Hindun binti Utbah Ra. Pembela Islam Sejati setelah Menjadi Pembenci

Oleh: Rofah M.

Suaramubalighah.com, Muslimah Inspiratif – Siapa yang tak kenal sosok Hindun. Seorang wanita Arab yang mengalami dua periode yang berbeda yakni periode kafir dan periode iman. Hindun binti Utbah adalah wanita istimewa karena memiliki sekian banyak sifat yang hanya dimiliki oleh sebagian wanita tertentu saja. Ia sangat fasih dalam berbahasa, pemberani, memililki kepercayaan diri yang sangat tinggi, tekad yang kuat, dan pandangan yang tajam. Selain itu ia juga dikenal sebagai wanita penyair yang cerdas dan berkepribadian kuat.

Oleh karena itu tidak heran jika Hindun dikenal sebagai wanita terbaik di masa jahiliyah, karena begitu kuat mempertahankan keyakinan nenek moyangnya sebagai penyembah berhala. Ia juga dikenal sebagai wanita cantik dan cerdas oleh kaumnya.

Pernikahan pertamanya dengan pemuda tersohor bernama Al-Fakih bin Al-Mughirah Al-Makhzumi berakhir dengan perceraian, akibat perangai suaminya yang buruk. Lalu ia menikah dengan Abu Sufyan bin Harb. Di masa merekalah cahaya Islam semakin meluas. Namun Hindun dan Abu Sufyan tidak mau menerima cahaya Islam dan menolak masuk Islam. Bahkan ia bersama suaminya memikirkan rencana-rencana jahat untuk memusuhi Islam.

Hindun juga dikenal sebagai wanita terbaik dalam mendukung semangat kaum Quraisy jahiliyah ketika berperang melawan pasukan Rasulullah saw.. Kiprahnya dalam mendukung pasukan Quraisy jahiliyah, terlihat ketika akan menghadapi perang Badar. Hindun memberikan perhatian penuh karena orang-orang terkasihnya ikut terjun ke medan perang yakni ayah, paman, saudara kandung, dan suaminya bergabung dengan pasukan musyrik Quraisy.

Namun, Hindun sangat sedih dan terpukul. Ayah, paman, dan saudara kandungnya terbunuh di medan peperangan melalui tangan Hamzah, paman Rasulullah saw.. Dari sinilah bermula munculnya kebencian dan dendam kesumat yang membara serta menyelimuti hati dan pikiran Hindun terhadap Islam dan Muhammad. Ia tidak pernah bisa tidur nyenyak karena sepanjang siang dan malam selalu memikirkan cara untuk membalas dendam atas kematian ayah, paman, dan saudara kandungnya.

Dendam Terbalaskan dalam Perang Uhud

Setahun setelah kekalahan dalam Perang Badar, maka kaum Quraisy telah menyiapkan pasukan dengan matang. Gemuruh dendam terhadap Islam bergejolak di dalam dada setiap pasukan. Tidak terkecuali Abu Sufyan sebagai panglima tertinggi pasukan. Untuk mengobarkan semangat perang, maka Abu Sufyan mengerahkan kaum perempuan untuk berangkat bersama pasukan.

Hindun binti Utbah berperan sebagai aktor utama pengobar semangat perang dengan penuh rasa dendam dan kebencian yang mendalam, utamanya terhadap Hamzah ra.. Hindun pun melancarkan aksi provokasi dan doktrin kebencian kepada Wahsyi, budak yang terpilih untuk membunuh Hamzah. Para pembesar Quraisy berjanji bahwa jika Wahsyi berhasil membunuh Hamzah, maka akan dimerdekakan dari status budak. Hindun pun dengan penuh semangat berjanji, bahwa jika Wahsyi berhasil membunuh Hamzah, maka ia akan memberikan perhiasan-perhiasan termahal yang menjadi kebanggaan kaum wanita. Hindun pun memegang dua antingnya yang bertabur berlian dan kalung emas yang melingkar di sekitar lehernya, seraya berkata kepada Wahsyi dengan sorot mata serius, “Semua ini akan menjadi milikmu, jika kamu berhasil membunuh Hamzah.”

Tiba saatnya peperangan dimulai. Para wanita Quraisy di bawah pimpinan Hindun mulai beraksi menyelinap di antara barisan tentara sambil menabuh rebana untuk mengobarkan api peperangan. Mereka membakar emosi dan menggugah hati para kesatria dengan orasi penuh provokasi dan puisi-puisi yang membakar hati.

Sementara itu, Hamzah “Singa Allah” membabat setiap pasukan Quraisy yang menghadangnya dan tak satupun yang selamat dari sabetan pedangnya. Lalu Wahsyi yang memiliki tugas khusus membunuh Hamzah, bersiap-siap sejak awal untuk mencari kesempatan yang tepat untuk menombak Hamzah. Hingga akhirnya kesempatan itu datang, maka tombak yang dilemparkan Wahsyi tepat mengenai perut Hamzah. Hindun pun bersorak senang dan mengajak para wanita untuk merusak tubuh Hamzah. Saat inilah Hindun merasa puas karena dendamnya telah terbalaskan.

Cahaya Islam Membawa Hindun Tertuntun

Bermula dari terjadinya pelanggaran perjanjian Hudaibiyah yang dilakukan oleh kaum Quraisy, maka Rasulullah saw. bersama pasukan dalam jumlah besar memasuki kota Makkah untuk melakukan futuhat Makkah (penaklukan kota Makkah). Saat Rasulullah saw. melewati Abu Sufyan, maka Abbas berkata kepada Abu Sufyan, “Cepat masuk kota dan selamatkan kaummu.”

Abu Sufyan pun segera berlari menuju Makkah. Sesampainya di sana, ia langsung berteriak sekuat tenaga, “Wahai segenap orang Quraisy, sesungguhnya Muhammad telah tiba di sini. Ia membawa pasukan yang tidak mungkin kalian lawan, maka menyerahlah. Dan siapa yang masuk ke rumah Abu Sufyan, berarti dia selamat.”

Mendengar teriakan suaminya, Hindun segera mendekat dan memegang kumisnya, seraya berkata, “Bunuh saja orang yang sama sekali tidak berguna ini. Engkau adalah seorang tokoh yang sungguh memalukan!” Abu Sufyan pun membalas, “Wahai segenap orang Quraisy, jangan termakan oleh ucapan wanita ini. Aku tidak main-main, Muhammad datang dengan pasukan yang tidak mungkin kalian lawan.”
“Siapa saja yang masuk ke dalam rumahnya, maka dia selamat. Dan siapa yang masuk ke dalam Baitullah, maka dia selamat.” Demikianlah terikan Abu Sufyan, membuat orang-orang berhamburan lari ke rumah masing masing.

Di saat seperti itulah, cahaya Islam masuk ke dalam hati Abu Sufyan. Ia menemui Rasulullah saw. dan berkata, “Wahai Rasulullah, hancur sudah Quraisy. Besok yang tersisa hanya namanya saja.” Rasulullah saw. pun bersabda, ”Siapa yang masuk rumah Abu Sufyan maka dia selamat. Siapa yang meletakkan senjata, maka dia selamat. Dan siapa saja masuk ke dalam rumahnya maka dia selamat.”

Peristiwa ini terjadi setelah 20 tahun lamanya Hindun melakukan permusuhan terhadap Islam. Akhirnya cahaya iman dan Islam telah masuk ke dalam hati Hindun hingga mengubah Hindun menjadi seorang mukminah. Hindun pun mengatakan kepada Abu Sufyan, “Aku ingin menjadi pengikut Muhammad”. Abu Sufyan pun membalas, “Kemarin, aku melihat engkau sangat benci mengucapkan kata-kata seperti itu.” Hindun pun berkata, “Demi Allah, aku tidak pernah melihat pemandangan manusia menyembah Allah dengan sebenar-benarnya di dalam Baitullah, seperti yang kulihat tadi malam. Demi Allah, mereka datang ke sana, lalu menunaikan shalat berdiri, rukuk dan sujud.”

Aisyah ra. menuturkan, “Hindun datang kepada Nabi saw. seraya berkata, “Wahai Rasulullah, demi Allah, selama ini tidak ada golongan di dunia ini yang paling aku harapkan agar Allah membinasakannya, daripada golonganmu. Tetapi hari ini, tidak ada golongan di dunia ini yang paling aku harapkan agar Allah memuliakannya, daripada golonganmu.”Rasulullah saw. membalas, “Begitu juga aku. Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya.”

Sungguh cahaya Islam ketika itu telah menerobos masuk ke relung hati manusia yang terbuka hati dan pikirannya. Sekafir dan dan sebenci apapun ia terhadap Islam, maka atas izin Allah tidak ada hal yang tidak mungkin untuk berubah menjadi orang yang mencintai Islam karena kekuatan iman. Demikianlah itu yang terjadi pada Hindun binti Utbah ra. dan suaminya, Abu Sufyan ra.

Kecerdasan dan Kepiawaian Hindun

Hindun binti Utbah dikenal sebagai wanita cerdas dan piawai dalam menyampaikan kebenaran dengan penuh kelugasan bahasa. Hal ini bisa kita simak dalam peristiwa baiat penduduk Quraisy dalam peristiwa futuhat Makkah. Setelah kaum laki-laki, maka kaum perempuan membaiat Rasulullah saw.. Saat itu Hindun adalah salah satu di antaranya. Hindun mengenakan pakaian tertutup agar tidak dikenali oleh Rasulullah saw., karena masih ada perasaan bersalah telah membunuh Hamzah.

Rasulullah saw. berkata, “Aku meminta kalian berjanji untuk tidak menyekutukan apa pun dengan Allah (syirik).” Sayyidina Umar menyampaikan kepada kaum wanita dan memastikan jawaban mereka. Lalu Rasulullah saw. melanjutkan, “Dan dia tidak boleh mencuri.” Tiba-tiba Hindun menyela, “Sesungguhnya Abu Sufyan sangat kikir.

Bagaimana jika aku mengambil sebagian hartanya tanpa dia ketahui?” Abu Sufyan yang berada tidak jauh dari tempat tersebut menyahut, “Semua yang engkau ambil telah aku halalkan?” Mendengar dialog tersebut, Rasulullah saw. tertawa dan langsung mengenalinya. Beliau pun berkata, “Jika begitu kau pasti Hindun?” Hindun menjawab, “Benar, maafkanlah segala kesalahanku di masa lalu, wahai Nabi Allah. Semoga Allah mengampuniku”

Rasulullah saw. melanjutkan, “Dan tidak boleh berzina.” Hindun pun menyela, “Apakah wanita merdeka suka berzina?” Rasulullah saw. berkata lagi, “Dan tidak boleh membunuh anak-anak kalian.” Hindun berkata, ”Kami telah bersusah payah membesarkannya, tetapi setelah besar, kalian membunuhnya (terbunuh dalam perang Badar). Kalian dan mereka lebih mengetahui tentang hal ini.” Mendengar pernyataan itu, Umar tertawa terpingkal-terpingkal sampai jatuh ke tanah. Nabi saw. pun tersenyum.

Rasulullah saw. berkata lagi, “Dan, tidak boleh membuat tuduhan palsu.” Hindun berkata, “Demi Allah, tuduhan palsu adalah perbuatan yang sangat jelek. Engkau menyuruh kami untuk melakukan perbuatan baik dan akhlak yang mulia.” Rasulullah SAW melanjutkan, “Dan tidak boleh mendurhakaiku dalam perkara yang baik.” Hindun berkata, “Demi Allah, saat kami datang di tempat ini, kami sama sekali tidak menyimpan niat untuk mendurhakaimu.”

Demikianlah proses baiat berjalan. Hindun tanpa ragu dan dengan tegas menyatakan ketundukannya terhadap Islam yang diserukan oleh Rasulullah Muhammad saw.. Dalam peristiwa ini, tampak Hindun adalah wanita yang piawai dalam berdialog dan dengan bahasa lugas menyatakan keimanan dan keislaman tanpa keraguan.

Hindun binti Utbah ra. memiliki kepribadian yang kuat dan jarang dimiliki wanita lain. Ketika Allah SWT membuka hatinya untuk menerima Islam, ia langsung dapat memupus noda-noda jahiliyahnya dan bisa menampilkan dirinya sebagai sosok sahabat wanita yang sangat istimewa. Cahaya iman yang begitu kuat telah menghapus kebenciannya terhadap Islam, berubah secara ‘radikal’ menjadi sosok mukminah sejati yang tanpa ragu membuang dan menghancurkan keyakinan jahiliyahnya. Sesaat setelah masuk Islam, ia langsung mengambil palu dan menghancurkan berhala yang ada di dalam rumahnya sampai hancur berkeping-keping seraya berkat, “Selama ini, kami terpedaya olehmu.”

Pengaduan Hindun dan Kejelasan Syara tentang Nafkah

Peristiwa yang dialami Hindun terkait nafkah keluarga, menjadi jawaban atas pertanyaan kaum wanita ketika mengalami kondisi sebagaimana yang dialami Hindun. Yakni kondisi Hindun yang mendapatkan nafkah kurang dari kebutuhan yang seharusnya dipenuhi oleh seorang kepala keluarga.

Dalam sebuah riwayat dijelaskan Hindun pernah mendatangi Rasulullah saw. lalu berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Abu Sufyan itu orang yang sangat pelit. Ia tidak memberi kepadaku nafkah yang mencukupiku dan mencukupi anak-anakku. Sehingga membuatku mengambil hartanya tanpa sepengetahuannya. Apakah berdosa jika aku melakukan seperti itu?” Nabi saw. bersabda, “Ambillah dari hartanya apa yang mencukupimu dan mencukupi anak-anakmu dengan cara yang patut.” (HR. Bukhari, no. 5364; Muslim, no. 1714)

Ibnu Hajar rahimahullah menyatakan bahwa mengambil dengan cara yang makruf, maksudnya adalah sesuai kadar yang dibutuhkan secara ‘urf (menurut kebiasaan setempat). (Fath Al-Bari, 9: 509)

Sungguh di balik jiwa yang telah beriman, Hindun dengan berani bertanya kepada Rasulullah saw. terkait keadilan nafkah yang menjadi hak bagi dirinya dan anak-anaknya. Dan ini menjadi hukum syara yang menjawab kerisauan sebagian kaum wanita.

Apa yang dilakukan Hindun ini bukan sebagai bentuk perjuangan kaum perempuan yang menuntut kesamaan kedudukan perempuan dengan laki-laki (kesalingan) sebagaimana yang diusung oleh kaum feminis gender. Namun apa yang dilakukan Hindun adalah bentuk keadilan syariat Islam yang ketika ditegakkan akan dirasakan kemaslahatannya oleh semua kalangan, baik laki-laki maupun perempuan.

Peran Besar Hindun dalam Peperangan

Hindun ra. telah berubah menjadi wanita ahli ibadah, rajin salat malam, dan berpuasa. Ia sangat konsisten dengan status barunya sebagai seorang mukminah. Hingga Rasulullah saw. wafat, Hindun sangat terpukul dengan kepergian Rasulullah saw. Hatinya nyaris hancur, karena baru merasakan nikmatnya iman. Ia menyesali diri karena merasa telah menyia-nyiakan hidupnya untuk memusuhi Islam dan perjuangan Islam. Namun demikian, Hindun tetap konsisten dengan keimanannya, ini dibuktikan di antarannya dalam dukungan-dukungannya terhadap pasukan kaum muslimin di medan peperangan.

Hindun binti Utbah telah memberikan peran sangat besar dalam peristiwa perang Yarmuk. Tentara muslim yang hampir melarikan diri dari medan laga, kemudian bertempur kembali. Membangkitkan semangat pasukan yang lain. Mereka benar-benar terbakar oleh kecaman pedas yang diteriakkan oleh kaum wanita, terutama Hindun binti Utbah ra..

Dalam suasana seperti ini, Hindun menuju barisan tentara sambil membawa tongkat pemukul tabuh dengan diiringi wanita-wanita muhajirin untuk memberikan dan menjaga semangat kaum muslimin. Hal ini terlihat nyata ketika pasukan kaum muslimin di sayap kanan berbalik arah karena terdesak musuh. Melihat pemandangan tersebut, Hindun berteriak, “Kalian mau kemana? Kalian mau melarikan diri dari apa? Apakah dari Allah dan surga-Nya? Sungguh, Allah melihat yang kalian lakukan!”

Hindun juga melihat suaminya Abu Sufyan berbalik arah dan melarikan diri. Hindun pun dengan sigap mengejar lalu memukulkan tongkat ke muka kudanya Abu Sufyan seraya berteriak, “Engkau mau ke mana, wahai putra Sakhr? Ayo, kembali lagi ke medan perang! Berjuanglah habis-habisan agar engkau dapat membalas kesalahan masa lalumu, saat engkau menggalang kekuatan untuk menghancurkan Rasulullah saw..” Saat itu juga Abu Sufyan membelokkan kudanya kembali ke medan laga dan diikuti oleh pasukan muslim lainnya.

Perpisahan

Pada masa pemerintahan Umar bin Khaththab ra., setelah Hindun ra. memberikan segala kemampuannya untuk membela agama Islam yang agung ini, tibalah saatnya bagi wanita agung ini untuk beristirahat. Hindun terbaring di atas tempat tidur peristirahatan menghadap kepada Rabb Al-Izzati untuk selama-lamanya. Semoga Allah SWT meridainya dan membuatnya rida, serta menjadikan surga Firdaus sebagai tempat persinggahan terakhirnya. Aamiin.

Ibrah dari Sosok Hindun binti Utbah

Sesungguhnya cahaya iman dan Islamlah yang mampu mengubah pribadi kafir menjadi pribadi mukmin. Sebagai seorang mukmin, hendaknya kita selalu totalitas dan konsisten dalam keimanan tanpa ada keraguan. Hendaknya kita menghabiskan sisa usia dengan mengerahkan segenap kemampuan untuk membela Islam, sehingga menjadi usia yang berkah. Hendaknya tidak ada kata pantang menyerah dalam menghadapi musuh-musuh Islam, terlebih saat ini mereka menggunakan berbagai tipu muslihat seperti moderasi beragama yang menyesatkan.

Tidak ada kata terlambat untuk hijrah menjadi mukminah sejati dan muslimah salehah. Semoga kita bisa mengambil ibrah dan menjadi wanita salehah yang diridai oleh Allah sebagaiamana para shahabiyah. Aamiin. Wallahu a’lam bishshawab. [SM/Ah]

Sumber:
35 Sirah Shahabiyah jilid 2, karya Mahmud Al Mishri
Ad-Daulah Al-Islamiyah, karya Syekh Taqiyuddin An Nabhany