Pendidikan Moderasi Beragama dalam Keluarga: Menjauhkan Profil Generasi Islam Kaffah

Oleh: Diana Wijayanti

Suaramubalighah.com, Muslimah dan Keluarga — Keluarga merupakan institusi terkecil yang menjadi benteng terakhir pendidikan Islam bagi generasi. Setelah institusi negara Islam, Khilafah Utsmani runtuh tahun 1924 oleh Kamal Ataturk seorang agen Inggris, kaum muslimin ibarat anak ayam kehilangan induk. Tiada lagi pengurus dan pelindung umat dari kekejian musuh-musuh Islam yang terus menimpakan bencana.

Dari keluargalah, generasi muslim masih memperoleh nilai-nilai Islam yang kaffah. Adapun sekolah, masyarakat, dan tatanan kehidupan begitu jauh dari nilai-nilai Islam. Perilaku seks bebas merebak, tawuran, narkoba, miras, begal, L63T, dan tindak kriminal lainnya berkembang tak terkendali. Bahkan direstui oleh peraturan yang ada.

Namun di tengah gempuran paham kebebasan dan sekuler, cahaya Islam masih bersinar. Cahaya ini dibawa oleh para pejuang Islam yang tangguh, yang lahir dari keluarga-keluarga muslim. Mereka memiliki iman yang kokoh dan berpegang teguh pada hukum-hukum Islam. Barisan pejuang Islam itu dari hari ke hari semakin besar, hingga mampu melahirkan gerakan Islam yang menggentarkan musuh.

Oleh karena itu, musuh-musuh Islam tak rida jika umat Islam terus bangkit. Musuh-musuh Islam terus berupaya memadamkan cahaya Islam. Dana digelontorkan dan strategi sistemik pun dirancang untuk tujuan besar itu. Salah satunya adalah dengan menderaskan sekularisme melalui program moderasi beragama. Dengan dalih menyesuaikan zaman, hukum-hukum Islam diubah sesuai kehendak kafir Barat penjajah. Istilah jihad dan Khilafah distigma negatif, sehingga harus dihilangkan dari benak umat.

Musuh-musuh Islam ini pun menggandeng kaki tangannya dari kalangan umat Islam sendiri untuk menderaskan pemikiran kufur tersebut di tengah-tengah umat. Mulai dari penguasa, ulama, intelektual, pengusaha, pemuda, hingga rakyat biasa telah teracuni pemikiran sesat dan menyesatkan ini.

Lebih mirisnya lagi ketika keluarga pun tidak lepas dari target penyesatan. Tanpa disadari, pendidikan moderasi beragama ini telah ditargetkan masuk dalam ranah keluarga. Seorang publik figur didaulat menjadi sosok yang akan memberikan panduan bagaimana keluarga menanamkan moderasi beragama dalam mendidik anak dari sejak pranatal hingga pascanatal. Agar umat menerima pemahaman moderasi beragama dalam keluarga ini, disandingkanlah dengan berbasis pada Al-Qur’an. Hal ini tertuang dalam disertasi yang berjudul “Pendidikan Moderasi Beragama dalam Keluarga Berbasis Al-Qur’an”.

Sekilas, disertasi ini sangat menarik dan inspiratif. Namun jika ditelaah secara teliti, mengandung racun yang sangat berbahaya. Moderasi beragama adalah ide Barat yang ruhnya sekularisme kapitalisme, dijustifikasi kebatilannya dengan berbasis pada Al-Qur’an. Padahal moderasi beragama adalah ide batil yang lahir dari akidah sekularisme yang batil. Sedangkan Al-Qur’an adalah wahyu Allah SWT, sumber kebenaran hakiki.

Haq dan batil akhirnya dicampur dalam mendidik keluarga. Di tengah penerapan sistem kapitalisme sekuler ini, tanpa ada benteng yang menjaga akidah umat, tentu kebatilan yang akan “menang”. Adapun pemahaman Islam kian tersingkirkan dalam benak umat.

Moderasi beragama akan melahirkan profil generasi umat yang moderat sesuai standar Barat penjajah. Profil muslim yang menerima ide demokrasi, liberalisme, pluralisme, feminisme, hak asasi manusia, menolak formalisasi syariat Islam kaffah dalam institusi negara, dan menolak Khilafah Islam. Imannya lemah, tidak mau terikat dengan syariat Islam, meninggalkan aktivitas dakwah, bahkan mampu mengaborsi kebangkitan Islam. Inilah yang dikehendaki musuh-musuh Islam. Dan profil generasi Islam kaffah otomatis sirna.

Tentu saja ini sangat berbahaya, harus diwaspadai oleh setiap muslim agar tidak terpengaruh. Umat harus segera mempelajari Islam kaffah, yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Diharapkan umat memiliki ‘filter’ atau penyaring terhadap pemikiran rusak yang makin masif disebarkan di tengah keluarga muslim.

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan hamba-Nya untuk menjaga diri dan keluarganya dari siksa api neraka. Firman-Nya,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim [66]: 6)

Maka jelaslah, moderasi beragama dalam keluarga sangat berbahaya dan akan menjauhkan terlahirnya profil generasi Islam kaffah. Untuk itu, ide ini harus ditolak dan disingkirkan jauh-jauh dari benak dan kehidupan kaum muslimin.

Wallahu a’lam. [SM/Ah]