Bullying di Pesantren, Salah Siapa?

  • Opini

Oleh: Desi Wulan Sari, M.Si.

Sekularisme sumber masalah pendidikan

Suaramubalighah.com, opini — Dunia pendidikan kita kembali mendapat sorotan. Sistem Sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan telah melahirkan berbagai persoalan termasuk di dunia pendidikan.
 
Kini, dunia pendidikan tengah dirundung duka dengan perilaku generasi muda. Mereka sungguh tidak mencerminkan kepribadian seorang pemuda muslim atau pemuda yang memiliki kepribadian calon pemimpin masa depan. Fakta terbaru masalah kekerasan dan pembullyan pun ada di dunia pesantren. Ini jelas sebuah keprihatinan yang luar biasa.

Sebagaimana dikutip pada media tvonenews.com (10 September 2022) diberitakan salah satu lembaga pendidikan pesantren nasional ternama, telah mengumumkan kematian seorang santrinya. Kematian tragis yang dialami santri bernama Albar Mahdi (AM), berasal dari Palembang yang sedang menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur diduga meninggal akibat penganiayaan yang dilakukan oleh sesama santri. Awalnya pihak sekolah menyatakan bahwa AM meninggal karena mengalami kelelahan, akan tetapi pada akhirnya pihak Ponpes Gontor mengakui bahwa adanya penganiayaan dari santri senior setelah selesai kegiatan perkemahan.

Sungguh mengerikan dengan potret buram pendidikan kita hari ini. Pembullyan seperti sebenarnya tidak hanya terjadi di dunia pesantren. Di dunia pendidikan pada umumnya pun sering kali terjadi.

Pemerintah mencoba mengatasi permasalahan seperti ini dengan membuat aturan antikekerasan di lembaga pendidikan. Bahkan, dalam lembaga pendidikan agama (pesantren) aturan yang diterapkan dinilai tidak efektif saat membina para santrinya. Pendidikan pesantren yang diharapkan mampu membawa perubahan dan membentuk sebuah karakter terbaik pun tak mampu membendung arus kerusakan karakter yang diakibatkan oleh sistem sekuler.

Stigma negatif dari sebuah institusi pendidikan agama (pesantren) mendapat “labeling” buruk di mata masyarakat merupakan bentuk ketidakadilan. Publik harus cerdas dalam menilai sebuah kejadian dan latar belakang mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Butuh koreksi total secara mendasar dan menyeluruh pada dunia pendidikan secara umum, sehingga terwujud solusi yang paripurna. Sebab persoalan generasi hari ini, termasuk masalah kekerasan dan pembullyan berawal dari asas sekularisme yang diterapkan oleh sistem kapitalisme. Selama sistem kapitalisme masih diterapkan, maka tak akan ada yang menjamin hal-hal tersebut teratasi sampai menyentuh solusi tuntas. Kerusakan sistemik yang diciptakan oleh sistem kapitalis menjadikan pelaku pendidikan tidak seiring sejalan. Orang tua sebagai madrasah pertama, sekolah, dan negara berjalan sendiri-sendiri. Bahkan terkesan institusi pesantren tempat penitipan “anak nakal”.

Membangun Generasi Anti-Pembully

Pertama yang harus dilakukan adalah memperbaiki mindset tentang pendidikan itu sendiri. Pendidikan merupakan dasar dari sebuah kepribadian yang tercipta pada suatu generasi. Setiap orang tua sebaik mungkin mempersiapkan anak-anaknya dalam mendapatkan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan. Yakni sosok pemuda yang bertakwa, calon pemimpin umat dengan kepribadian Islam, dan pemikiran yang cemerlang. Hal tersebut adalah tujuan pembentukan karakter generasi muda masa kini.

Dalam sebuah hadis yang disampaikan Rasulullah saw., menunjukkan betapa Islam sangat memperhatikan pada hal-hal yang mendatangkan kebaikan bagi pemuda muslim dengan sifatnya yang penuh dengan ketakwaan.

Rasulullah saw. bersabda,


«سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِى ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ … وَشَابٌّ نَشَأَ فِى عِبَادَةِ رَبِّهِ»

“Ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungan (Arsy-Nya) pada hari yang tidak ada naungan (sama sekali) kecuali naungan-Nya: ….Dan seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah (ketaatan) kepada Allah ….”

Untuk merealisasikan hal ini butuh peran sekolah dan negara yang sejalan visi misi pendidikannya dengan orang tua.

Kurangnya keimanan, yaitu lemahnya pendidikan akidah, akhlak, dan ketakwaan yang hakiki membuat para santri tersebut tidak lagi memiliki rasa belas kasihan, empati, simpati, bahkan sikap yang impulsif (mudah marah). Serta menunjukkan kekuasaan kepada juniornya menjadi ciri kepribadian seorang yang berorientasi pada pemikiran kapitalis. Sehingga, kekerasan dianggap tidak lagi hal yang tabu, salah, bahkan keliru sehingga dilakukan sesuka hatinya.
 
Gambaran sistem pendidikan yang bersinergi antara orang tua, sekolah, dan negara sudah pernah diterapkan dalam sistem khilafah. Sebuah institusi yang pernah menjadi negara besar dan jaya, karena penduduknya yang taat pada syariat Allah. Ingin rasanya masa itu hadir kembali, karena penerapan sistem Islam di bawah Daulah Islam yang telah banyak mendidik serta mencetak generasi emas muslim terbaik bagi dunia dan peradaban.

Generasi terbaik seperti itu sudah pasti akan menjadi generasi antipembully dimanapun, terlebih pada institusi pendidikan seperti saat ini. Dikatakan sebagai generasi berkualitas tidaklah instan dalam membentuknya, mereka harus dibina secara utuh baik dalam pendidikan agama dan formal. Mereka harus memiliki kriteria penting sebagai generasi terbaik umat, diantaranya:

Pertama, generasi yang memiliki akhlak mulia. Memiliki bekal ilmu keagamaan yang kuat, senang menolong orang yang lemah, jujur dalam perkataan dan tindakan, bangga pada agama serta negaranya karena memiliki akhlak yang mulia.

Kedua, generasi yang ulet dan mandiri. Mereka tidak mudah bersikap putus asa dan memiliki kemauan yang keras, juga siap bekerja, berkorban untuk agama, negara, serta dirinya sendiri dalam usaha mencapai tujuan dan cita-cita dunia akhiratnya.

Ketiga, generasi yang paham akan teknologi dan perkembangan dunia sebagai wujud kecintaan pada ilmu pengetahuan demi mewujudkan peradaban Islam yang gemilang.

Keempat, generasi yang tangguh dan tidak mudah menyerah. Semangat dalam membangun pikiran positif agar mampu memilah serta memilih mana yang baik dan buruk dari sebuah pilihan dalam hidup.

Kelima, generasi yang menjunjung tinggi kerukunan. Hidup rukun dan harmonis merupakan karakter seorang pemuda muslim yang pemikirannya telah matang karena telah mempelajari syariat dan diterapkan dalam kehidupannya.

Allah SWT. berfirman, keutamaan saling menyayangi terhadap sesama muslim;

مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللّٰهِ ۗوَالَّذِيْنَ مَعَهٗٓ اَشِدَّاۤءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاۤءُ بَيْنَهُمْ تَرٰىهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَّبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِّنَ اللّٰهِ وَرِضْوَانًا ۖ سِيْمَاهُمْ فِيْ وُجُوْهِهِمْ مِّنْ اَثَرِ السُّجُوْدِ ۗذٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِى التَّوْرٰىةِ ۖوَمَثَلُهُمْ فِى الْاِنْجِيْلِۚ كَزَرْعٍ اَخْرَجَ شَطْـَٔهٗ فَاٰزَرَهٗ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوٰى عَلٰى سُوْقِهٖ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيْظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ ۗوَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنْهُمْ مَّغْفِرَةً وَّاَجْرًا عَظِيْمًا ࣖ

Artinya:


“Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Taurat dan sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Injil, yaitu seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu makin kuat lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas batangnya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan di antara mereka, ampunan dan pahala yang besar. ” (QS. Al-Fath: 29)

Sejatinya, membentuk generasi berakarakter Islam adalah menciptakan generasi antipembully. tidak hanya dalam dunia pendidikan tetapi seluruh proses kehidupan yang dijalani akan selalu jauh dari sifat seperti ini.

Semua hal tersebut bisa dipelajari dan didapatkan oleh para generasi muslim kini jika Islam kafah dijalankan dengan semestinya. Karena, hanya dengan sistem Islam sajalah kebutuhan akan pendidikan generasi calon pemimpin masa depan dapat terpenuhi dengan sempurna.

Wallahu a’lam bishshawab. [ ]