Sekularisme Memisahkan Olahraga dari Politik

  • Opini

Oleh: Lulu Nugroho

Suaramubalighah.com, Opini – Sungguh sesat pikir pernyataan petinggi negeri ini yang meminta agar masyarakat tidak mencampurkan agama dengan politik, saat menanggapi kontroversi keikutsertaan tim Israel di Piala Dunia FIFA U-20 2023, beberapa waktu lalu. Akibatnya, masyarakat pun terbelah menjadi dua kubu.

Masyarakat yang menolak partisipasi tim Israel adalah  yang tidak setuju atas penjajahan Israel selama ini. Sedangkan yang setuju adalah, sebagian masyarakat yang menganggap ada keuntungan dengan terselenggaranya gelaran Piala Dunia FIFA U-20, meskipun melibatkan Israel. Maka tak ayal pita hitam bertebaran di dunia maya, sebagai bentuk kekecewaan dan protes atas keputusan FIFA yang pada akhirnya mencabut hak Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023.

Bahkan meski setelahnya, pasukan Israel menembakkan gas air mata ke Stadion Internasional Faisal Al-Husseini di jalan Dahiat Al-Barid di Al-Ram, sebuah kota di Yerusalem Timur, masih belum membuat mata para pengusung pita hitam terbuka, untuk melihat fakta ini. Padahal beberapa pemain sepak bola Palestina dan puluhan suporter, termasuk anak-anak mengalami sesak napas, tersedak, lantaran menghirup gas tersebut.  (Middleeasteye.net, 4/4/2023). Terbukti sekularisme mampu  meluruhkan kasih sayang terhadap sesama muslim.

Pun bersikukuh pada pernyataan ‘Olah raga jangan  dicampur dengan politik,’ sungguh menunjukkan sikap yang lemah. Sebab pada faktanya, olah raga dan permainan telah dikapitalisasi dengan kemasan yang tampak indah dan memukau, bak panggung pertunjukan. Politik ala kapitalisme, memberi bumbu-bumbu entertainment, agar sepak bola semakin tampak mempesona. Maka berbahaya jika hal ini terus dibiarkan, sebab akan menggiring pemikiran umat pada sekularisasi.

Sebagaimana yang terjadi ketika pertandingan sepak bola menjadi ajang opini. Kumpulan banyak orang yang ada di satu tempat, membuatnya ideal untuk menyampaikan ide, baik itu ide yang benar, maupun yang keliru. Intervensi politik tak dapat dielakkan di sana. Sebagaimana dahulu Jerman mengampanyekan ide kebebasan yang dibawa kaum pelangi, atau Qatar yang mendakwahkan Islam. FIFA pun pernah melarang tim sepak bola Rusia, ketika Rusia menyerang Ukraina. Begitu pula halnya suporter dan pemain sepak bola Maroko pernah menunjukkan dukungannya terhadap Palestina, melalui kibaran bendera, yel-yel dan nyanyian.

Eksistensi Israel Bagian dari Politik Internasional

PBB akan memperingati Hari Nakba untuk pertama kalinya, pada 15 Mei mendatang. Nakba adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan penghancuran masyarakat dan tanah air Palestina, termasuk melalui eksodus massal warga Palestina, pada tahun 1948. Pada saat bersamaan, Nakba juga menandai pembentukan negara Israel di tanah Palestina.

“Tahun ini menandai peringatan 75 tahun pemindahan massal warga Palestina yang dikenal sebagai Nakba atau ‘Bencana’. Komite PBB untuk Pelaksanaan Hak Rakyat Palestina (CEIRPP) akan memperingati 75 tahun Nakba di Markas Besar PBB di New York,” demikian pernyataan PBB seperti dikutip dari situs resminya, Kamis (20/4/2023). (Liputan6.com, 20/4/2023)

Keberpihakan PBB terhadap Israel menunjukkan jati diri lembaga dunia ini, yang pro pada penjajah. Maka kaum muslim tidak mungkin berharap banyak terhadap mereka. Kita pun tak perlu  bermanis wajah, tatkala ‘solusi diplomasi’ tetap menjadi andalan PBB untuk menghentikan konflik Israel dengan Palestina. Sebab telah tampak terang benderang kebiadaban Israel terhadap warga Palestina selama ini. PBB tak bergeming, begitu pun negeri-negeri lainnya.

Serangkaian kekejian telah dipertontonkan, seperti tembakan militer Israel baru-baru ini, kepada seorang remaja Palestina 16 tahun, Mostafa Amer Sabah, hingga tewas, di dekat Betlehem, Tepi Barat, pada Jumat (29/4/2023). Mereka mengklaim penembakan itu sebagai respon atas aksi sejumlah warga Palestina yang melemparkan bebatuan ke arah tentaranya. Tercatat sedikitnya 100 warga Palestina tewas dalam konflik Israel-Palestina yang berlangsung sepanjang tahun ini. (AFP, 29/4/2023)

Israel akan terus menambah daftar panjang kebengisan mereka terhadap warga muslim Palestina. Maka kita pun tidak boleh menutup mata dengan membiarkan saudara seiman terluka dan terlunta-lunta kehilangan tanah, keluarga, bahkan nyawa. Pun tak layak bagi kita membuka tangan terhadap Israel, yang arogansinya masih tampak hingga saat ini. Bahkan seharusnya kaum muslim bersatu padu mengenyahkan berbagai bentuk penjajahan di muka bumi.

Islam Mengatur Urusan Politik dan Olah Raga.

Dalam Islam, politik adalah mengatur urusan rakyat baik di dalam negeri maupun di luar negeri (termasuk hubungan / kerjasama dengan negara lain) dengan syariat Islam termasuk olahraga. Islam memandang sepak bola termasuk bentuk olah raga dan permainan, yang hukumnya mubah, serta terikat dengan hukum syara‘. Dilakukan sa’atan-sa’atan, sesekali saja. Serta tidak memalingkan, apalagi sampai menghabiskan waktu ibadah. Olahraga untuk kesehatan semata, tanpa ada kapitalisasi di dalamnya.

Akan tetapi sekularisme telah mengemas sepak bola sehingga bernilai materi. Maka akan didapati adanya perjudian, minuman keras, bercampurnya pria dan wanita, hingga beragam bisnis haram dan perputaran uang yang banyak, di balik perhelatannya. Tak heran permainan yang satu ini akhirnya akan menghipnotis, melenakan dan melalaikan. Sehingga hal yang pokok seperti menjaga ukhuwah, menjadi terabaikan.

Maka kembali pada Islam adalah sebaik-baik perkara. Allah SWT telah menyampaikan bahwasanya,

“Kaum mukmin itu sesungguhnya bersaudara” (QS Al-Hujurat: 10)

Meskipun Israel banyak mendapat dukungan negara-negara besar, namun sikap kita sebagai muslim, jelas, yakni menolak bekerja sama dengan mereka. Baik pada partisipasi Israel dalam gelaran Piala Dunia U-20 2023 di Indonesia, maupun dalam urusan lainnya. Selama mereka menduduki tanah Palestina, dan memusuhi kaum muslim, maka mereka adalah musuh Islam.

Sejatinya tidak ada hubungan apapun dengan negara yangmemerangi Islam (muhariban fi’lan), kecuali perang. Haram hukumnya menjalin hubungan, baik diplomatik, maupun non-diplomatik. Berbagai bentuk kerja sama dengan mereka, hanya akan mencederai ukhuwah.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan musuh-Ku dan musuhmu sebagai teman-teman setia sehingga kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang. Padahal mereka telah ingkar kepada kebenaran yang disampaikan kepadamu. Mereka mengusir Rasul dan kamu sendiri karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad pada jalan-Ku dan mencari keridaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang, dan Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barang siapa di antara kamu yang melakukannya, maka sungguh, dia telah tersesat dari jalan yang lurus.”

(QS Al-Mumtahanah 60: Ayat 1)

Pemikiran sekuler telah memisahkan politik dari olah raga. Maka saatnya kembali kepada Islam sebagai solusi terbaik bagi permasalahan umat. Penerapan syariat Islam secafa kaffah, akan mengendalikan aktivitas warga, terrmasuk dalam pengaturan olah raga atau permainan. Allahumma ahyanaa bil Islam, Wallahu ‘alam bishshawab. [SM/Ln]