Oleh: Ashaima Va
Suaramubalighah.com, Opini — Sudah seperti agenda rutin tahunan, jelang perayaan Nataru (Natal dan Tahun Baru) ada aksi terorisme. Baru-baru ini sebuah bom bunuh diri meledak pada pukul 08.20 di Polsek Astananyar, Kota Bandung pada Rabu (07/12). Satu orang korban meninggal berasal dari anggota kepolisian, tiga polisi luka berat, empat luka ringan, dan seorang korban sipil yang sedang melintas mengalami luka ringan. (Kompas.com, 07/12/2022)
Dicuplik dari Kompas.com, menurut pengamat terorisme yang juga seorang dosen Antropologi Universitas Malikussaleh, Al Chaidar menyebut ada jaringan terorisme yang sengaja melakukan serangan-serangan menjelang waktu-waktu perayaan agama tertentu, tak terkecuali mendekati Natal. Besar dugaan, upaya ini dilakukan untuk menyebarkan ketakutan, khususnya pada kelompok pemeluk agama tertentu.
Pada bulan Desember pun Densus 88 acapkali melakukan penangkapan terduga teroris. Pada Desember 2021 Densus 88 banyak melakukan penangkapan terduga teroris. Begitu pula pada Desember 2022 ini Densus 88 menangkap terduga teroris di Sukoharjo, Palembang, Lubuk Linggau, Bandar Lampung, dan juga Kalimantan Tengah. (Kompas.com, 07/12/2022)
Rentetan kejadian bom bunuh diri di setiap akhir tahun berimplikasi pada semakin masifnya pemerintah melakukan upaya deradikalisasi dengan menyebarkan opini toleransi dan moderasi beragama. Mereka yang melakukan aksi terorisme dianggap sebagai pihak-pihak yang tidak mau menerima perbedaan. Tuduhan mereka selalu menyasar umat Islam bahkan sekarang meluas pada umat Islam yang memahami syariat Islam secara kaffah dan memperjuangkannya sebagai suatu sistem hidup.
Maka, penguasa masif menanamkan moderasi beragama (Islam moderat) yakni ber-Islam ala Barat. Bahkan menghimbau untuk penanaman pemahaman Islam yang lebih moderat sejak dini. Pemahaman moderat yang kerap menyerang syariat Islam yang telah digariskan oleh Rasulullah saw.. Sehingga Islam akan digiring pada nilai-nilai Barat yang bebas (sekuler-liberal).
Sebenarnya, publik sudah mengetahui bahwa proyek deradikalisasi adalah bagian dari proyek global War on Terrorism (WOT) yang dipimpin oleh AS. Sejak rezim Trump, diubah narasinya menjadi War on Radicalism. Proyek ini bertujuan untuk memecah belah umat Islam. Sehingga wajar jika sasaran dari proyek ini adalah umat Islam dengan target islamofobia, terutama fobia akan Islam politik yang akan menerapkan syariat Islam.
Islam secara tegas menyatakan bahwa terorisme bukan bagian dari Islam. Terorisme tidak ada sangkut pautnya dengan jihad dan Khilafah. Adanya sekelompok umat yang memiliki pemahaman kekerasan di ruang publik dalam berjuang sehingga mengorbankan rakyat sipil, tentu tidak dibenarkan. Islam tidak menoleransi sedikit pun pembunuhan tanpa hak. Membunuh seorang muslim tanpa hak, itu sama saja dengan membunuh manusia seisi bumi. Terlebih yang menjadi korban setiap bom meledak adalah saudara mereka seakidah.
Allah SWT berfirman:
مِنْ أَجْلِ ذَٰلِكَ كَتَبْنَا عَلَىٰ بَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ أَنَّهُۥ مَن قَتَلَ نَفْسًۢا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِى ٱلْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ ٱلنَّاسَ جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَآ أَحْيَا ٱلنَّاسَ جَمِيعًا ۚ وَلَقَدْ جَآءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِٱلْبَيِّنَٰتِ ثُمَّ إِنَّ كَثِيرًا مِّنْهُم بَعْدَ ذَٰلِكَ فِى ٱلْأَرْضِ لَمُسْرِفُونَ
“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.” (QS. Al-Ma’idah: 32)
Maka mereka yang melakukan kekerasan dengan latar belakang Islam, sesungguhnya bukan pejuang Islam. Mereka hanyalah orang-orang yang masih belum memahami Islam secara utuh yang dimanfaatkan oleh proyek deradikalisasi.
Lantas langkah-langkah yang harus kita tempuh dalam menyikapi persoalan ini adalah sebagai berikut:
Pertama, meningkatkan kesadaran politik kaum muslim melalui pembinaan yang terus-menerus pada umat. Kesadaran politik bagi umat adalah suatu keharusan. Kesadaran politik ini akan membimbing umat untuk menyikapi setiap peristiwa menurut kacamata Islam.
Kesadaran politik yang dimaksud di sini bukanlah sebagaimana perpolitikan politisi sekuler, tetapi kesadaran politik di sini adalah kesadaran mendorong umat untuk memandang setiap persoalan dari sudut pandang akidah dan syariat Islam. Sehingga umat akan mampu menyelesaikan setiap permasalahan dalam kehidupannya dengan Islam. Umat paham langkah yang benar sesuai tuntunan syariat dalam menghadapi segala persoalan kehidupan.
Dengan pemahaman politik Islam yang benar, umat akan paham bahwa akar masalah kehidupan ini bukan radikalisme tapi penerapan sistem kapitalisme-sekularisme yang menyebabkan kesengsaraan umat manusia di dunia karena kerakusan dan keserakahan para kapitalis.
Kedua, memberikan pemahaman yang benar kepada umat tentang makna jihad yang sesungguhnya. Sehingga umat bisa memaknai jihad tanpa mereduksi makna yang sesungguhnya. Umat pun tidak akan terprovokasi untuk melakukan aksi kekerasan lalu melabelinya dengan perjuangan Islam.
Ketiga, memahamkan umat bahwa penerapan syariat dan menegakkan Khilafah sebagaimana para Khulafaur Rasyidin dulu adalah kewajiban agama. Sehingga umat tidak akan termakan oleh ide moderasi beragama yang anti syariat Islam.
Keempat, menyingkap rencana musuh-musuh Islam dan makar mereka dalam menjauhkan umat dengan nilai-nilai Islam. Sehingga umat Islam tidak mudah terjebak framing jahat para penjajah yang tidak menginginkan Islam bangkit dan berjaya.
Langkah-langkah di atas tentu saja harus dibarengi dengan meneladani bagaimana Rasulullah saw. berdakwah tanpa kekerasan. Dan Allah SWT berfirman, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik…” (QS. An-Nahl: 125)
Wallahu a’lamu bishshawab. [SM/Ah]