namun, jika engkau telah melakukan dosa, maka mohonlah ampunan kepada Allah dan bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya jika seorang hamba mengakui dosanya kemudian bertaubat kepada Allah, tentu Allah akan menerima taubatnya.”

Mendengar itu, Aisyah sedih. Lalu ia berkata kepada ayahnya, “Berikan jawaban kepada Rasulullah saw. mewakiliku tentang apa yang beliau katakan.”

“Demi Allah, aku tidak tahu apa yang harus aku katakan kepada Rasulullah saw.,” jawab Abu Bakar. Lalu Aisyah berkata kepada ibunya, “Berikan jawaban kepada Rasulullah saw..” Ummu Ruman menjawab, “Aku tidak tahu apa yang harus aku katakan kepada Rasulullah saw..”

Luar biasa. Inilah sikap bijak seorang ibu tidak menonjolkan kepentingan diri sendiri. Ummu Ruman memilih menunggu keputusan dari Allah. Hingga hatinya kembali berbunga, saat turun surat An-Nur ayat 11-20 tentang kesaksian Allah terbebasnya Aisyah dari tuduhan dusta. Rasulullah bersabda, “Wahai Aisyah, Allah SWT telah membebaskan dirimu (dari tuduhan dusta itu).”

Ummu Ruman segera menghampiri Aisyah. Ia memerintahkan Aisyah untuk bangkit dan menuju Rasulullah. Bisiknya kepada Aisyah, “Hampirilah beliau!” Inilah pelajaran adab yang mulia dari ibu untuk putrinya. Agar senantiasa memuliakan suaminya.

Ummu Ruman, sosok muslimah yang ahli ibadah. Ia gunakan waktunya untuk taqarrub kepada Allah seperti salat, berzikir, dan menuntut ilmu. Itu semua ia lakukan karena rasa cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya. Maka, Allah dan Rasul-Nya rida kepadanya. Sungguh ia akan mendapatkan surga yang dijanjikan untuk orang-orang yang bertakwa.

Pada bulan Dzulhijjah tahun keenam Hijriyah, Allah memanggil Ummu Ruman kembali kepada-Nya. Rasulullah ikut turun ke liang kuburnya dan memohonkan ampunan untuknya. Doa Rasulullah, “Ya Allah sesungguhnya tidak ada yang tersembunyi dari-Mu selagi Ummu Ruman bertemu karena-Mu dan karena Rasul-Mu.”
Sungguh doa ini merupakan penghormatan untuknya.

Apalagi saat memasukkan jasadnya,
Rasulullah bersabda, “Siapa yang ingin melihat wanita dari kalangan hurul in (bidadari yang bermata jeli), hendaklah melihat kepada Ummu Ruman.” Hadits ini merupakan isyarat kabar gembira bagi Ummu Ruman sebagai penghuni surga, karena hurul in (bidadari bermata jeli) hanya ada di surga.

Siapa yang ingin dikumpulkan dengan Ummu Ruman di surga, hendaklah bisa meniti hidup hanya berlandaskan Islam. Akidah bersih dari pemikiran kufur, ketaatan totalitas tanpa berat hati, dan menjalankan peran terbaiknya sebagai umm warabbatul bait semata-mata ingin meraih rida Allah dan Rasul-Nya.
Wallahu a’lam bishshawab. [SM/Ah]

Sumber: Biografi 20 Shahabiyah Dijamin Masuk Surga karya Ahmad Khalil Jum’ah. Insan Kamil, 2021.