Ulama Pemimpin Perubahan Hakiki

  • Opini

Oleh: Marni Rosmiati

Suaramubalighah.com, Opini — Ramadan 1443 H di Indonesia tak hanya suasana ibadah yang nampak, tetapi suasana politik juga memanas. Pada tanggal 11 April 2022 sejumlah elemen mahasiswa mengadakan aksi demo di depan gedung DPR/MPR RI dengan beberapa tuntutan. Menurut Koordinator Media BEM SI Luthfi Yufrizal menyatakan, ada empat tuntutan kepada pemerintah. Pertama, adalah mendesak dan menuntut wakil rakyat agar mendengarkan dan menyampaikan aspirasi rakyat bukan aspirasi partai. Kedua, mendesak dan menuntut wakil rakyat untuk menjemput aspirasi rakyat sebagaimana aksi massa yang telah dilakukan di berbagai daerah dari tanggal 28 Maret 2022 sampai 11 April 2022. Ketiga, mendesak dan menuntut wakil rakyat untuk tidak mengkhianati konstitusi negara dengan melakukan amandemen, bersikap tegas menolak penundaan pemilu 2024 atau masa jabatan tiga periode. Keempat, mendesak dan menuntut wakil rakyat untuk menyampaikan kajian disertai 18 tuntutan mahasiswa kepada presiden yang sampai saat ini belum terjawab. (Liputan6.com, 11 April 2022)

Tuntutan-tuntutan yang disampaikan aksi mahasiswa 11 April 2022 jika ditelisik adalah merupakan persoalan-persoalan umat yang ada saat ini dan terus berulang disetiap rezimnya tanpa ada penyelesaian. Hal ini pula yang mendorong para mahasiswa berdemonstrasi meskipun dilakukan saat bulan suci Ramadan. Kepedulian mahasiswa terhadap penderitaan umat patut dihargai. Namun apakah tuntutan seperti ini akan mampu merubah kondisi umat menjadi lebih baik ?

 Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

 اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ

 “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum kecuali setelah mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (QS Ar-Ra’d(13): 11)

Menurut Ahmad ‘Athiyat ada beberapa perkara lain yang mesti dipahami sebelum kita menjalani proses perubahan, yaitu:

Bagian pertama adalah kesadaran akan realitas yang rusak, yang selanjutnya diiringi oleh pengindraan terhadap kerusakan itu, bagian kedua adalah kesadaran keberadaan sebuah realitas yang akan menggantikan realitas yang rusak tersebut. Kedua hal ini harus ada agar aktivitas perubahan menjadi tujuan, dan bisa berjalan searah dengan maksud yang telah ditentukan sehingga tidak menjadi sebuah aktivitas yang sia-sia, yang tidak memiliki arah pasti dan tujuan yang jelas.

Bergeraknya mahasiswa karena kerusakan badan kezaliman yang semakin nyata di negeri ini akibat penerapan sistem kapitalisme demokrasi. Asas kebebasan telah melahirkan penderitaan umat. Kebebasan beragama menjadikan manusia seenaknya menghamba pada materi tidak lagi melihat halal dan haram. Kebebasan berpendapat menyebabkan manusia asal berbicara, menghina dan memelintir ajaran agama, hukum, dan aturan yang ada demi kepentingan diri dan golongannya. Kebebasan berperilaku menyebabkan manusia tak ada bedanya dengan hewan. Dan terakhir kebebasan kepemilikan menyebabkan manusia bersifat omnivor dan kanibal, mengambil  dan memakan segala harta termasuk yang bukan miliknya, atau bahkan istilah teman makan teman pun sering terjadi. Maka tak heran jika kemusyrikan, koruptor, mafia peradilan, mafia tanah, mafia minyak goreng, pornografi, pornoaksi, serta menghalalkan segala cara demi harta dan tahta, marak dipertontonkan. Lengkaplah sudah sistem Demokrasi Sekuler dan sistem Ekonomi Kapitalis yang rusak melahirkan masyarakat yang juga rusak.

Maka jika mengharapkan perubahan kepada kondisi yang lebih baik haruslah menyerukan perubahan sistem yang mendasar, bukan sekedar ganti orang atau kebijakan. Bahkan perubahan sebatas orang atau kebijakan tanpa disertai perubahan sistem akhirnya malah menghadirkan “Pembajak” yang tidak senang melihat terjadinya perubahan dan malah membalikkan ke keadaan semula. Sehingga tak heran jika permasalahan yang sama akan kembali terulang dan terulang lagi. Seperti yang terjadi di Mesir saat Arab Spring ataupun saat reformasi 1998. Kondisi umat bukannya lebih baik malah bertambah menderita.

Oleh karenanya, untuk menggantikan sistem kapitalisme yang rusak dan merusak dengan realita pengganti yakni syariat Islam yang Kaffah dalam naungan khilafah. Ini harus menjadi agenda umat Islam secara keseluruhan untuk mengakhiri penderitaan kaum muslimin. Dengan syariah Islam yang Kaffah sebagai realitas pengganti menuju perubahan hakiki .

Syariat Islam Kaffah menjawab segala persoalan yang ada di dunia ini. Syariat Islam satu-satunya solusi terbaik. Dan ini solusi yang diwajibkan oleh Allah SWT dan Rasulullah saw..

Konsep perubahan yang dibawa oleh Rasulullah saw. adalah perubahan berbasis ideologi. Wahyu yang dibawa oleh Rasulullah saw. berupa ide dasar (Akidah Islam) dan berbagai sistem yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia (syariat) sekaligus menjadi pedoman hidup yang wajib diamalkan. Selain itu ideologi Islam juga berisi konsep dan metode untuk membumikan ideologi tersebut. Metode untuk mewujudkan ideologi tersebut adalah adanya kekuasaan atau negara.   

Masyarakat jahiliyah pada masa Rasulullah mirip dengan kondisi masyarakat saat ini. Perubahan yang didasari Islam dengan mewujudkan kehidupan Islam dalam naungan sistem Khilafah Islamiah adalah perubahan yang hakiki dan membawa rahmat bagi seluruh alam. Terbukti selama berabad-abad kekhilafaan Islam berdiri menciptakan kesejahteraan, jauh dari kezaliman. Melahirkan pemimpin-pemimpin dunia yang luar biasa seperti Abu Bakar, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Umar bin Abdul Aziz, Shalahudin al Ayubi, Muhammad al Fatih, dan Sulaiman al-Qanuni, dll..

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ 

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al A’raf (7) : 96)

Perubahan yang dilakukan harus mengikuti langkah Rasulullah saw. sebagai sebaik baik teladan. Para ulama sebagai guru bangsa, berperan penting  untuk memberikan pemahaman yang benar tentang perubahan yang hakiki, serta memimpin dan mengawal perjuangan ini sampai pertolongan Allah datang. Namun, suara ulama belum nyaring terdengar. Suara ulama masih terpecah. Dan tidak sedikit , ulama masih ada yang terjebak pada kepentingan politik sesaat , alih-alih melakukan perubahan, justru malah melanggengkan kezaliman penguasa .

Sejarah membuktikan bahwa ulama itu terdepan melawan kezaliman , terdepan melakukan perubahan. Ulama menuntun umat dalam kegelapan yang diciptakan oleh sistem jahiliah menuju cahaya Islam. Bangsa ini merdeka karena peran ulama yang sangat besar.

Maka sudah saatnya hari ini ulama bersuara lantang memimpin dan mengawal para pemuda (mahasiswa) melawan kezaliman, terdepan memimpin perubahan menuju perubahan hakiki yakni perjuangan untuk menerapkan syariat Islam secara Kaffah dalam naungan khilafah.

Para ulama adalah lentera hamba-hamba Allah subhanahu wa ta’ala, lambang sebuah negara, lambang kekokohan umat, sumber ilmu dan hikmah, serta mereka adalah musuh setan. Dengan ulama akan menjadikan hidupnya hati para ahli haq dan matinya hati para penyeleweng. Keberadaan mereka di muka bumi bagaikan bintang-bintang di langit yang akan bisa menerangi dan dipakai untuk menunjuki jalan dalam kegelapan di daratan dan di lautan. Ketika bintang-bintang itu redup (tidak muncul), mereka (umat) kebingungan. Bila muncul, mereka (bisa) melihat jalan dalam kegelapan. Dan ini sangat dibutuhkan dalam proses perubahan menuju perubahan hakiki. Wallahu a’lam bishshawab. [SM/Stm]