Oleh: Qisthi Yetty
Suaramubalighah.com, Opini — Pesta sepak bola terbesar di jagad raya tengah berlangsung di Qatar. Perhelatan 4 tahunan ini, untuk pertama kalinya diselenggarakan di Timur Tengah tahun 2022.
Banyak dari umat Islam mengapresiasi Piala Dunia Qatar ini, karena tampak nilai-nilai Islam di sana. Bahkan ada yang berkomentar, “ingin menjadi warga negara Qatar”. Umat seolah-olah melihat harapan “kemenangan Islam” pada wajah Piala Dunia Qatar di tengah arus deras islamofobia di dunia.
Umat seakan “terpesona” karena baru pertama kalinya ada pada perhelatan Piala Dunia lantunan ayat suci Al-Qur’an (QS. Al-Hujurat ayat 13), adanya kumandang azan hingga salat berjamaah, serta ada sajadah dan buku tentang Islam. Bahkan ada yang merilis, dari penyelenggaraan Piala Dunia Qatar ini sudah ada 558 yang mualaf (masuk Islam).
Pelarangan L9BT dan minuman beralkohol pun diterapkan di Qatar, sebab sebelum Piala Dunia pun Qatar memiliki kebijakan bebas alkohol dan L9BT. Namun kebijakan tersebut akhirnya direvisi setelah adanya negosiasi panjang antara Presiden FIFA Gianni Infantino, Budweiser, dan Eksekutif Komite Tertinggi Qatar. Budweiser (sponsor utama alkohol di Piala Dunia) akan tetap diizinkan menjual bir beralkohol di zona FIFA FAN Fest di pusat Kota Doha. Penjualan juga bisa dilakukan di tempat hiburan yang sudah ditentukan.
Dari fakta ini, kita bisa melihat bahwa syariat Islam membawa kebahagiaan bagi orang beriman. Baru sebagian saja dari syariat Islam yang diterapkan oleh Qatar, sudah membuat umat Islam bahagia. Bagaimana jika syariat Islam diterapkan secara kaffah? Pasti dunia dalam keberkahan dan akan membawa rahmat bagi seluruh alam.
Namun ada satu catatan dari Piala Dunia Qatar ini, yakni dominasi kapitalis (pemilik modal) sangat kuat. Terbukti Qatar akhirnya menyetujui peredaran minuman beralkohol di zona tertentu. Ingatlah, bahwasanya Piala Dunia untuk memilih tim bola terbaik di dunia ini adalah ajang bisnis para kapitalis di bawah bendera FIFA, terutama pebisnis Amerika dan Eropa. Dan pada tahun 2022 ini pebisnis Asia pun bermain.
Dalam sistem kapitalisme, nilai liberalisme tidak bisa dipisahkan. Terbukti, di Piala Dunia Qatar ini tetap ada tarian, perempuan yang terbuka auratnya, dan ikhtilat (campur baur) pria-wanita pun tetap ada. Padahal sebelumnya Qatar menjaga nilai-nilai tersebut. Atas desakan para kapitalis yang mengatasnamakan Hak Asasi Manusia (HAM) telah menyebabkan Qatar “tak berdaya”, demi keuntungan yang luar biasa dari penyelenggaraan Piala Dunia ini.
Merujuk laporan resmi FIFA (Fédération Internationale de Football Association) pada Piala Dunia Qatar 2022, FIFA mendapat dana sponsor tambahan yang menyentuh angka USD 7,5 miliar (sekitar Rp117 triliun). Berkat hal itu, FIFA ditaksir bakal meraup keuntungan bersih sebesar USD 1 miliar (sekitar Rp15,7 triliun).
Islam yang ditampilkan di Piala Dunia Qatar ini pun sebatas syariat yang bersifat individual, humanisme, dan toleransi sebagaimana yang dikehendaki oleh Barat. Islam politik tidak dikehendakinya. Sebagaimana dalam Tweet Doha News, Qatar akan memasang mural-mural hadis Nabi Muhammad saw. di jalan-jalan besar Qatar. Hadis tersebut ditulis dalam bahasa Arab dengan terjemahan bahasa Inggris, seperti kalimat “man lā yarham, lā yurham” atau kalimat “kullu ma‘rūfin ṣadaqatun”.
Hingga salah satu pegiat moderasi beragama menulis dengan judul “Mempromosikan Islam Ramah Anti-Khilafah dalam Piala Dunia Qatar 2022″. Dengan menegaskan bahwa Islam pada prinsipnya adalah agama penyayang, bukan kekerasan. Dari judul tulisan ini, sangat tendensius terhadap Islam politik yakni Khilafah. Hal ini membuktikan bahwa dunia Islam saat ini tidak bisa terlepas dari agenda internasional “war on terorisme” yang saat ini menjadi “war on radikalisme“, yang menjadikan Islam dan umat Islam sebagai sasarannya.
Oleh karena itu, umat Islam tidak boleh terjebak oleh tampilan manis dari Islam moderat (moderasi beragama) yang menjauhkan gambaran Islam yang kaffah. Penting bagi umat Islam untuk mewujudkan kemenangan Islam yang hakiki, syariat Islam yang kaffah diterapkan hingga membawa rahmat bagi seluruh alam, tidak cukup euforia pada Piala Dunia Qatar semata.
Masih ada agenda besar bagi umat Islam untuk mengembalikan izzah Islam walmuslimin yakni mewujudkan Islam politik dalam naungan Khilafah. Karena itu, kemuliaan dan kemenangan Islam benar-benar bisa terwujud. Dan umat Islam tidak akan terjebak pada permainan “Piala Dunia” yang menjauhkan dari ruh Islam dan melalaikan kaum muslimin.
Allah SWT berfirman:
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ
“Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah permainan dan senda gurau.”(QS. Al-An’am: 32)
Olahraga termasuk sepak bola, hukum asalnya mubah (boleh). Namun jika dalam permainan itu ada membuka aurat, minuman beralkohol, ikhtilat, judi (taruhan), hingga meninggalkan waktu salat, maka itu menjadi haram. Sebab hal itu semua ialah bentuk pelanggaran pada syariat Islam.
Dari uraian di atas, maka bisa disimpulkan bahwa Piala Dunia adalah proyek kapitalis dunia untuk meliberalkan dunia Islam. Wallahu a’lam bishshawab. [SM/Ah]