Oleh: Ashaima Va
Suaramubalighah.com, Opini — Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden, Ali Mochtar Ngabalin kembali mengeluarkan pernyataan kontroversial mengenai Islam dan umat Islam. Kali ini dia mengatakan, “Republik kita punya, nenek moyang kita yang bikin. Sejarah Wali Songo yang dipuja-puji orang Islam itu bangsa China. Sunan Ampel, Sunan Bonang, Cheng Ho. Tidak perlu ragu, Ini bukan penghinaan, my father is China, my mother is China,” kata Ali Mochtar Ngabalin dalam video yang beredar. Sehingga etnis Tionghoa jangan ragu menggunakan identitasnya, imbuhnya.
Tanpa alasan dan rujukan yang jelas, Ali M. Ngabalin mengklaim Wali Songo dari China. Tentu hal ini bertolak belakang dengan penjelasan para sejarawan maupun referensi lainnya. Sejarawan Muhammad Iskandar menyampaikan bahwa Wali Songo adalah keturunan Nabi.
Wali Songo atau sembilan wali adalah pendakwah yang dihormati di tanah Jawa. Mereka menempati tiga wilayah di sepanjang pantai utara Pulau Jawa. Dari merekalah Islam disebarluaskan sehingga diterima di hampir seluruh tanah Jawa. Wali Songo sesungguhnya merupakan habaib dari marga Adzmatkhan.
Dijelaskan dalam artikel tentang Wali Songo dari laman resmi Center of Studies Universitas Krisnadwipayana bahwa nasab dari sebagian besar Wali Songo sampai kepada Nabi Muhammad saw.. Dimulai dari Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim yang merupakan keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad saw. dari jalur Husain bin Ali. Nasab beliau dijelaskan dalam catatan dari As-Sayyid Bahruddin Ba’alawi Al-Husaini yang kumpulan catatannya kemudian dibukukan dalam Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait dalam beberapa jilid.
Maulana Malik Ibrahim lahir di Samarkand di Asia Tengah, pada paruh awal abad ke-14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma mengatakannya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah orang Jawa terhadap As-Samarkandy.
Berikutnya adalah Sunan Ampel yang merupakan keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad dari jalur Husain bin Ali. Menurut riwayat, beliau adalah putra Ibrahim Zainuddin Al-Akbar dan seorang putri Champa yang bernama Dewi Condro Wulan binti Raja Champa terakhir dari Dinasti Ming. Wilayah Champa saat ini kita kenal sebagai Kamboja.
Dari Sunan Ampel lahirlah keturunannya yaitu Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Sedangkan Sunan Kudus merupakan keturunan ke-24 dari Nabi Muhammad. Sunan Giri merupakan keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad dan merupakan murid Sunan Ampel. Sunan Kalijaga adalah putra raja muda Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur atau Sayyid Ahmad bin Mansur (Syekh Subakir). Beliau adalah murid Sunan Bonang. Sunan Kalijaga memiliki putra Sunan Muria atau Raden Umar Said.
Terakhir adalah Sunan Gunung Jati yang merupakan keturunan ke-18 Rasulullah. Ayahandanya adalah Syarif Abdullah dari Mesir keturunan ke-17 dari Rasulullah sedang ibundanya adalah Nyai Rara Santang putri dari Prabu Siliwangi Raja Padjadjaran.[i]
Beberapa sumber tertulis yang menceritakan tentang Wali Songo di antaranya Babad Tanah Jawa dan Babad Cirebon yang mengungkapkan jika asal-usul leluhur Wali Songo adalah dari Hadramaut atau Yaman. Bahkan jauh sebelum Wali Songo berdakwah di tanah Jawa, telah ada pendahulu mereka yang juga merintis dakwah di Nusantara, salah satunya adalah Asy-Syaikh Jumadil Qubro. Syekh Jumadil Qubro membawa misi dakwah dari kekhilafahan Turki Utsmani bersama saudara-saudaranya Syekh Thanauddeen/ Datuk Adi Putera, Aliyyuddin, Maulana Hasanudin, Maulana Malik Isro’il, Maulana Muhammad Al-Maghribi/ Sunan Keseng tiba di Kelantan pada tahun 1349 M. sebelum akhirnya menuju Jawa dan Sulawesi Selatan pada periode awal. Mereka membawa misi untuk menyebarkan Agama Islam di zaman era Kerajaan Majapahit.
Syekh Jumadil Qubro sendiri merupakan leluhur dari Wali Songo, yaitu kakek dari Sayyid Maulana Malik Ibrahim, Sayyid Ainul Yaqin atau Sunan Giri, Sayyid Raden Rahmatullah atau Sunan Ampel, dan Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati.
Wali Songo Keturunan China, Upaya Menguburkan Sejarah
Masih dari artikel tentang Wali Songo dari laman resmi Center of Studies Universitas Krisnadwipayana dijelaskan bahwa pada era orde baru memang pernah beredar buku yang menyatakan Wali Songo adalah keturunan Tionghoa yaitu ditulis oleh Profesor Benedictus Slamet Muljana yang merujuk pada tulisan Mangaraja Onggang Parlindungan. Dia merujuk kepada seseorang yang bernama Resident Poortman.
Residen Poortman sendiri tidak dikenal sebagai sejarawan. Bahkan tidak diakui kredibilitasnya sebagai sejarawan. Martin van Bruinessen, yang dikenal sebagai sejarawan yang diakui sangat detail saja tak pernah menyebut namanya.
Maka teori bahwa Wali Songo berasal dari China adalah teori yang meragukan. Tepatlah jika kita katakan pernyataan tersebut hanya ingin mengubur fakta yang terang benderang bahwa Wali Songo adalah keturunan Arab.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa Wali Songo adalah keturunan Arab. Adanya upaya-upaya untuk mengaburkan sejarah dengan mengatakan bahwa Wali Songo adalah keturunan China adalah tendensius. Tak lebih dari upaya untuk menjauhkan kaum muslimin dari fakta yang sesungguhnya. Hingga akibatnya kaum muslimin tidak mengenali sejarah bahkan cenderung membenci segala sesuatu yang datang dari Arab, terlebih jika berkaitan dengan kekhilafahan Islam.
Statement Poortman yang tanpa dasar bisa dipahami sebagai upaya politis Belanda saat itu untuk mengacaukan sejarah dan memadamkan semangat perlawanan kaum muslimin. Sangat ceroboh jika ada salah satu staf ahli yang merupakan representatif penguasa mencatut sumber sejarah dari para pembenci Islam. Hal ini semakin membuktikan bahwa rezim hari ini sekuler liberal yang ingin menguburkan sejarah umat Islam.
Sungguh berbahaya jika hal ini dibiarkan, sebab generasi muda penerus estafet kepemimpinan di negeri mayoritas muslim ini akan kehilangan ruh keislamannya yang kuat. Penyesatan sejarah akan menghantarkan generasi yang tidak mengenal Islam secara utuh. Bahkan bisa menghantarkan generasi muda menjadi “pengkhianat” bagi Islam dan umat Islam.
Wallahu a’lamu bishshawab. [SM/Ah]