Profil Generasi Khairu Ummah Sejati

Oleh: Diana Wijayanti

Suaramubalighah.com, Muslimah dan Keluarga — Pemuda muslim adalah calon pemimpin di masa depan, sebagaimana syair Arab menuturkan, syubbanul yaum rijalul ghaddi” (pemuda hari ini adalah tokoh pada masa yang akan datang). Dan pemuda merupakan bagian dari kaum muslimin secara umum yang telah dianugerahi predikat terbaik oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman:

كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ

“Kalian (umat Islam) adalah umat yang terbaik, yang telah dilahirkan di tengah manusia, kalian menyuruh (berbuat) yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. (QS. Ali Imran: 110)

Di masa lalu, Islam telah memberikan perhatian yang sangat besar kepada pemuda agar menjadi generasi terbaik. Bahkan sejak dini, anak-anak diajarkan Al-Qur’an meskipun belum bisa membaca, sehingga mereka menjadi hafizhul Qur’an sebelum usia balig. Setelah mereka hapal Kitabullah, tentu dengan mudah menghapal kitab-kitab lain, mulai hadits, fiqh, dan lain-lain. Pada usia 10 tahun mereka bisa mendalami dan memahami Kitabullah, Sunnah Rasul shallallahu alaihi wasallam, serta kitab-kitab lain yang membahas akidah dan syariat secara kaffah.

Mereka juga diajarkan berenang, memanah, dan berkuda yang membuat mereka kuat dan siap berjihad di jalan Allah. Anak-anak sudah mulai diajak berjihad di atas kuda para ayahnya. Orang tua betul-betul menggembleng kepribadian generasi begitu kuat, sehingga ilmu dan amal berjalan beiringan.

Kehidupan pemuda dalam masyarakat Islam ini jauh berbeda dengan kehidupan pemuda dalam masyarakat sekuler seperti saat ini. Pemuda dalam Islam, jauh dari kehidupan hura-hura, dugem, narkoba, tawuran, seks bebas, homoseksual, dan tindakan maksiat lainnya. Ketika menghadapi masalah, para pemuda dalam masyarakat Islam, yakin kepada Allah, qadha dan qadar, rezeki, dan tawakal. Mereka tidak galau, depresi, apalagi stres hingga menjamah miras dan narkoba untuk pengalihannya.

Berbagai kemaksiatan yang dilakukan para pemuda dalam masyarakat Islam, seperti khalwat dan ikhtilat yang tidak dibenarkan syara‘, perzinaan, dan sebagainya, maka negara akan memberikan sanksi yang tegas kepada pemuda tersebut sebagaimana diberlakukan kepada masyarakat secara umum, tanpa pengecualian. Dan sanksi pidana dalam Islam bersifat mencegah kemaksiatan berulang dan menebus dosa bagi pelakunya.

Dalam kehidupan masyarakat Islam, peran negara begitu besar dalam mendidik anak dan pemuda, selain peran keluarga dan masyarakat. Di bawah sistem pendidikan dalam masyarakat Islam ini mampu melahirkan para pemuda yang betul-betul menjadi khairu ummah.

Namun realitasnya, pemuda muslim saat ini sangat berbeda dengan predikat yang telah Allah Ta’ala sematkan. Mereka dibodohkan, dimiskinkan, disekulerkan, diliberalkan. Gaya hidupnya senang hura-hura, idolanya KPop, hobinya kuliner, tawuran, narkoba, seks bebas, hobi game, dan melakukan berbagai kekerasan serta kemaksiatan lainnya.

Tentu saja masa depan umat tidak bisa diserahkan kepada generasi yang rusak. Jika dilakukan, hancurlah peradaban manusia. Bagaimana mungkin mereka akan mengurus umat, sementara mengurus diri mereka sendiri saja tidak mampu.

Oleh karena itu, perlu kerja sama berbagai pihak untuk mengembalikan generasi ini pada predikat ‘khairu ummah‘ (umat terbaik), sehingga peradaban yang tercipta adalah peradaban yang cemerlang dan mulia. Adapun langkah untuk mewujudkannya profil generasi khairu ummah yang sejati, di antaranya:

Pertama, pemuda muslim harus dikuatkan dan dikokohkan keimanannya. Iman ibarat pondasi rumah. Jika pondasi kuat, bangunan yang tegak pun akan kokoh berdiri, tidak mudah roboh. Pun sebaliknya, jika pondasi keropos, bangunan yang tegak akan mudah roboh dan hancur.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْ نَزَّلَ عَلٰى رَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ مِنْ قَبْلُۗ وَمَنْ يَّكْفُرْ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًاۢ بَعِيْدًا

“Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya.” Barang siapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh, orang itu telah tersesat sangat jauh. (QS. An Nisa: 136)

Pemuda muslim harus menyadari bahwa dirinya adalah hamba Allah yang memiliki misi penciptaan. Kehidupannya di dunia adalah untuk beribadah kepada Allah SWT, bukan untuk berhura-hura dan bersenang-senang.

Allah Ta’ala berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

“Dan tidaklah Kami ciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah. (QS. AdzDzariyat: 56)

Pemuda muslim juga harus yakin bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah suri teladan sejati agar mendapat rida Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasul yang wajib diidolakan, bukan artis K-Pop, drakor, Hollywood, ataupun artis Bollywood.

Selain itu, pemuda muslim harus beriman kepada Kitabullah sebagai pedoman dan petunjuk bagi kehidupannya. Aturan Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah harus diterapkan secara kaffah, tidak dipilih sesuai hawa nafsunya.

Kedua, pemuda muslim harus taat syariat secara kaffah. Bukan mengambil sebagian hukum, dan meninggalkan sebagian hukum lainnya.

Allah Ta’ala berfirman :

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ كَاۤفَّةً ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam secara kaffah, dan janganlah mengikuti langkah-langkah setan, karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu. (QS. Al Baqarah: 208)

Syariat Islam itu bukan hanya tentang salat, puasa, haji, membaca Al-Qur’an, ataupun zikir dan doa saja. Namun mereka harus paham bahwa syariat Islam juga mengatur tentang makanan, minuman, pakaian untuk menutup aurat, akhlak, muamalah, dan sanksi pidana. Landasan ketaatan pada semua syariat Allah tadi adalah keimanan, bukan meraih keuntungan semata.

Ketiga, pemuda muslim harus aktif dalam membentuk masyarakat yang islami dengan aktif berdakwah menyampaikan Islam kaffah bersama jamaah dakwah ideologis.

Allah Ta’ala berfirman:

وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ

“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran: 104)

Keempat, pemuda muslim harus berjuang sungguh-sungguh untuk menerapkan seluruh hukum Allah secara kaffah dalam sebuah institusi negara yang menerapkan Islam.

Negara dalam Islam adalah institusi yang wajib menerapkan syariat Islam secara kaffah, menjaga penerapannya dengan sanksi yang tegas atas pelaku kemaksiatan dan pelanggaran, serta menyebarkan Islam ke seluruh penjuru dunia sebagai rahmatan lil ‘alamin dengan dakwah dan jihad.

Begitulah profil generasi khairu ummah sejati, yang berbeda dengan profil pemuda ideal dalam sistem sekuler yang hanya berorientasi pada capaian materialistik dan dibangun atas landasan Islam moderat yang dimasifkan penguasa saat ini.

Islam moderat hakikatnya ialah proses sekularisasi muslim dengan memakai istilah Islam, namun makna dan hakikatnya menyimpang dari Islam yang sesungguhnya. Jelas, ini sangat berbahaya.

Dari sini, profil pemuda khairu ummah sejati tidak bisa dicapai dengan landasan Islam moderat (moderasi beragama), mengingat moderasi beragama adalah cara Barat mensekulerkan dan meliberalkan pemuda muslim. Profil generasi khairu ummah hanya bisa terwujud ketika menjalankan syariat Islam secara kaffah di bawah naungan Khilafah Islam. Wallahu a’lamu. [SM/Ah]