Mengenalkan dan Membiasakan Syariat Salat pada Anak

Oleh: Bunda Nurul Husna

Suaramubalighah.com, Muslimah dan Keluarga –        Bagi orang tua muslim, anak bukan semata penyejuk pandangan dan karunia dari Allah SWT Tapi lebih dari itu, anak adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan kepada Allah di akhirat nanti. Maka memiliki anak yang salih dan salihah, baik kepribadiannya, serta taat syariat adalah harapan utama bagi setiap keluarga muslim. Terlebih dalam kehidupan masyarakat sekuler saat ini, dimana atmosfer kehidupannya telah memberikan ruang yang luas bagi kebebasan dan perilaku kemaksiatan. Sehingga menjadi seorang muslim yang taat seolah menjadi tantangan tersendiri.

Maka sudah sepantasnya jika kondisi masyarakat sekuler ini menjadi alarm bagi setiap orang tua muslim, untuk segera mempersiapkan anak-anaknya menjadi muslim yang taat syariat di zaman yang penuh dengan kerusakan dan kemaksiatan. Meski tidak mudah, namun dengan dorongan iman pada Allah SWT, setiap orang tua muslim pasti akan menyempurnakan ikhtiarnya dalam mendidik anak-anak mereka, demi keselamatan mereka dunia dan akhirat. “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (QS At-Tahrim: 6)

Setiap orang tua muslim hendaknya berupaya serius mendidik dan mendampingi anak-anaknya untuk menjadi salih dan salihah, qurrota a’yun lil muttaqiina imaamaa. Anak yang ahli Qur’an, ahli ilmu, ahli ibadah, mulia akhlaknya, berbakti pada orang tuanya, baik kepribadiannya, selalu menegakkan salat dan membela agama Allah di sepanjang hidup mereka, bermental pemimpin, dan menjadi generasi tangguh yang siap membangun peradaban Islam serta memberi manfaat yang besar bagi sebanyak-banyaknya umat dan agama Allah. Intinya, menjadikan anak-anak shalih dan shalihah yang selalu siap taat syariat serta sabar dalam ketaatannya pada Allah SWT. Inilah gambaran anak salih yang didamba oleh setiap orang tua muslim.

Belum Taklif Syara

Sejatinya, taklif syara belum dibebankan pada anak-anak. Taklif syara hanya dibebankan bagi muslim dewasa yang sudah baligh. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Diangkat pena (taklif hukum) dari tiga golongan, orang tidur hingga bangun, anak-anak hingga baligh, dan orang gila hingga sadar.” (HR AlBaihaqi).

Hanya saja Islam memerintahkan setiap orang tua muslim untuk mengenalkan, melatih dan membiasakan anak beribadah dan taat syariat sejak dini. Agar saat anak-anak baligh, mereka telah paham hukum-hukum Islam, siap taat syariat sepenuh hati, tidak merasa terpaksa dalam melakukan ketaatan pada Allah SWT, dan bisa istikamah dalam ketaatan.

Sebagaimana yang diriwayatkan dari sahabat Ibnu Abbas ra yang berkata: Suatu hari aku membonceng Nabi saw. Beliau bersabda kepadaku, “Nak, sungguh aku akan mengajari kamu beberapa kalimat: Jagalah (syariat) Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah (syariat) Allah, niscaya engkau akan mendapatkan (perlindungan) Allah senantiasa di hadapanmu. Bila engkau meminta (sesuatu) maka mintalah kepada Allah. Bila engkau memohon pertolongan maka mohonlah pertolongan kepada Allah” (HR Ahmad dan At-Tirmidzi). Masya Allah. Betapa mendalam dan jelasnya pendidikan yang diberikan oleh Rasulullah saw. pada Ibnu Abbas ra. yang saat itu belum baligh.

Dalam riwayat yang lain, digambarkan pula bagaimana Rasulullah saw. mendidik cucu beliau Hasan bin Ali bin Abi Thalib ra. yang saat itu belum baligh. Rasulullah saw memberi teguran sekaligus nasihat pada Hasan saat cucunya itu mengambil sebiji kurma dari kurma shadaqah (zakat). Hasan mengambilnya dan memasukkan kurma itu ke dalam mulutnya (hendak memakannya), maka Nabi saw bersabda, “Kakh, Kakh” agar ia mencampakkannya. Lalu beliau saw. bersabda pada Hasan ra. “Tidakkah engkau sadar bahwa kita tidak (halal) memakan shadaqah?” (Muttafaqun ‘Alaih).

Luar biasa. Dari hadis ini tergambar jelas, bahwa Rasulullah tengah menerapkan prinsip pendidikan anak dalam Islam. Yaitu mengajarkan sejak dini kesadaran dan kebiasaan untuk tidak memakan makanan haram, menjauhi segala makanan yang tidak boleh dimakan, dan menjauhi segala perbuatan yang dilarang oleh syariat Islam.

Sedangkan tentang syariat salat, secara khusus Rasulullah saw. memberikan tuntunannya, sebagaimana yang diriwayatkan dalam hadisnya, “Perintahkanlah anak-anak kalian agar mendirikan shalat tatkala mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah (jika mereka enggan untuk shalat) tatkala mereka berumur sepuluh tahun, dan pisahkanlah mereka di tempat-tempat tidur mereka masing-masing” (HR Al Hakim dan Abu Dawud)

Mendidik dan Membiasakan Anak Sejak Dini

Karena anak-anak belum taklif syara‘, sesungguhnya mereka belum dikenakan beban kewajiban syara‘ termasuk syariat salat. Namun anak-anak perlu dilatih dan dididik sejak dini tentang syariat salat ini. Di antaranya dengan pembiasaan. Pembiasaan untuk taat dan membangun sikap rajin menjalankan kewajiban dengan sadar dan gembira.

Tentu saja pengenalan syariat salat ini membutuhkan persiapan serius. Misalnya dengan mengajarkan, menginformasikan, dan menceritakan tata cara salat. Dimulai dengan tatacara berwudhu, mengajarkan rukun-rukun salat, syarat wajib dan syarat sahnya salat, hal-hal yang wajib dan yang sunnah, hingga perkara-perkara yang membatalkan salat. Semua persiapan ini dapat disampaikan dengan teknik bercerita, menunjukkan gambar, atau video tentang salat, serta contoh langsung dari orang tua dan anggota keluarga lainnya. Anak-anak bisa langsung diajak menunaikan salat berjamaah, dengan membiarkan mereka melihat gerakan dan tata cara salat orang tuanya serta menirukannya semampu mereka.

Arahan, ajakan dan latihan ini harus diulang-ulang dan dilakukan terus-menerus hingga menjadi kebiasaan, meski mereka belum baligh. Dan tidak perlu orang tua marah jika anak belum benar gerakan salatnya atau belum bisa istikamah shalatnya. Terus saja memberi motivasi pada anak, dan memberinya pujian jika mau melaksanakan shalat. Hal ini dapat dilakukan pada anak sejak dini hingga menjelang usia 7 tahun sebagai pembiasaan.

Jika anak telah berusia 7 tahun, orangtua hendaknya mulai memerintahkan anak untuk salat. Dan bila anak enggan, orangtua hendaknya mulai memberikan peringatan, tapi cukup dengan lisan saja. Tapi jika anak telah berusia 10 tahun maka disyariatkan memukul anak bila mereka tidak mau salat. “Perintahkanlah anak-anak kalian agar mendirikan salat tatkala mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah (jika mereka enggan untuk salat) tatkala mereka berumur sepuluh tahun, dan pisahkanlah mereka di tempat-tempat tidur mereka masing-masing” (HR AlHakim dan Abu Dawud )

Namun pukulan yang diberikan adalah pukulan ta’dib (pendidikan), yaitu pukulan yang tidak menyakiti dan tidak membekas serta tidak mengenai tempat-tempat yang berbahaya seperti wajah. Semua langkah-langkah ini hendaknya dilakukan oleh para orang tua dengan landasan taat tunduk patuh pada syariat Allah SWT. Maka dalam penerapannya haruslah didasarkan pada pemahaman ilmu Islam dan seluruh ketentuan syariat Islam tentangnya.

Berikut ini adalah beberapa poin penting yang hendaknya diperhatikan oleh orang tua muslim dalam mengenalkan dan membiasakan syariat salat pada anak, yaitu:

Pertama, Menanamkan akidah Islam, mengenalkan Allah dan sifat-sifat Allah. Inilah perkara penting yang harus ditanamkan sejak awal pada anak. Dengan mengenalkan Allah dan sifat-sifat Allah, diharapkan anak memahami siapa Rabb yang menciptakannya, yang memberinya rezeki dan seluruh kenikmatan hidup, serta yang begitu sayang pada hamba-hamba-Nya. Sehingga anak dapat memahami bahwa setiap perkara yang disyariatkan-Nya, baik berupa perintah maupun larangan, termasuk salat dan ibadah lainnya, sejatinya adalah tanda kasih sayang Allah pada hamba-Nya, karena Allahlah yang mengetahui apa yang baik dan buruk bagi manusia.

Kedua, Menanamkan muroqoballah (merasa diawasi oleh Allah). Mengenalkan sifat-sifat Allah pada anak, akan menjadikan anak paham bahwa Allah SWT adalah Rabb-nya yang Maha Hebat, yang tidak pernah lelah dan tidak pernah tidur serta tidak pernah merasa berat merawat, menjaga dan melindungi semua makhluk ciptaan-Nya termasuk manusia. Maka anak pun akan memahami bahwa Allah adalah Zat yang Maha Mengawasi, Maha Mendengar dan Maha Melihat, serta Maha Teliti hisab-Nya. Keimanan yang benar pada Allah inilah yang akan menjadikan anak selalu merasa diawasi oleh Allah, sehingga menumbuhkan rasa takut untuk bermaksiat atau lalai dari penunaian berbagai ketaatan pada-Nya termasuk tentang salat dan ibadah lainnya.

Ketiga, Menanamkan kecintaan pada Rasulullah saw. Hal ini dapat dimulai dengan mengenalkan Rasul Muhammad saw. sebagai utusan Allah, dan sebagai teladan terbaik bagi seluruh mukmin. Rasulullah adalah yang membawa risalah Islam dengan seluruh syariat-Nya sebagai panduan hidup bagi mukmin, demi kebaikan dan keberkahan hidup mukmin dunia dan akhirat. Kecintaan yang besar pada Rasulullah akan dapat menumbuhkan kehendak untuk taat dan kesiapan untuk meneladani seluruh As-Sunnah Rasulullah, termasuk syariat tentang salat.

Keempat, Melatih kemampuan berpikir anak untuk berpikir benar tentang makna hidup. Membimbing anak dan melatihnya berpikir benar sesuai panduan syariat Islam, akan menjadikan anak memahami tentang hakikat hidupnya untuk ibadah dan menghamba pada Allah. Karena itu, anak akan terdorong untuk selalu menyempurnakan ketaatannya pada Allah dengan selalu menjalankan syariat-Nya, termasuk kewajiban salat. Berpikir benar tentang hakikat hidup, akan menjadikan anak bersikap benar dalam menjalani hidup dengan ketaatan, dan tidak akan membiarkan dirinya lalai dari tuntunan syariat Allah.

Kelima, Mengenalkan anak tentang syariat Islam termasuk adab dan akhlak. Menumbuhkan ketaatan pada syariah, harus diawali dengan pengenalan dan pembiasaan pada anak dalam menjalankan syariat-syariat Allah. Dan ini harus dimulai sejak dini bahkan sebelum anak baligh. Sehingga saat dewasa dan baligh, mereka siap untuk taat syariat termasuk syariat salat dan ibadah lainnya.

Keenam, Memberikan teladan nyata bagi anak, menjadi role model bagi mereka. Anak adalah peniru ulung. Dia akan merekam dan mengikuti apapun yang dilihatnya, terutama hal-hal yang dilakukan oleh orang tua dan keluarga dekatnya. Orang tua yang shalih salihah, taat dan selalu sabar dalam ketaatannya, istikamah dan semangat menjalankan ibadah serta seluruh syariat Allah, akan menjadi teladan terbaik bagi anak. Orang tua yang demikian benar-benar menjadi role model paling top bagi anak. Maka anak yang selalu menegakkan salat serta berbagai ketaatan lainnya pada Allah, umumnya tumbuh di keluarga yang taat, dan terdidik oleh orang tua yang sabar dalam ketaatannya pada seluruh syariat Allah.

Ketujuh, Menanamkan sikap jujur dan tanggung jawab pada anak. Penting untuk selalu menanamkan sikap jujur pada anak sejak dini. Memahamkan pada mereka bahwa anak salih dan salihah adalah anak yang jujur dan selalu taat pada Allah. Anak juga perlu dipahamkan bahwa berdusta adalah salah satu tanda orang munafik yang harus dijauhi oleh setiap mukmin. Dan ketika masuk usia tamyis, anak mulai ditumbuhkan kesadarannya untuk berani bertanggung jawab atas seluruh amalnya. Maka saat dia khilaf atau lalai, anak paham untuk segera bertaubat pada Allah dan bertekad untuk tidak mengulangi kelalaiannya tersebut.

Kedelapan, Mendahsyatkan doa pada Allah dan menitipkan anak pada perlindungan Allah yang Maha Kuat dan Maha Gagah Perkasa. Setiap ikhtiar dan upaya yang telah dilakukan orang tua muslim dalam menyiapkan anaknya untuk taat syariat serta selalu menegakkan salat, wajib diiringi dengan doa terbaik kepada Allah SWT. Setiap orang tua muslim hendaknya menyadari bahwa Allah satu-satunya Zat yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, termasuk yang dapat menjaga keistikamahan anak kita dalam ibadahnya. Dan hanya Allah juga yang dapat menguatkan kesabaran anak kita dalam taatnya. Karena Allah adalah sebaik-baik pelindung bagi anak-anak kita agar selalu dalam ketaatan pada seluruh syariat Allah.

Kesembilan, Memotifasi dan mengajak anak ikut berjuang demi tegaknya sistem Islam kaffah dan terwujudnya masyarakat Islam yang kondusif bagi segala ketaatan. Menyiapkan dan membiasakan anak taat syariat dan menegakkan salat dalam sistem sekuler seperti saat ini, mengharuskan keluarga-keluarga muslim berjuang ekstra. Karena sistem kehidupan masyarakat yang ada sangat tidak kondusif bagi tumbuhnya sikap ketaatan terhadap syariat. Bahkan sistem sekuler ini telah membuka ruang yang begitu luas bagi terjadinya kemaksiyatan dan sikap hidup liberal.

Maka mendidik dan menyiapkan diri, keluarga dan anak kita untuk selalu taat syariat,  membutuhkan sistem Islam yang benar-benar menopang terwujudnya ketaatan kolektif pada individu, keluarga, masyarakat dan negara pada syariat Islam secara kaffah. Dan untuk itu, butuh adanya aktivitas dakwah politik yang terarah dan istikamah, yang diemban oleh kaum muslimin dalam partai politik Islam sahih demi terwujudnya kehidupan Islam kaffah. Dalam hal ini, orang tua dapat mengajak anak dan keluarga untuk ikut berperan dalam perjuangan dakwah Islam demi terwujudnya masyarakat yang mulia dan berkah, yang selalu taat syariah secara kaffah. [SM/Ln]