Oleh : Hj. Padliyati Siregar, S.T.
Suaramubalighah.com, muslimah dan keluarga — Keluarga adalah bagian dari masyarakat, bangsa, dan negara. Ia tidak bisa lepas dari realitas kehidupan yang jauh dari syariat yang mengakibatkan berbagai problem kehidupan. Ancaman kerusakan generasi di depan mata meski di keluarga sudah dididik taat syariat. Sebab, di luar sana tidak ada jaminan anak-anak akan aman dari ancaman pergaulan bebas, narkoba, dan lainnya.
Gaya hidup hedonis materialis yang lahir dari rahim sekularisme – liberalisme telah menjadi bagian kehidupan sebagian besar kaum muslimin di mana pun mereka berada. Sehingga, muslim yang taat terhadap ajaran Islam bisa dihitung dengan jari di tengah kerumunan manusia. Kaum muslim akan nampak keislamannya ketika ada di masjid, ketika memasuki bulan Ramadan, ketika ada di sekolah agama, dan momen ritual agama. Sementara di luar keadaan itu, mereka hampir-hampir tidak ada bedanya dengan umat lain.
Dengan kehidupan sekular seperti saat ini, tidak bisa dipungkiri kesulitan mendidik anak-anak untuk taat Syariat khususnya anak perempuan. Namun meski berat, orang tua harus berikhtiar semaksimal mungkin demi keselamatan mereka di dunia juga di akhirat.
Allah SWT berfirman,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. “ (QS. At-Tahrîm: 6)
Islam memberikan keistimewaan dalam mendidik anak perempuan untuk berhati-hati. Kitab Adabul Islam fi Nizhamil Usrah bab Bainal Aba’ wal Abna halaman 26 terselip sebuah pesan singkat bahwa kemuliaan orang tua (ayah) tergantung pada kemuliaan anak perempuan. Demikian juga nama baik ayah tergantung pada nama baik anak perempuan.
Baik dan buruknya anak perempuan akan menyeret nama keluarganya. Perempuan yang salehah akan membawa harum suami dan ayahnya, meski keduanya tidak saleh. Perempuan yang tidak salehah akan membawa buruk pada suami dan ayahnya, meski keduanya saleh.
Begitulah lazimnya, saat anak perempuan baik atau buruk, orang-orang akan bertanya, “Siapa gerangan ayah atau suaminya?” Dan itu tidak terjadi pada anak laki-laki. Itu cukup mengingatkan kita untuk berhati-hati mendidik anak perempuan.
Untuk itu diperlukan pemahaman yang benar dalam mendidik anak agar taat syariat. Islam memerintahkan kita untuk melatih anak-anak kita sejak dini. Dengan itu, kelak saat mereka balig, mereka sudah paham dengan hukum-hukum Islam dan siap serta istikamah dalam menjalankannya.
Ibnu Abbas berkata, “Suatu hari aku membonceng Nabi saw.. Beliau bersabda kepadaku, “Nak, sungguh aku akan mengajari kamu beberapa kalimat: Jagalah (syariat) Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah (syariat) Allah, niscaya engkau akan mendapatkan (pertolongan/perlindungan) Allah senantiasa di hadapanmu. Bila engkau meminta (sesuatu) maka mintalah kepada Allah. Bila engkau memohon pertolongan maka mohonlah pertolongan kepada Allah” (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi).
Betapa besar dan betapa dalam pendidikan yang diberikan oleh Rasulullah saw. kepada anak pamannya, Abdullah bin Abbas, yang saat itu belum balig.
Agar Anak Taat Syariat
Lalu apa upaya yang kita bisa lakukan untuk mewujudkan anak-anak yang taat syariat, tentu dengan mengikuti suri teladan kita yang terbaik, Nabi Muhammad
Pertama, tanamkan akidah dan sifat-sifat Allah sejak dini. Menanamkan akidah yang kukuh adalah tugas utama orangtua. Orangtualah yang akan sangat mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya sendi-sendi agama dalam diri anak. Tujuan penanaman akidah pada anak adalah agar si anak mengenal betul siapa Allah.
Lebih jauh, anak dikenalkan dengan asma dan sifat-sifat Allah, tentu dengan bahasa yang makruf, sesuai dengan usia anak-anak kita.
Kedua, tanamkan kecintaan kepada Rasulullah sejak dini. Menanamkan kecintaan kepada Rasulullah tentu dimulai dengan mengenalkan siapa Muhammad saw., bahwa Allah mengutus beliau sebagai contoh terbaik untuk umat Islam untuk menyampaikan syariat Allah.
Ketiga, mengasah akal anak untuk berpikir yang benar. Tantangan arus globalisasi budaya, informasi dan teknologi saat ini memiliki andil besar dalam mewarnai sikap dan perilaku anak-anak
Kerap anak memiliki argumentasi sendiri terkait apa yang mereka lakukan. Pandainya seorang anak berargumentasi belum tentu dia membangkang. Bisa jadi hal itu karena kecerdasan atau keingintahuannya yang besar membuat dia bertanya. Dalam persoalan ini, orangtua haruslah memberikan informasi yang benar, yang bersumber dari ajaran Islam, Al-Quran dan As-Sunah.
Keempat, kenalkan syariat Islam, termasuk adab dan akhlak mulia. Anak harus dikenalkan dengan syariat Islam sejak dini, sebagaimana Hadis Rasulullah saw., “Perintahlah anak-anakmu agar mendirikan shalat tatkala mereka telah berumur tujuh tahun, dan pukullah karenanya tatkala mereka telah berumur sepuluh tahun.” Demikian halnya dengan hukum-hukum yang lain.
Kelima, memberikan teladan bagi anak. Bagaimanapun anak-anak membutuhkan qudwah dan teladan yang baik, bahkan hingga ia dewasa. Rasulullah mencontohkan adab yang baik kepada Fathimah, dan terus diamalkan hingga dewasa.
Keenam, menanamkan sikap tanggung-jawab atas perbuatan yang dilakukan. Ketika anak sudah tamyiz, kita sudah bisa menumbuhkan kesadaran pada anak-anak kita bahwa segala perbuatan yang mereka kerjakan akan ada pertanggungjawabannya.
Dengan begitu anak-anak akan berhati-hati dalam bertindak dan berucap. Mereka tidak akan mudah jatuh dalam suatu keburukan. Jika melakukan suatu Kekhilafahan, ia akan segera menyadari lalu bertobat kepada Allah dan memperbaikinya agar menjadi lebih baik.
Ketujuh, senantiasa memanjatkan doa tanpa henti untuk keluarga dan anak-anak. Doa orang tua untuk keluarga dan anak-anaknya terutama pada waktu-waktu mustajab, merupakan senjata utama, terutama seorang ibu. Karena itu perbanyaklah meminta kepada Allah agar menjadikan anak-anak kita menjadi anak-anak yang saleh dan agar Allah membimbing mereka ke jalan yang lurus. Berdoa untuk kebaikan anak adalah salah satu ciri hamba Allah yang saleh.
Sebagaimana yang di sebutkan dalam firman Allah SWT,
وَالَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا
“Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa”. (QS. Al-Furqon: 74).
Wallahu a’lam bishshawab. [SM/Ah]