Oleh: Diana Wijayanti
Suaramubalighah.com, Muslimah dan Keluarga — Pengajian dalam bahasa Arab disebut at-ta’limu. Asal katanya adalah ’allama – yu’allimu – ta’liiman yang artinya pengajaran. Pengajian atau taklim mempunyai nilai ibadah tersendiri. Hadir dalam belajar ilmu agama bersama seorang alim atau orang yang berilmu merupakan bentuk ibadah yang wajib setiap muslim.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Mencari ilmu adalah kewajiban setiap muslim.” (HR Muslim)
Juga dalam hadis,
مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَهَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ باِلعِلْمِ
“Barang siapa yang hendak menginginkan dunia, maka hendaklah ia menguasai ilmu. Barang siapa menginginkan akhirat hendaklah ia menguasai ilmu, dan barang siapa yang menginginkan keduanya (dunia dan akhirat) hendaklah ia menguasai ilmu.” (HR Ahmad)
Dalam Al-Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta’ala meminta orang yang tidak ikut berjihad untuk belajar agama dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana firman-Nya:
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
“Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya.” (QS At-Taubah [9]: 122)
Sehingga mengkaji Islam merupakan kewajiban sekaligus kebutuhan bagi setiap orang termasuk ibu. Maka aneh jika ada yang tidak suka dengan aktivitas pengajian yang hukumnya wajib dalam pandangan Islam. Hingga tuduhan keji atas ibu-ibu yang aktif pengajian yakni bahwa hal itu menjadi penyebab stunting pada anak.
Padahal justru sebaliknya, pengajian menjadikan seseorang, termasuk seorang ibu, paham bagaimana mengatur waktu dan me-manage rumah tangganya sebaik mungkin sesuai panduan syariat Islam. Bahkan tidak hanya dalam mengatur rumah tangga tetapi juga dalam memahami hukum-hukum Islam sebagai solusi atas berbagai persoalan kehidupan yang sangat sulit.
Keutamaan Menuntut Ilmu
Selain wajib, menuntut ilmu merupakan aktivitas yang sangat mulia. Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji orang-orang yang bersusah payah dalam menuntut ilmu. Hal ini sebagaimana firman-Nya:
يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
“Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Mujadilah: 11)
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menganggap orang yang berilmu adalah orang yang paling bertakwa kepada Allah. Sebagaimana firman-Nya:
اِنَّمَا يَخْشَى اللّٰهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمٰۤؤُاۗ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ غَفُوْرٌ
“…Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Maha Perkasa, Maha Pengampun.” (QS Fathir: 28)
Maka wajar generasi salaf sangat masyhur dengan kegigihan mereka dalam mencari ilmu. Kisah perjuangan Imam Ahmad, Imam Malik, dan Imam Syafi’i dalam menuntut ilmu sangat luar biasa. Hingga mereka meraih kemuliaan, ilmunya berkah, dan mengalirkan pahala jariah karena hingga kini kitab yang mereka tulis masih dijadikan rujukan ilmu generasi sekarang. Masyaa Allah.
Mengkaji Islam Bekal Hidup Bahagia
Pengajian sangat besar manfaatnya dalam mengarungi kehidupan. Di sana seseorang bisa belajar seluruh hukum dan aturan yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan sebagai solusi atas berbagai macam persoalan yang dihadapi manusia. Terlebih saat ini kaum muslimin tidak hidup dalam naungan negara yang menerapkan Islam secara kaffah.
Pemahaman terhadap syariat mendorong seseorang terikat dengan aturan Islam, baik terkait hubungan dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala berupa akidah dan ibadah; hubungan dengan dirinya sendiri berupa makanan, pakaian, dan akhlak; juga hubungan dengan manusia yang lain berupa muamalah dan uqubat. Termasuk dalam mendidik anak agar menjadi anak yang saleh dan salehah, dan menjadi pemimpin peradaban Islam yang cemerlang.
Ketika peradaban Islam itu belum terwujud maka pengajian adalah salah satu upaya untuk mencerdaskan umat agar bisa memahami syariat secara kaffah, mengamalkan, serta mendakwahkan Islam itu hingga seluruh kaum muslimin paham akan kewajiban menerapkan Islam secara kaffah oleh negara. Sehingga kebahagiaan hidup di dunia bisa diraih, pun kehidupan akhirat insyaa Allah akan penuh keridaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Pentingnya Ibu Generasi Rajin Mengaji
Muslimah sebagai ibu generasi sangat penting untuk rajin ikut pengajian. Karena ibu adalah “madrasatul-ula” atau sekolah pertama bagi anaknya. Ibu merupakan pendidik bagi putra-putrinya, juga pendidik generasi.
Baik dan buruknya generasi sangat bergantung pada peran ibu-ibu mereka. Jika para ibu tidak memiliki ilmu agama yang cukup maka rusaklah generasi masa depan. Sebagaimana apa yang terjadi saat ini, ibu-ibu terpaksa keluar rumah untuk bekerja sehingga generasi kurang kasih sayang dan kurang pendidikan. Ditambah sekolah, lingkungan, dan negara yang jauh dari nilai agama, membuat kerusakan makin meluas dan makin memprihatinkan.
Sebaliknya, ketika para ibu semangat menuntut ilmu agama maka suami terjaga dan generasi akan terdidik dengan Islam kaffah. Dari peran para ibu ini, keluarga Islam menjadi keluarga pejuang hingga peradaban mulia Islam bisa terwujud.
Wallahu a’lam bishshawab. [SM/Ah]