Oleh: Zakiyah Amin
Suaramubalighah.com, opini — Allah Ta’ala menciptakan manusia itu hanya dua jenis, yakni laki-laki dan perempuan. Sebagaimana firman Allah SWT:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Seiring dengan adanya gempuran liberalisasi agama dan budaya dari akidah sekularisme, muncullah berbagai macam penyimpangan (kaum lesbian, gay, biseksual dan transgender). Terbaru muncul istilah gender non-biner. Gender non-biner atau genderqueer adalah sebuah spektrum identitas gender yang tak secara eksklusif maskulin atau feminin —teridentifikasi berada di luar gender biner. (Wikipedia)
Heboh, seorang mahasiswa baru UNHAS Makassar diusir dari ruangan saat mengikuti acara “Pengenalan Kehidupan Kampus Fakultas Hukum Unhas. Diusir setelah mengaku bergender non-biner saat ditanya oleh dua dosen di depan ruangan. Peristiwa ini terekam dalam sebuah video yang viral di media sosial. Mengaku dirinya berjenis laki-laki tetapi ia tidak mengidentifikasi dirinya dalam kelompok laki-laki atau kelompok perempuan. (CNN Indonesia, 20/08/2022)
Sontak respon di media sosial heboh menanggapi masalah tersebut. Walaupun rektornya sudah menyatakan bahwa peristiwa tersebut sudah diselesaikan oleh fakultas. Namun kasus ini tidak berhenti sampai di sini. Dosen yang mengusir mahasiswa tersebut dinilai telah melakukan perundungan, bahkan Yayasan Pemerhati Masalah Perempuan Sulawesi Selatan mendorong pihak kampus Universitas Hasanuddin (Unhas) menjatuhkan sanksi terhadap dosen pelaku perundungan mahasiswa fakultas hukum. Peristiwa itu terjadi saat penerimaan mahasiswa baru di Baruga Baharuddin Lopa, Kampus Unhas, Kamis pagi, 18 Agustus 2022. (nasional.tempo.co)
Hal ini menunjukkan bahwa kaum menyimpang ini telah diberi ruang bahkan diperjuangkan eksistensinya di alam sistem kapitalisme demokrasi ini. Atas nama Hak Asasi Manusia (HAM) mereka diberi panggung bahkan diakui keberadaannya, termasuk di antaranya adalah kelompok non-biner ini.
Pengakuan terhadap non-biner adalah sebuah penyimpangan, menyalahi fitrahnya sebagai manusia yang terlahir dengan jenis kelamin perempuan atau laki-laki saja. Terbiasa dengan gaya aneh hingga berani speak up pada sesuatu yang rusak membuat pemuda menjadi ketagihan apalagi jika ada yang meng-back up nya.
Pengakuan non-biner membuktikan betapa liberalisasi telah menyasar kaum muda. Selama pengaruh kapitalisme-liberalisme masih bercokol dan dipertahankan, maka generasi-generasi yang lahir pun jauh dari nilai-nilai agama. Generasi dengan maunya hidup sendiri tanpa ada aturan baku. Ajaran kapitalisme liberal memacu orang untuk beradu kuat, jika lemah maka ia akan disantap oleh yang kuat. Padahal tidak semua manusia bisa kuat semua. Dari sinilah terjadi penindasan yang kuat atas yang lemah. Sehingga Sikap tersebut tidak bisa dilepaskan dari sistem liberal yang melingkupi negeri ini. Karena sistem ini mengajarkan hidup bebas tanpa memperhatikan nilai-nilai agama.
Generasi muda telah terjerat oleh liberalisme. Pengaruh sistem liberalisme inilah yang menguasai generasi, mengarahkan pemikiran, perasaan kecendrungan tingkah laku, sehingga tanpa sadar kita sebenarnya tengah dijajah dan diperalat.
Hakikat sekularisme secara tidak langsung mengakui adanya agama dan tidak menolak eksistensi agama. Namun saat yang sama, pada implementasinya hanya sekadar formalitas. Karena sekalipun mereka mengakui eksistensinya, tetapi pada prinsipnya menganggap bahwa kehidupan dunia ini tidak punya hubungan dengan apa yang ada sebelum dan sesudah kehidupan dunia. Mereka menganggap bahwa agama hanya sekadar hubungan antara individu dan penciptanya.
Sistem liberalisme-kapitalis memprioritaskan pandangannya terhadap individu bukan terhadap masyarakat secara utuh. Di dalam sistem kapitalisme kebebasan individu harus dijamin, memberikan kebebasan pribadi manusia dengan bebas berbuat semaunya menurut apa yang diinginkannya selama merasa perbuatannya mendatangkan kebahagiaan. Hal inilah yang menjerat para generasi muda untuk berani bertindak semaunya tanpa melihat aspek penyimpangannya. Aturan hidup yang dijalankan adalah buatan manusia. Sebutlah misalnya UU TPKS muatan isinya yang sangat kental dengan kebebasan. Regulasi ini disambut dengan baik oleh para pemuja demokrasi karena memberikan ruang sebebas-bebasnya bagi pelaku menyimpang dari aturan hakiki.
Islam hadir memberikan solusi bagi seluruh urusan manusia, pengaturannya menyeluruh tidak parsial. Solusi tuntas atas segala bentuk penyimpangan manusia. Bahwa manusia terikat dengan aturan Allah SWT baik perintah-perintah-Nya maupun larangan-Nya. Allah memerintahkan kepada orang beriman agar mengamalkan aturan Islam secara utuh dan menyeluruh, tidak mengambil sebagian dan membuang sebagian (parsial). Dalam perintahnya hanya ada dua pilihan, yakni mengikuti perintah Allah atau mengikuti langkah setan. Tunduk atau ingkar. Seorang mukmin harus menemukan jati dirinya untuk tidak boleh ragu dan bingung menentukan pilihan antara dua arah yang berbeda. (Sayyid Qutub, Tt : 142)
Sebagaimana Firman Allah SWT:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ كَاۤفَّةً ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
“Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.” (TQS. Al-Baqarah: 208)
Untuk menyolusi persoalan generasi hari ini, penting sekali mengambil langkah:
Pertama, membentuk standar yang shahih dalam berpikir dan bersikap, dengan melandaskan pada akidah Islam. Sedari kecil sudah harus ditanamkan akidah Islam secara kokoh.
Kedua, dengan keyakinan bahwa Allah SWT adalah Al-Khaliq Al-Mudabbir. Membiasakan anak senantiasa terikat dengan syariat Islam, senantiasa ditanamkan kesadaran posisi Allah sebagai Pencipta dan Pengatur. Maka akan lebih mudah diarahkan tunduk pada aturan-aturan Allah SWT. Keimanan yang didapatkan dari proses berpikir, bersikap, dan bertingkah laku, akan mampu menjangkau mengapa hanya boleh memakai standar dari apa yang Allah sudah tetapkan. Dengan begitu maka kesadaran akan lahir dengan memahami segala konsekuensi sebagai hamba Allah SWT. Anak pun akan aktif menuntut ilmu, senantiasa berusaha memahami Islam secara kaffah sebagai sistem kehidupan yang akan mengendalikan pikiran dan jiwa generasi.
Ketiga, melibatkan anak dalam pengemban risalah kenabian (dakwah). Aktif menyampaikan Islam kaffah di tengah tengah umat. Sehingga anak ada dalam lingkungan yang baik.
Hanya dengan solusi Islamlah yang mampu memberikan pendidikan bagi generasi agar tidak mudah terpengaruh dengan arus liberalisme. Sehingga generasi muslim terhindar dari segala bentuk kerusakan dan segala penyimpangan syariat Islam seperti fenomena non-binary ini. Wallahu a’lam bishshawab. [SM/Ah]