Khairu Ummah Adalah Umat Islam yang Taat secara Kaffah (Tafsir QS. Ali Imran: 110)

Oleh: Kartinah Taheer

Suaramubalighah.com, Al-Qur’an – Allah SWT berfirman, 

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتابِ لَكانَ خَيْراً لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفاسِقُونَ

Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Ali Imran: 110)

Al-Hafizh ‘Imaduddin Abul Fida’ Isma’il bin ‘Umar bin Katsir menjelaskan dalam tafsir Al-Qur’an Al-Azhim bahwa, Allah memberitahukan kepada umat Nabi Muhammad saw. bahwa mereka adalah sebaik-baik umat. Untuk itu Allah SWT berfirman,

{كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ}

“Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia.”(QS.Ali Imran: 110)


Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yusuf, dari Sufyan ibnu Maisarah, dari Abu Hazim, dari Abu Hurairah ra. sehubungan dengan firman-Nya: Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia. (Ali Imran: 110), Abu Hurairah ra. mengatakan, makna yang dimaksud ialah sebaik-baik manusia untuk umat manusia, kalian datang membawa mereka dalam keadaan terbelenggu pada lehernya dengan rantai, selanjutnya mereka masuk Islam.


Hal yang sama dikatakan pula oleh Ibnu Abbas, Mujahid, Atiyyah Al-Aufi, Ikrimah, Ata, dan Ar-Rabi’ ibnu Anas. Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia. (Ali Imran: 110), yakni umat yang terbaik yang dilahirkan untuk umat manusia. Dengan kata lain, mereka adalah sebaik-baik umat dan manusia yang paling bermanfaat buat umat manusia. Karena itu, selanjutnya disebutkan:

{تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ}

“Menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran: 110)

Terkait dengan ayat ini mengandung makna umum mencakup semua umat ini dalam setiap generasinya, dan sebaik-baik generasi mereka ialah orang-orang yang Rasulullah saw. diutus di kalangan mereka, kemudian orang-orang sesudah mereka, kemudian orang-orang sesudah mereka.

Makna ayat ini sama dengan makna yang terdapat di dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:

وَكَذلِكَ جَعَلْناكُمْ أُمَّةً وَسَطاً

“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kalian (umat Islam), umat yang adil dan pilihan.(QS. Al-Baqarah: 143)


Yang dimaksud dengan wasathan ialah yang terpilih.

لِتَكُونُوا شُهَداءَ عَلَى النَّاسِ

“Agar kalian menjadi saksi atas (perbuatan) manusia.(QS. Al-Baqarah: 143), hingga akhir ayat.

Dalam tafsirAl-Qur’an Al-Azhim disebutkan banyak hadis, dimanasemua hadis yang disebutkan terangkum ke dalam makna firman-Nya,

{كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ}

“Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran: 110)


Barang siapa yang memiliki sifat tersebut dari kalangan umat ini, berarti dirinya termasuk orang yang terpuji melalui ayat ini. Seperti yang telah diriwayatkan oleh Qatadah, telah sampai suatu berita kepada kami bahwa ketika Khalifah Umar ibnul Khaththab ra. sedang melakukan salah satu ibadah haji, ia melihat adanya gejala hidup santai pada orang-orang. Lalu ia membacakan ayat ini, yaitu firman-Nya: Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia (Ali lmran: 110). Kemudian ia berkata, “Barang siapa yang ingin dirinya termasuk golongan umat ini, hendaklah ia menunaikan syarat yang ditetapkan oleh Allah di dalamnya.” Atsar ini diriwayatkan oleh Ibnu Jarir. Barang siapa yang tidak memiliki sifat ini, maka ia lebih mirip dengan orang Ahli Kitab yang dicela oleh Allah SWT melalui firman-Nya,

كَانُوا لَا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ

“Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat(QS. Al-Maidah: 79), hingga akhir ayat.


Karena itu, setelah Allah memuji umat ini karena memiliki sifat-sifat tersebut, lalu dalam ayat selanjutnya Allah mencela Ahli Kitab dan menyesalkan perbuatan mereka. Untuk itu Allah SWT berfirman:

{وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ}

“Sekiranya Ahli Kitab beriman.(QS. Ali Imran: 110)

Yakni beriman kepada apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, yaitu Al-Qur’an.

{لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ}

“Tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Ali Imran: 110)

Maksudnya, sedikit sekali dari mereka yang beriman kepada Allah dan Kitab yang diturunkan kepada kalian, juga kepada apa yang diturunkan kepada mereka sendiri. Kebanyakan dari mereka bergelimang di dalam kesesatan, kekufuran, kefasikan, dan kedurhakaan.

Berdasarkan penjelasan di atas maka makna “khairu ummah” sama sekali tidak selaras dengan moderasi beragama. Atau khairu ummah itu bukanlah umat yang moderat. Moderasi beragama memandang tidak boleh ada klaim kebenaran dan semua agama dipandang sama. Sementara  berdasarkan tafsir QS. Ali Imran ayat 110 “khairu ummah” itu hanya disematkan pada umat Islam, bukan umat yang lain. Hal ini sejalan juga dengan surah Ali Imran ayat 85,

وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ ٱلْإِسْلَٰمِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ

Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya.”

Kalaupun dalam tafsir Al-Qur’an Al-Azhim dinyatakan bahwa makna ayat ini (QS. Ali Imran:110) sama dengan makna yang terdapat di dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:

وَكَذلِكَ جَعَلْناكُمْ أُمَّةً وَسَطاً

“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kalian (umat Islam), umat yang adil dan pilihan(QS. Al-Baqarah: 143)


Yang dimaksud dengan wasathan ialah yang terpilih. Maka umat wasathan ini adalah umat yang adil dan pilihan, bukan umat moderat seperti penafsiran mereka yakni “di tengah-tengah, tidak ekstrem kanan dan kiri”

Adapun umat Islam akan menjadi “khairu ummah” jika memenuhi dua syarat yakni amar ma’ruf nahi munkar dan beriman kepada Allah SWT. Ibnu Katsir menafsirkan orang-orang yang memiliki sifat amar ma’ruf nahi munkar adalah orang-orang yang terpuji. Sedangkan orang yang tidak punya sifat ini dinilai mirip seperti Ahli Kitab yang dicela oleh Allah SWT.

Sedang menurut Ibnu Abbas, تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ  adalah menyeru untuk mentauhidkan Allah dan mengikuti Rasulullah dalam seluruh syariatnya. Sedang  وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ  adalah mencegah kekufuran, syirik, dan menyalahi Rasulullah yakni mencegah menyalahi apa yang dibawa oleh Rasulullah saw.. وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ  adalah tunduk patuh pada syariat-Nya, tidak memilih milih tetapi ketaatan yang menyeluruh/ kaffah. Makna ini sejalan dengan firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 208

 يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ كَاۤفَّةً

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan,…” (QS. Al-Baqarah ayat 208)

Jadi khairu ummah adalah umat yang benar-benar taat secara totalitas, bukan umat yang moderat ataupun umat yang radikal.

Istilah Islam moderat sendiri tidak pernah dikenal dalam khazanah Islam. Istilah ini  mengacu pada sebuah dokumen yang dikeluarkan oleh lembaga think tank Amerika, yaitu RAND Corporation, yang terbit pada 2007 dengan judul Building Moderate Muslim Networks (Membangun Jaringan Islam Moderat). Targetnya adalah menjauhkan umat Islam dari agamanya, mencegah kebangkitan umat sehingga semakin langgeng hegemoni penjajah terhadap dunia Islam.

Karena itu, umat Islam harus waspada terhadap setiap upaya membelokkan makna istilah-istilah dalam Islam yang memiliki makna syar’i dengan terminologi sesuai narasi Barat. Meski definisi itu dikeluarkan oleh para pemuka agama dunia sekalipun. Karena patokan kebenaran itu dikembalikan kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Wallahu a’lam bishshawab. [SM/Ah]