Oleh: Siti Murlina, S. Ag.
Suaramubalighah.com, Hadis — Seorang muslim yang beruntung adalah yang dikaruniai Allah kesadaran untuk mengamalkan berbagai macam peluang kebaikan. Dan menghasilkan manfaat yang sebanyak-banyaknya untuk kemaslahatan umat manusia. Baik itu dari sisi kehidupan dunia maupun akhirat.
Diantara wasilah untuk mendapatkan kebaikan dan kemuliaan seorang muslim dapat dilihat dari sejauh mana dirinya punya nilai manfaat bagi orang lain. Sebagaimana yang dinyatakan dalam hadis. Rasulullah saw. Bersabda,
خَيْرُ الناسِ أَنفَعُهُم لِلنَّاسِ
“Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.” (HR. Ahmad. Ath-Thabrani, Ad-Daruqutni)
Hadis di atas menyatakan, salah satu karakter yang harus dimiliki oleh seorang muslim adalah punya kontribusi kebaikan maksimal bagi orang lain, dalam pelaksanaan syariat Islam. Baik dimensi hablum-minallah (hubungan dengan Pencipta), hablum-minannafsi (hubungan dengan diri sendiri) maupun hablum-minannas (hubungan dengan manusia lainnya). Secara paralel dan harmoni. Sebab hanya dengan Islam saja terwujud seluruh keselarasan hubungan-hubungan tersebut.
Hal tersebut selaras dengan tujuan penciptaan manusia oleh Allah SWT dalam hubungan ketiga dimensi kehidupan tersebut, harus riil. Agar bernilai ibadah dalam pandangan Islam, sebagaimana firman Allah SWT,
وَمَا خَلَقۡتُ الۡجِنَّ وَالۡاِنۡسَ اِلَّا لِيَعۡبُدُوۡنِ
“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah”. (QS. Adz-Dzariyat (52):56)
Adapun aktifitas mulia dan multi manfaat untuk meraih sebutan terbaik sebagaimana sabda Rasulullah saw. dalam hadis tadi, tak lain adalah dakwah. Mengajak dan menyeru manusia agar taat dan beribadah hanya kepada Allah semata, Rabb semesta alam, dunia dan akhirat. Menyuruh yang makruf mencegah dari mungkar, sebagaimana firman Allah SWT,
كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۗ َ
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. (QS. Ali Imran (3):110)
وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ المفلحونَ
“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (QS. Ali Imran (3):104)
Islam adalah agama dakwah, maka setiap individu muslim punya kewajiban berdakwah untuk menyampaikan kebenaran. Dakwah yang dimaksud disini adalah mendakwahkan Islam secara kaffah, menjadikan Islam sebagai sebuah sistem kehidupan (nizhamul hayah), sebuah ideologi yang memancarkan peraturan hidup. Bukan sebatas agama ritual semata.
Mendakwahkan Islam tidak hanya dimensi spiritual (ruhiyah) berkenaan dengan akhirat saja tapi juga dimensi siyasah-nya juga yang mengatur tentang urusan dunia.
Membahas mulai dari akidah dan syariatnya secara keseluruhan, mulai dari individu, masyarakat dan negara. Sudut pandang dalam pemecahan problematika kehidupan, mulai dari pemikiran, hukum dan pemahaman berdasarkan akidah Islam.
Selain itu Islam mempunyai risalah universal atau untuk seluruh alam. Berasal dari Allah SWT, Zat yang Maha Pencipta (manusia, alam semesta dan kehidupan). Dengan menjadikan dakwah Islam ideologi inilah yang nantinya menghasilkan berbagai macam kebaikan, keberkahan dan kemanfaatan bagi kehidupan manusia bahkan seluruh alam. Hanya syariat Islam saja yang bisa menyelesaikan seluruh problematika kehidupan dengan adil dan benar.
Kedudukan dakwah ini dalam Islam sangat urgen, merupakan salah satu metode untuk menyebarkan risalah. Dakwah bisa merubah kehidupan dari rendah (hina) menjadi mulia (tinggi). Lewat dakwah seluruh kebaikan dan kemanfaatan serta keberkahan secara maksimal akan terwujud. Tidak hanya ruang lingkup individu tapi masyarakat dan juga negara bahkan seluruh dunia.
Jadi aktifitas yang sangat mulia dan memuliakan adalah dakwah Islam secara total. Dakwah amar makruf nahi munkar tidak terbatas hanya pada level individu saja tapi juga pada masyarakat dan pada level penguasa.
Apalagi di zaman penuh fitnah ini maka wajib ain bagi umat Islam untuk menyampaikan kebenaran pada pelaku kemungkaran terlebih di depan penguasa yang zalim (muhasabah Lil hukkam). Dakwah kepada penguasa ini merupakan seutama-utamanya jihad. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.,
إن افضل الجهاد كلمة حق عند سلطان جاءر
“Sesungguhnya jihad yang paling mulia adalah perkataan yang hak dihadapan penguasa yang lalim” (HR. Ahmad)
Dalam hadis yang lain Rasulullah saw., sekali lagi menyebutkan bahwa aktifitas dakwah ini adalah aktifitas yang terbaik, yang menyeru manusia kepada Allah. Hadis dari Durrah binti Abi Lahab berkata: Seseorang berdiri ketika Rasulullah saw. di atas mimbar lalu bertanya, “Siapakah sebaik-baik manusia? Beliau menjawab,
خير الناس اقرؤهم واتقاهم وامرهم بالمعروف وانهاهم عن المنظر واوصلهم للرحم
“Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling taat, yang paling bertakwa diantara mereka, yang paling banyak melakukan amar makruf nahi munkar serta yang paling sering bersilaturahmi” (HR. Ahmad dan At-Thabrani)
Aktifitas dakwah secara total ini pasti akan membawa manusia ke jalan yang lurus dan benar, serta memberi manusia petunjuk. Urusan dunia dan akhirat menjadi lebih baik dan benar. Sehingga terwujud kebahagiaan, kebaikan serta keberkahan di seluruh dimensi kehidupan.
Sebagaimana firman Allah SWT,
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan” (QS. Al A’raf (7):96) Wallahu a’lam bishshawab. [SM/LY]