Oleh: Lulu Nugroho
Suaramubalighah.com, Opini – Setelah sempat dikabarkan sepi dari kegiatan dakwah, kini memasuki Ramadan, Masjid Ukhuwah Islamiyah atau Masjid UI di Kota Depok mulai menggeliat lagi. Beragam kegiatan selama Ramadan 2023, seperti gelaran festival dan bazar meramaikan bulan suci di tahun ini.
Selain itu, kegiatan dakwah dan ibadah pun dihidupkan sepanjang Ramadan, oleh Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) beserta masyarakat setempat. Diharapkan agar masjid cantik di dekat Danau Kenanga ini, akan kembali bersinar dengan ruh Islam di dalamnya.
Kondisi sepinya masjid kampus, tak pelak meresahkan. Cuitan warganet di laman twitter, salah satunya @KangTaufiqNew1pada 28/3/2023, “Ini terjadi hampir di seluruh masjid kampus di Jawa. Isunya netralisasi masjid kampus dari gerakan radikal radikul, sejatinya ingin mengambil alih kepengurusan dan aktivitas masjid. Ujung-ujungnya sepi peminat dan kegiatan karena memang gak menarik dan tidak mencerahkan.”
Sepinya masjid kampus indikasi bahwa generasi muda saat ini jauh dari aktivitas memakmurkan masjid. Proyek moderasi beragama benar-benar telah mengikis idealisme profil generasi muslim akibat proses sekularisasi. Padahal Rasulullah SAW telah bersabda: “Tujuh golongan manusia yang akan menaungi mereka di bawah naungannya ketika tidak ada naungan kecuali naungannya. Pertama, pemimpin yang adil. Kedua, pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah. Ketiga, laki-laki yang hatinya terpaut di masjid. Keempat, dua orang yang saling mencintai karena Allah, berjumpa dan berpisah karena hanya. Kelima, seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang perempuan yang terpandang dan cantik, kemudian dia berkata sungguh aku takut kepada Allah. Keenam, orang yang bershadaqah dengan suatu shadaqah kemudian ia menyembunyikan hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya. Ketujuh, orang yang mengingat Allah saat sendirian, lalu air matanya mengalir. (HR Bukhari)
Kondisi ini memang patut mendapat perhatian. Pasalnya, masjid menjadi salah satu tempat pencerdasan umat. Bahkan dahulu beratus tahun yang silam, di masa kejayaan Islam, masjid memiliki beragam fungsi penting. Tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga merupakan pusat peradaban, pendidikan, menjalin ukhuwah dan persatuan, menyelesaikan urusan umat, dan sebagainya.
Penghalang Dakwah
Penderasan opini moderasi atau radikalisme kampus secara masif terus ditebarkan, untuk menghalangi dan membungkam sikap kritis generasi muda di kampus. Melalui berbagai program deradikalisasi kampus seperti program dialog Warga Akur Rukun Nurani Gelorakan NKRI (Warung NKRI), serta kajian riset pembinaan dan pemahaman budaya nusantara berupa program Kawasan Terpadu Nusantara (KTN).
Pun melalui sosialisasi pembekalan mahasiswa baru, kuliah umum, diskusi, seminar, bahkan pada materi perkuliahan. Hal semacam inilah yang dapat mengakibatkan mimbar akademis mati dari aktivitas peduli dan peka terhadap permasalahan umat, menganalisa dan mengurai sesuai solusi Islam. Sedangkan masih ada tanggung jawab kaum muslim lainnya, yakni melakukan aktivitas muhasabah lil hukam (mengoreksi penguasa), atau mengritisi kebijakan penguasa yang bertentangan dengan syari’at Islam.
Sebagaimana kita saksikan hari ini, banyaknya pejabat yang tak amanah terus menguras kekayaan negeri. Mereka membiarkan rakyat terlunta-lunta, bahkan mengakibatkan kerusakan yang luas dalam kehidupan yang semakin pengap, jauh dari syariat. Maka dakwah tak boleh berhenti, akan tetapi perlu terus disampaikan hingga menjadi bagian kehidupan umat.
Sementara deradikalisasi tidak hanya menyasar kampus, namun telah menjadi program yang terus berjalan di semua lini. Pun menghadang penerapan Islam kaffah. Deradikalisasi digadang-gadang bertujuan untuk menetralisir atau membersihkan pemikiran radikalisme, yang ada pada para teroris melalui upaya-upaya menanamkan jiwa nasionalisme, berpikiran terbuka dan toleran, waspada terhadap provokasi dan hasutan, berjejaring dalam komunitas perdamaian, dan bergabung dalam damai.
Tetapi alih-alih menyatukan keberagaman, justru program ini semakin memecah belah persatuan umat. Ummatan wahiidatan yang semestinya terbentuk melalui ikatan akidah, malah terburai akibat ide deradikalisasi. Ide ini pun bias, sebab dapat disematkan pada siapapun yang dianggap berseberangan dengan penguasa. Maka jika deradikalisasi, maupun ide lainnya yang tidak berasal dari Islam terus dibiarkan berkelindan dalam kehidupan, akan menjadikan umat semakin asing dan jauh dari akidahnya. Bahkan membelokkan dan mengoyak pemahaman Islam yang lurus.
Saat ini persoalan generasi muda yang makin memprihatinkan seperti gaya hidup bebas, narkoba, tawuran atau kekerasan, hidup foya-foya (Flexing) dan lain sebagainya hanya bisa diselesaikan dengan syariat Islam kaffah. Proyek moderasi beragama yang sekuler liberal, konon katanya untuk mencegah radikalisme justru semakin memperparah kondisi kerusakan generasi hari ini. Sehingga yang sangat dibutuhkan oleh generasi hari ini adalah pendakwah Islam kaffah untuk memberikan solusi berbagai persoalan hari ini. Umat tak membutuhkan pendakwah yang moderat yang justru menjauhkan generasi dari profil muslim yang sesungguhnya.
Khatimah
Ketiadaan penerapan Islam kaffah mengakibatkan kerusakan menetap pada tubuh umat. Perlu langkah intensif untuk menghadang kebijakan rusak dan ide kufur, yang akan mengalihkan fokus perhatian dari upaya-upaya pencerdasan umat. Melalui aktivitas para pengemban dakwah, akan jelas perkara hitam dari putihnya. Begitu pun sebab kerusakan dan kehidupan sempit yang terjadi hari ini.
Mereka pula yang akan memahamkan Islam kaffah sebagai satu-satunya solusi hakiki yang layak diterapkan sebagai sebuah sistem kehidupan. Dari sana umat akan tertunjuki pada akidahnya, bahwasanya Islamlah sejatinya yang merupakan akidah yang sahih.
Allah SWT berfirman, ”Rumah-Ku di muka bumi adalah masjid, para kekasih-Ku adalah mereka yang memakmurkan rumah-Ku. Barang siapa yang ingin berjumpa dengan-Ku hendaklah ia datang ke rumah-Ku, sungguh wajib bagi tuan rumah menghormati para tamunya.” (Hadis Qudsi).
Maka masjid tidak boleh dibiarkan lengang. Menjadi tugas bersama untuk menghidupkan masjid, serta mengembalikan fungsinya seperti sedia kala. Dari sini kelak akan lahir generasi Qur’ani yang merupakan aset berharga umat yang memiliki gambaran yang jelas tentang tugas dan posisi mereka di dalam peradaban. Kiranya mendesak saatnya agar setiap insan muslim, mematut diri mengupayakan kelayakannya sebagai khoiru ummah.
Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta (tetap) melaksanakan sholat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada apa pun) kecuali kepada Allah. (QS At-Taubah 9: Ayat 18)
Maka adalah sebuah keniscayaan menampilkan manusia-manusia unggulan sekelas dunia, dengan pribadi tangguh yang mampu melibas pemikiran-pemikiran kufur dan siap mengguncang dunia. Inilah sejatinya kebangkitan yang hakiki, yang hanya akan terwujud dengan penegakan Islam kaffah. Tsumma takuunu khilafatan ala minhajin nubuwwah. [SM/Ln]