Deportasi UAS: Bukti Islamofobia Makin Kuat

  • Opini

Oleh : Marni Rosmiati

Suaramubalighah.com, opini — Ustadz Abdul Somad (UAS) dideportasi di Singapura pada tanggal 16 Mei 2022. Publik dipertontonkan kembali dengan aksi “Islamofobia”  kurang lebih setelah dua bulan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengadopsi resolusi menetapkan 15 Maret sebagai hari anti-Islamofobia, Selasa 15 Maret 2022. Majelis Umum PBB mengadopsi konsensus resolusi yang diperkenalkan oleh Pakistan atas nama Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) yang menyatakan 15 Maret sebagai Hari Internasional untuk Memerangi Islamofobia. Resolusi tersebut disponsori oleh 57 anggota OKI, dan delapan negara lainnya, termasuk China dan Rusia.

Islamofobia dibalik deportasi UAS sangat kental sekali.  Pemerintah Singapura menuduh UAS Sebarkan Ekstremisme. Kemudian Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI) dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha mengklarifikasi bahwa Ustaz Abdul Somad alias UAS bukan dideportasi dari Singapura, melainkan ditolak masuk atau not to land. (TEMPO.CO, 20/05/2022)

Pemerintah Singapura menjelaskan alasan mereka melakukan Penangkalan terhadap UAS dalam situs resmi Kementrian Dalam Negeri Singapura. Setidaknya ada tiga alasan deportasi Ustadz Somad: Pertama, dianggap sebarkan ajaran esktremis. “Somad dikenal menyebarkan ajaran ekstremis dan segregasi, yang tidak dapat diterima di masyarakat multi-ras dan multi-agama Singapura,” mengutip situs resmi Kemendagri Singapura. Kedua, pernah ceramah soal bom bunuh diri dalam pernyataannya, Singapura juga menyampaikan kritik terhadap pernyataan UAS yang pernah membahas soal bom bunuh diri dalam ceramahnya. Misalnya, Somad telah mengkhotbahkan bahwa bom bunuh diri adalah sah dalam konteks konflik Israel-Palestina, dan dianggap sebagai operasi “syahid”. Ketiga, pernah merendahkan agama lain. Dia juga membuat komentar yang merendahkan anggota komunitas agama lain, seperti Kristen, dengan menggambarkan salib Kristen sebagai tempat tinggal “jin (roh/setan) kafir”. Selain itu, Somad secara terbuka menyebut nonmuslim sebagai “kafir”. (cnbcindonesia.com, 18/05/2022)

Tindakan bernuansa Islamofobia bukan hanya dilakukan oleh negara Singapura saja. Ada lima negara sebelum Singapura yang pernah menolak kedatangan UAS bahkan dengan tanpa alasan apa pun. Pertama, Jerman pada Oktober 2019. Kedua, Belanda, ketiga Swiss di tahun yang sama yaitu pada 2020. Keempat, Timor Leste pada 2018. Pada saat itu UAS berniat mengisi dakwah di Timor Leste. Namun, saat tiba di bandara, petugas imigrasi menjegalnya karena diduga terkait terorisme. Kelima, Hongkong pada Desember 2017. Lagi-lagi dicegat masuk Hongkong dengan alasan yang tak dijelaskan oleh pemerintah setempat. UAS menduga penangkalan itu terkait isu terorisme (cnnindonesia.com, 18/5/22).

Penceramah yang pernah ditolak datang ke Singapura bukan hanya UAS. Pertama ada Ustaz Solmed (Sholeh Mahmoed) yang pada tahun 2017 ditolak masuk Singapura dengan alasan yang sama seperti UAS yaitu dinilai mendukung ajaran ekstremis serta segregasi. Kedua, Yusuf Estes tokoh muslim dari Amerika Serikat ditolak masuk Singapura pada 24 November 2017. Ketiga Ismail Menk tokoh muslim dari Zimbabwe, dan keempat Haslin Baharim dari Malaysia. (iNews.id, 18/5/2022). Hal ini semakin membuktikan bahwa Resolusi PBB tentang hari Anti-Islamofobia hanya omong kosong.

Islamofobia efek dari grand design negara Barat khususnya Amerika untuk menghambat kebangkitan Islam.  Mereka menggunakan isu terorisme, ekstremisme, dan radikalisme untuk menghantam Islam dan umat Islam. Hal ini sebenarnya membuktikan ketakutan Barat dan negara satelitnya seperti Singapura akan Islam dan umat Islam.

Semenjak terjadinya pengeboman WTC di New York Amerika Serikat. Mantan Presiden AS George W. Bush pernah menyebut ideologi Islam sebagai “Ideologi para Ekstremis”. Bahkan mantan PM Inggris Tony Blair, ideologi Islam dijuluki sebagai “Ideologi setan”. Orangnya yaitu muslim juga digambarkan memiliki penampakan tertentu seperti berjenggot, celana cingkrang, bercadar, bahkan nama berbau Islam pun kadang sulit mendapatkan visa untuk bisa mendatangi AS ataupun negara-negara Barat lainnya.

Saat ini prototype muslim dengan gambaran fisik seperti diatas mulai tidak laku. Maka target selanjutnya adalah menyisir pada pemikiran atau pemahaman seseorang khususnya muslim. Jika seorang muslim memiliki pemahaman yang mendalam (Ekstrim) tentang Islam, berbeda dengan pendapat kebanyakan orang, mengkafirkan orang nonmuslim, intoleran terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan Hak Asasi Manusia, dianggap telah menyegregasipemahaman yang ada di tengah umat, sehingga menyebabkan perpecahan, kekacauan, dan instabilitas Negara.

Alhasil iklim Islamfobia sesungguhnya adalah agenda global untuk menutupi kebobrokan Kapitalisme. Isu ini merupakan kelanjutan dari isu terorisme yang telah gagal dalam mencapai tujuan negara-negara Barat, khususnya AS, untuk melumpuhkan perlawanan umat Islam terhadap penjajahan Barat. Narasi kebencian terhadap Islam atau Islamfobia dan kaum muslim terus dikampanyekan, bahkan kepada kaum muslimin sendiri agar semakin jauh dari ajaran Islam yang kaffah dan mengokohkan penjajahan negara-negara Barat atas Dunia Islam.

Sebagaimana firman Allah SWT,

 “Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai.” (QS. At-Taubah (9): 32)

Ayat diatas mengingatkan kita bahwa musuh-musuh Islam tidak akan pernah berhenti, dengan berbagai cara akan mereka gunakan untuk menyerang Islam dan kaum muslim. Demi mencapai tujuan dan kepentingan mereka yaitu melenyapkan Ideologi Islam hingga ke akar-akarnya.

Islam agama keselamatan, Islam diturunkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. Firman Allah SWT,

 “Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al Anbiya (21): 107)

Sungguh fitnah yang keji, Jika teror, kerusakan, perpecahan, dan penderitaan umat ini dituduhkan kepada Islam. Karena Ideologi yang diterapkan saat ini justru bukan Islam melainkan Kapitalisme dan Sosialisme.

Maka bagi umat Islam janganlah takut atau terperdaya oleh tipuan kafir penjajah. Sebab Rasulullah saw. dan para Sahabat justru mencontohkan keberanian dan sikap teguh menghadapi berbagai tantangan dakwah. Firman Allah SWT,

يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ ۚ

 “(Mereka) tetap berjihad di jalan Allah dan tidak takut terhadap celaan orang yang suka mencela.” (QS. Al Maidah (5): 54).

Wallahu a’lam bishshawab [SM/LY]