Shafiyyah Binti Abdul Muthallib: Ibu Pencetak Mujahid Pemberani Ahli Seni Furusiyah

Oleh: Marni Rosmiati

Suaramubalighah.com, Muslimah Inspiratif – Kala kebanyakan orang saat ini ditenggelamkan dengan euforia budaya ala Barat, yang kemudian direkayasa oleh sistem kapitalis dalam bentuk-bentuk yang menyenangkan hawa nafsu manusia. Sehingga menjadikan permainan, seni, dan budaya sebagai alat penjajahan baru dunia Barat kepada dunia Islam, khususnya untuk melenakan kaum muda muslim.

Pemuda muslim pun terlena dan terbius oleh budaya Barat, yang akhirnya mencontoh kebiasaan mereka dengan penuh rasa bangga. Demam sepak bola misalnya. Meskipun baru-baru ini terjadi tragedi “Kanjuruhan”, tapi demam Piala Dunia Qatar 2022 tetap gegap gempita. Begitu pula dengan perayaan-perayaan ala Barat, seperti yang terjadi saat perayaan Halloween. Bahkan di Itaewon Korea Selatan, perayaan tersebut menjadi tragedi yang memakan ratusan nyawa menjadi korban. Tak ketinggalan Arab Saudi pun latah merayakan Halloween dengan perayaan di jalanan. Tapi sebaliknya, kaum muda muslim begitu rendah diri bahkan ketakutan ketika mereka dikaitkan dengan perjuangan dakwah menegakkan syariat dan Khilafah.

Bukan berarti Islam tak mengenal berbagai permainan dan perayaan yang lahir dari seni budaya, akan tetapi Islam memandang seni budaya dengan kacamata yang khas. Bahwasannya seni budaya bagian dari tsaqafah yang mengandung hadharah (pemikiran) yang bersumber dari akidah tertentu.  Jika seni budaya tersebut berasal dari akidah selain Islam, maka pastilah tertolak.

Salah satu seni budaya yang ada dalam Islam adalah seni furusiyah. Seni furusiyah adalah seni keprajuritan di medan peperangan, seperti memanah dan berkuda. Rasulullah saw. pun menjadikan seni ini sebagai salah-satu keutamaan yang dianjurkan bagi kaum muslimin. Sebagaimana tercantum dalam hadis yang bersumber dari Uqbah bin Amir Al-Juhani ra., Nabi bersabda : “Dan persiapkan untuk mereka apa yang kalian mampu berupa kekuatan. Ketahuilah bahwa kekuatan itu adalah memanah!” (HR. Muslim)

Dalam hadis yang lain dari Sa’ad bin Abi Waqash, Rasulullah saw. bersabda, “Hendaknya kalian memanah karena itu permainan yang paling bagus bagi kalian.” (HR. Ath-Thabrani)

Di masa Rasulullah saw. terdapat beberapa pemanah yang terkenal dengan kemampuan yang luar biasa. Mereka memiliki peran penting dalam perjuangan dakwah Islam di seantero jazirah Arab. Mereka adalah Sa’ad bin Abi Waqash, Abu Thalhah Al-Anshari, Zubayr bin Al-Awwam, dan Uqbah bin Amir Al-Juhani.

Di balik para pemanah hebat di masa Rasulullah saw. tersebut yang semuanya laki-laki, ada yang paling menarik yaitu Zubayr bin Al-Awwam. Di balik kehebatan Zubayr ternyata ada sentuhan tangan dingin seorang perempuan yaitu ibunya sendiri, yang melatihnya menjadi seorang pemanah yang sangat mumpuni. Tidak lain beliau adalah Shafiyyah binti Abu Muthallib, bibi dari Rasulullah saw., saudari dari Singa Allah Hamzah bin Abdul Muthallib. Ayahnya adalah Abdul Muthallib bin Hasyim, pemimpin tertinggi dan tokoh Quraisy terkemuka. Sementara ibunya adalah Halah binti Wahb, saudara kandung Aminah binti Wahb, ibunda Rasulullah saw..

Shafiyyah dikenal sebagai wanita kuat, pemberani, dan bertutur kata yang fasih dan cerdas. Beliau menguasai seni furusiyah yang biasanya dikuasai para laki-laki, yaitu memanah dan berkuda. Shafiyyah menggembleng putranya yang yatim sejak kecil guna menjadi pejuang hebat. Shafiyyah mendidik Zubayr dengan keahlian furusiyah. Beliau berharap, Zubayr menjadi seorang yang beradab mulia dan menjadi pemimpin yang gagah berani.

Sepeninggal suaminya yaitu Awwam bin Khuwaylid, Shafiyyah membesarkan Zubayr yang yatim dalam keadaan kehidupan yang sulit. Beliau mendidik anak laki-lakinya ini melalui pendidikan yang keras dan penuh keprihatinan. Beliau mengajarkan Zubayr kecil menunggang kuda, menggunakan senjata, memanah, dan memperbaiki busur. Shafiyyah pun tak segan menyuruh putranya melaksanakan pekerjaan-pekerjaan beresiko tinggi dan memukulnya dengan keras bila Zubayr membantah perintahnya.

Shafiyyah mendapat banyak peringatan dari sahabat-sahabat yang lain karena dinilai terlalu keras dalam mendidik anak. Namun beliau membantahnya dengan berkata tegas, “Siapa yang menganggapku memukulnya karena marah, maka anggapannya itu salah. Aku memukulnya demi membuatnya semakin mengerti agar kelak ia tidak pernah gentar menghancurkan musuh dan pulang dari medan perang dengan kemenangan.”

Hasil tak pernah mengkhianati usaha. Lewat tangan dingin Shafiyyah terbentuklah sosok mujahid pemberani pada diri Zubayr bin Awwam yang diberi gelar oleh Rasulullah sebagai Hawari (pembela) Rasulullah saw.. Bahkan sahabat Umar bin Khaththab menyetarakan kemampuan Zubayr setara dengan 1000 orang. Pedangnya merupakan pedang pertama yang terhunus membela Islam.

Di bawah pelatihan yang super intensif oleh ibunya ini, Zubayr diriwayatkan mampu menembakkan anak panah tepat melewati lubang mata pada topeng yang biasa digunakan oleh prajurit di medan perang. Dan Zubayr pun tercatat sebagai sahabat nabi yang mengikuti semua peperangan Rasulullah saw., terbukti dengan banyaknya bekas luka tusukan di tubuh Zubayr. Zubayr bin Awwam kala berada di kancah peperangan, beliau selalu siap menghadapi segala macam bahaya dan menanggung semua rasa sakit demi kemenangan Islam. Pedang dan panahnya selalu siaga kala Rasulullah saw. diadang bahaya.

Nampak jelaslah dalam darah Zubayr bin Awwam telah mengalir sifat ketangguhan dan keberanian Shafiyyah binti Abdul Muthallib yang telah mendidiknya dengan tegas. Dari asuhan ibu yang tangguh akan dihasilkan generasi yang tangguh pula. Semoga kisah Shafiyyah binti Abdul Muthallib ini menjadi inspirasibagi para ibu saat ini. Jangan biarkan kaum muda muslim menjadi generasi pembebek yang lemah mental serta tenggelam dalam kesenangan permainan dan perayaan-perayaan kufur. Jadilah Ibu generasi (Ummu Abyad) yang senantiasa menjaga dan mendidik generasi muda muslim menjadi pejuang-pejuang tangguh hingga mampu meneggakkan panji Islam, Al-Liwa dan Ar-Rayyah.

Wallahu a’lam bishshawab. [SM/Ah]