Oleh: Rahmi Ummu Atsilah
Suaramubalighah.com, Muslimah Inspiratif – Setiap orang memiliki peran penting dalam kehidupan. Tidak ada satu pun yang tidak saling membutuhkan. Entah dia perempuan ataukah laki-laki. Dalam Islam perempuan dan laki-laki laksana saudara kandung. Perempuan memiliki hak yang sama seperti laki-laki. Kewajiban mereka juga sama dalam berbagai hal kecuali beberapa aspek yang yang khusus berkaitan dengan laki-laki saja atau perempuan saja.
Allah SWT telah menetapkan persamaan antara perempuan dan laki-laki dalam Al-Qur’an surah Al-Ahzab ayat 35:
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.”
Wanita dimuliakan dan dihormati dalam Islam. Hal yang tidak ditemukan dalam agama yang telah diubah dan dibuat. Syariat Allah SWT tidaklah sama dengan hawa nafsu dan ajaran manusia. Wanita banyak meriwayatkan hadis, seperti ummul mu’minin Aisyah ra. 2.210 hadis, Ummu Salamah ra. 387 hadis, Ummu Athiyah, juga Asma’ binti Yazid.
Asma’ binti Yazid adalah shahabiyah yang dikenal sebagai juru bicara kaum wanita di zamannya. Sebagai wanita yang telah lulus madrasah nubuwwah, Asma’ memiliki sikap yang tidak terlalu manja atau lemah lembut mendayu ketika berbicara, tidak merasa hina, bahkan Asma’ adalah wanita pemberani, tegar, dan contoh mujahidah di medan perang.
Wanita ini telah bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu dan mengamalkannya. Memenuhi seruan Allah dalam hadis yang disampaikan oleh Rasulullah saw.,
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu wajib atas setiap kaum muslimin.”
Asma’ binti Yazid mendatangi Rasulullah saw. ketika memberi kajian Islam kepada para sahabat. Ia berkata, “Saya bersumpah, wahai Rasulullah, saya adalah utusan para wanita kepadamu. Sesungguhnya Allah mengutusmu kepada semua orang laki-laki dan wanita, maka kami pun beriman kepadamu dan kepada Tuhanmu. Gerak langkah kami -para wanita- terkurung dan terbatas di rumah tangga laki-laki, menjadi pelampiasan syahwat mereka, melahirkan anak mereka. Sungguh kalian, wahai para laki-laki; kalian diutamakan atas kami dalam mengerjakan salat Jumat, salat berjamaah, mengunjungi orang sakit, menghadiri jenazah, haji, dan yang lebih utama, jihad fi sabilillah. Saat orang laki-laki di antara kalian pergi haji atau berjihad, kami menjaga harta kalian, merawat baju kalian, dan kami mendidik anak kalian. Mengapa kami tidak mendapat pahala seperti kalian dapatkan?”
Nabi saw. menatap wajah para sahabat, lalu beliau bersabda, “Apakah kalian mendengar bahwa perkataan wanita ini saja itu lebih baik daripada berbagai persoalan agama yang ia tanyakan?”
Nabi saw. lantas menghadap kepada Asma’ dan bersabda, “Wahai para wanita, pahamilah dan sampaikan kepada para wanita lainnya: berbuat baik kepada suami, mencari ridanya, dan mengerjakan apa yang diizinkannya itu setara dengan pahala semua yang disebutkan tadi.” Wanita itu pun pergi dalam keaadaan bahagia.
Selain mempelajari dan meriwayatkan banyak hadis, shahabiyah juga peduli dengan pengajaran agama termasuk hadis terhadap anak-anaknya dan umat Islam. Mereka mendatangi majelis ilmu Rasulullah saw. dan bertanya tentang berbagai permasalahan, sehingga amal perbuatan mereka tidak tertolak di sisi Allah SWT dan senantiasa berada di jalan yang benar.
Dari hadis di atas pula tergambar jelas tentang peranan wanita dalam Islam. Yaitu menuntut ilmu terlebih ilmu agama, menjadi bagian dari masyarakat, amar ma’ruf nahi munkar, menyampaikan Islam, dan memberikan pembinaan kepada sesama wanita. Kiprah penting lain seorang wanita dalam Islam adalah sebagai ibu dan pengatur rumah tangga suaminya. Mencetak generasi yang berkualitas dalam kehidupan, mengukir peradaban gemilang, juga mengupayakan kenyamanan penghuni rumah dengan menjaga keindahan dan kebersihan rumahnya. Semuanya bernilai pahala di sisi Allah setara jihadnya para laki-laki.
Adapun laki-laki adalah qawwam yang menjaga seluruh anggota keluarga dari penyimpangan terhadap agama dengan sikap keteladanan dan pembinaan, melindunginya dari segala marabahaya, mengayomi, dan memberikan nafkah yang halal bagi seluruh anggota keluarga. Sehingga semua berjalan harmonis dan fungsi pendidikan serta pengasuhan anak juga optimal. Semua fungsi ini sebenarnya hanya akan terlaksana ideal jika masyarakat memberikan fungsi kontrol dan negara menerapkan sistem aturan yang penuh ketaatan kepada Islam. Wallahu a’lam bishshawab. [SM/Ah]