Oleh: Diana Wijayanti
Suaramubalighah.com, muslimah dan keluarga — Baru-baru ini perbincangan mengenai “bidadari surga” viral. Pasalnya melalui unggahan Youtube salah satu Ning pondok pesantren Lirboyo membahas tentang bidadari surga yang akan disediakan bagi laki-laki yang saleh, sementara perempuan tidak mendapat “bidadara” karena ketertarikannya pada perhiasan. Dimana unggahan tersebut mendapatkan respon nyinyiran dari salah seorang buzzer. Yakni kata-kata tidak beradab terhadap ustazah Imas hingga penistaan terhadap ayat Al-Qur’an yang diunggah dalam meme.
Dalam penjelasan nash Al-Qur’an, banyak sekali ayat yang menceritakan tentang besarnya pahala bagi laki-laki saleh. Salah satunya akan mendapatkan bidadari yang jumlahnya banyak. Sementara perempuan dunia akan dipasangkan dengan suami di dunia yang saleh.
Kaum feminis di dunia “tidak terlalu suka” dengan penjelasan para bidadari surga beserta kecantikan mereka. Bahkan mereka mengganggap mufasir klasik menyuguhkan konstruksi penafsiran yang terkesan diskriminatif terhadap perempuan dalam perspektif gender. Penafsiran bidadari pun mengalami perkembangan sesuai selera kaum feminis.
Padahal dengan membahas secara benar terkait masalah bidadari surga tersebut, mereka akan tahu bahwa perempuan beriman lebih baik keadaannya daripada bidadari surga. Ahli tafsir Al-Qurthubi rahimahullah, menjelaskan bahwa wanita dunia lebih baik dan lebih cantik dari bidadari karena amal baik mereka di dunia, berbeda dengan bidadari yang langsung Allah Ta’ala ciptakan di dalam surga. Wanita dunia juga akan menjadi ratu dan tuan putri di surga. Beliau rahimahullah berkata,
حال المرأة المؤمنة في الجنة أفضل من حال الحور العين وأعلى درجة وأكثر جمالا ؛ فالمرأة الصالحة من أهل الدنيا إذا دخلت الجنة فإنما تدخلها جزاءً على العمل الصالح وكرامة من الله لها لدينها وصلاحها ، أما الحور التي هي من نعيم الجنة فإنما خُلقت في الجنة من أجل غيرها وجُعلت جزاء للمؤمن على العمل الصالح ….؛ فالأولى ملكة سيدة آمرة ، والثانية – على عظم قدرها وجمالها – إلا أنها ـ فيما يتعارفه الناس ـ دون الملكة ، وهي مأمورة من سيدها المؤمن الذي خلقها الله تعالى جزاءً له
“Keadaan wanita beriman di surga lebih utama dari bidadari dan lebih tinggi derajat dan kecantikannya. Wanita shalihah dari penduduk dunia masuk surga sebagai balasan atas amal saleh mereka. Hal ini adalah kemuliaan dari Allah untuk mereka karena bagusnya agama dan kebaikan mereka. Adapun bidadari adalah bagian dari kenikmatan surga. Mereka diciptakan di dalam surga sebagai kenikmatan bagi makhluk selainnya, sebagai balasan bagi orang beriman atas amal salehnya.”
Jenis yang pertama (yaitu wanita dunia), adalah sebagai ratu, tuan putri, dan yang memerintah. Adapun jenis kedua (bidadari surga), dengan keagungan kedudukan dan kecantikannya – sebagaimana yang diketahui oleh manusia – maka kedudukan bidadari di bawah ratu. Dia menjadi pelayan bagi tuannya yang beriman yang Allah ciptakan sebagai balasan bagi orang beriman.” (Tafsir Al-Qurthubi, 16: 154)
Majdah Amir dalam Buku Pegangan Utama Fiqih Wanita: Segala Hal yang Ingin Anda Ketahui tentang Perempuan dalam Hukum Islam terbitan Qaf Media Kreativa mengatakan bagaimana mungkin mereka yang tidak diperintahkan untuk patuh kepada Allah akan mendapatkan pahala yang setara dengan mereka yang telah diperintahkan untuk melakukan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan? Allah berjanji lewat firman-Nya:
جَزَآءًۢ بِمَا كَانُوۡا يَعۡمَلُوۡنَ
“Sebagai balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan.” (Al-Waqi’ah: 24)
هَلۡ جَزَآءُ الْاِحۡسَانِ اِلَّا الۡاِحۡسَانُۚ
“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).” (Ar-Rahman: 60)
Di samping itu, ditekankan dalam hadits Nabi, kesempurnaan dan kebaikan para wanita beriman di dunia itu melebihi para bidadari surga:
At-Tabarani mendapat riwayat dari Umm Salamah ra. bahwa dia bertanya kepada Rasulullah saw., “Wahai Rasulullah, apakah wanita di dunia itu lebih baik daripada para bidadari di surga?” Beliau menjawab, “Para wanita di dunia lebih baik daripada bidadari surga bertingkat-tingkat.” Umm Salamah bertanya lagi, “Wahai Rasulullah, apakah maksudnya itu?” Beliau menjawab, “Karena sholatnya, puasanya, dan ketaatannya kepada Allah yang Maha Kuasa. Allah telah membungkus wajah mereka dengan cahaya, menutupi tubuh mereka dengan sutra yang berwarna putih, gaun hijau, kemeja kuning, wewangian mereka adalah korundum, sisir mereka berupa emas, dan mereka berkata, ‘Kami adalah makhluk abadi yang tidak pernah mati, kami adalah makhluk lembut yang tidak pernah mengeras, kami adalah penghuni yang tidak pernah pergi, dan kami adalah orang-orang yang puas yang tidak pernah mengeluh. Terpujilah dia yang diperuntukkan bagi kami dan kami bagi dia.”
Siti Aisyah ra. berkata, “Ketika bidadari surga mengucapkan kata-kata ini, ‘Kami adalah yang putri-putri yang sejahtera dan jelita, pasangan dari orang-orang yang dermawan, yang memancarkan cinta dan kebaikan, kami abadi dan tidak pernah mati, yang merasa aman dan tidak kenal takut, para penghuni yang tidak pernah pergi, para wanita beriman di dunia harus menjawab mereka begini, ‘Dan kami adalah wanita-wanita yang beribadah sedangkan kalian tidak, kami berpuasa dan kalian tidak, kami berwudhu dan kalian tidak, kami beramal baik dan kalian tidak. Dan aku bersumpah demi Allah, mereka (para wanita beriman) itu lebih baik.
Berbahagialah wahai para wanita dunia, dengan beramal saleh dan berdoa kepada Allah Ta’ala agar dimasukkan ke surga Allah yang tertinggi. Kenikmatan surga tidak dapat dibayangkan sedikit pun dan kecantikan para wanita surga kelak tidak bisa dibayangkan sedikit pun.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menukil firman Allah Ta’ala dalam hadis qudsi,
يَقُوْلُ اللهُ : أَعْدَدَتُ لِعِبَادِيَ الصَّالِحِيْنَ مَا لاَ عَيْنٌ رَأَتْ وَلاَ أُذُنٌ سَمِعَتْ وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَر، وَاقْرَأُوا إِنْ شِئْتُمْ فَلاَ تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
“Allah telah berfirman, ‘Aku telah menyiapkan bagi hamba-hambaku yang saleh (di surga) kenikmatan-kenikmatan yang tidak pernah terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga, dan tidak pernah terbetik dalam benak manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Istri yang shalihah yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya dengan menjalankan syariat Islam secara kaffah, menaati suaminya, serta memperjuangkan tegaknya Islam kaffah akan menjadi bidadari bersama suaminya di surga kelak. Insyaa Allah.
Wallahu a’lam bishshawab. [SM/Ah]