Keluarga Benteng Terakhir bagi Anak Hadapi Lifestyle yang Merusak

Suaramubalighah.com, Tanya Jawab – Tanya:

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Ustazah izin bertanya: Keluarga adalah tempat pertama bagi setiap manusia mengenal dan memahami makna hidup. Keluarga pula yang merupakan tempat awal pembinaan generasi calon pemimpin. Tak salah pula jika dikatakan bahwa orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam kesuksesan keluarga. Bahwa kesuksesan keluarga membina generasi pemimpin berpengaruh pada pembentukan peradaban. Namun sayang di tengah era kehidupan masyarakat yang liberal saat ini, banyak dari kalangan remaja Islam yang hidup salah arah, tak terbentuk dalam dirinya Syaksiyah Islamiyah yang kokoh, hidupnya dihiasi dengan kehura-huraan, mengikuti tren yang sedang viral di media sosial, hingga terjerumus dalam pergaulan bebas, kehidupan malam, narkoba, minumas keras, dsb. Bahkan sampai pada tindakan kriminal seperti merampok atau membunuh. Apa akar masalahnya sehingga hal tersebut bisa terjadi? Siapa yang paling bertangungjawab? Apa yang bisa dilakukan hari ini oleh orang tua dan masyarakat? Bagaimana Sistem Islam mampu mencetak generasi pembangun peradaban ?

(Ibu Fauzati dari Lamongan Jawa Timur)

Jawab:

Wa’alaikumusalam warahmatullahi wabarakatuh

Ibu, Fauzati di Lamongan yang dirahmati Allah SWT, kami akan menjawab pertanyaan ibu satu persatu sebagai berikut:

Apa akar masalah terjadinya kerusakan remaja saat ini?

Meski masih ada remaja-remaja yang baik, berprestasi, dan taat pada agama, namun tak dapat dipungkiri  bahwa fenomena yang terjadi saat ini, banyak remaja yang salah arah dalam hidupnya, masa bodoh terhadap agamanya,  tak terbentuk dalam dirinya Syaksiyah Islamiyah yang kokoh, hidupnya dihiasi dengan hura-hura, mengikuti tren yang sedang viral di media sosial,  terjerat narkoba, pergaulan bebas, LGBT, miras, hingga terlibat dalam kasus-kasus kriminal dsb. Sebenarnya kondisi demikian itu tidak berdiri sendiri, saling terkait antara keluarga, masyarakat dan negara. Namun intinya akibat diadopsi dan diterapkannya ideologi kapitalisme-sekularisme-liberal, sehingga agama Islam hanya dipahami masalah ibadah mahdhoh saja,  tidak lebih.

Dari sisi keluarga, banyaknya keluarga-keluarga muslim yang rapuh dan minim pemahaman agamanya, keteladanan, pembiasaan untuk terikat pada hukum Allah. Orang tua sibuk sendiri dengan kerja dan masalahnya, yang terpenting kebutuhan fisik anak-anak tercukupi. Akhirnya anak-anak diasuh dan dididik oleh media sosial yang ditontonnya setiap hari, dan dibimbing oleh lingkungannya yang individualis. Ketika anak-anak enggan atau bahkan menolak  terikat dengan hukum syariat semisal berjilbab bagi remaja putri, atau seperti tidak salat, berpacaran, mengikut gaya hidup yang hedonis, dsb, orang tua membiarkannya. Karena banyak orang tua yang tidak memahami tugas dan kewajibannya, selain mencukupi kebutuhan fisik, bahkan standar kebahagiaannya pun berdasar teraih atau tidaknya kebutuhan materi.  Padahal menurut Islam, orang tua juga berkewajiban mendidik anak-anaknya agar memiliki kerkepribadian Islam yakni pola sikap dan pola pikir berdasarkan Islam. Ketika anak-anak tidak kokoh kepribadian Islamnya maka sangat mudah   pemikiran di luar Islam masuk dalam benaknya, seperti sekularisme atau liberalisme,  terlebih pemikiran-pemikiran tersebut disokong dan didukung oleh masyarakat dan negara melalui regulasinya.

Siapa yang bertanggung jawab ?

Bicara soal siapa yang bertanggung jawab atas terkontaminasinya pemikiran dan gaya hidup remaja kita saat ini, maka tidak bisa hanya dibebankan kepada salah satu pihak saja. Karena ketiga institusi yakni keluarga, masyarakat dan negara memiliki peran dan tanggung jawab masing-masing. Bicara tentang anak-anak, juga bicara tentang generasi masa depan, generasi penerus Islam, generasi pembentuk dan menentu peradaban. Hanya saja di tengah arus sekularisme-liberalisme saat ini, bukan perkara mudah bagi keluarga-keluarga muslim untuk mendidik dan membina putra-putrinya menjadi remaja Islam yang berkepribadian Islam yang tangguh. Namun bukan berarti tidak bisa. Harus ada upaya lebih. Kerena mengharap dan menyerahkan pembentukan Syakhsiyah Islam pada sistem ada, tentu jauh panggang dari api. Karena kita mengetahui sendiri sistem yang ada bertumpu pada sekularisme liberal.

Bagimana sistem Islam mampu mencetak generasi pembangun peradaban ?

Islam adalah agama yang sempurna, mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Juga bagaimana keberlangsungan manusia menjalani  kehidupannya di dunia dengan mendapatkan keberkahan dan keridaan dari Allah Ta’ala Sang Pencipta. Berikut ini sistem Islam mewujudkan generasi pembangun peradaban.

Pertama, membangun ketakwaan keluarga. Akidah Islam sebagai landasan yang menentukan visi dan misi setiap anggota keluarga dalam mengarungi kehidupan. Allah berfirman dalam QS Al-Anfal [8]: 20

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَوَلَّوْا عَنْهُ وَأَنْتُمْ تَسْمَعُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling dari pada-Nya, sedang kamu mendengar (perintah-perintah-Nya)”.

Ketakwaan yang dimiliki setiap anggota keluarga,  melahirkan sikap tunduk dan patuh pada segenap aturan dari Allah SWT. Setiap masalah yang muncul pada keluarga maka syariat Islam sebagai solusi, halal haram sebagai standar berbuatnya, bukan hawa nafsunya. Keluarga yang memiliki akidah yang kuat akan terdorong turut serta dalam perbaikan di tengah-tengah masyarakat. Bukan membebek pada tren yang merusak. Keluarga yang kuat akidahnya akan tetap istikamah dan berpegang teguh pada ajaran Islam. Allah berfirman dalam QS Hud [11]: 112

فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا ۚ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

“ Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”.

Kedua, masyarakat terlibat juga dalam membangun generasi yang unggul lagi bertakwa, karena masyarakat juga bertanggung jawab untuk melakukan amar makruf nahi munkar, baik kepada penguasa juga di tengah-tengah masyarakat. Ketika masyarakat peduli dan turut bertanggung jawab terhadap proses pengokohan keluarga, maka akan mudah bagi keluarga untuk mengokohkan keimanannya. Suatu contoh jika dalam lingkungan masyarakat, tersuasana thalabul ilmi , anak-anak dan remaja terbiasa mengaji di TPQ, membentuk kelompok-kelompok kecil pengajian, diskusi, meramaikan masjid, dsb, maka akan mempermudah untuk menguatkan prinsip-pronsip keimanan yang dibangun dikeluarga. Allah berfirman dalam QS At-Taubah [10]: 71

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚ أُولَٰئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan salat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.

Ketiga, pemberlakuan Islam kaffah, yakni diterapkan sistem Islam dalam seluruh aspek kehidupan dalam berkelurga , bernegara dan bermasyarakat. Hukum Islam diberlakukan dalam semua bidang, baik bidang politik, ekonomi, sosial, Pendidikan, kesehatan, keamanan dan lainnya. Karena satu dengan yang lain saling terkait.  Satu misal, keluarga telah berusaha untuk mendidik anak-anaknya dengan pendidikan dan pembiasaan yang sesuai dengan Islam, di lingkungannya pun diusahakan lingkungan yang baik dan mendukung, namun jika regulasi dan kurikulum Pendidikan di sekolahnya sekuarisme, maka akan menyulitkan keluarga dalam mengokohkan akidah dan pembiasaan taat syariah pada anak-anaknya.

Allah SWT memerintahkan kepada kaum muslimin agar berhukum dengan Islam, dan mencela orang-orang yang menggunakan hukum jahiliyah . Allah SWT berfirman dalam QS Al-Maidah : 49-50

وَأَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ أَنْ يَفْتِنُوكَ عَنْ بَعْضِ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَاعْلَمْ أَنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُصِيبَهُمْ بِبَعْضِ ذُنُوبِهِمْ ۗ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ لَفَاسِقُونَ

“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.”

أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ ۚ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ

“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?”

Apa yang bisa dilakukan hari ini oleh orang tua dan masyarakat ?

Langkah yang harus dilakukan oleh orang tua termasuk semua anggota keluarga saat ini adalah menjadikan akidah Islam sebagai landasan dalam membangun keluarga, halal haram sebagai ukuran perbuatannya. Sehingga terbentuk kepribadian Islamiyah yang kokoh, yang tak mudah terombang-ambing oleh sikap hidup yang bertentangan dengan Islam.  Selanjutnya seluruh keluarga sebagai bagian dari masyarakat  berperan serta sebagai pelaku perubahan di tengah masyarakat, turut berjuang dengan pemikiran untuk tegaknya kembali kehidupan Islam di muka bumi. Menghidupkan amar makruf di tengah-tengah masyarakat.

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

Artinya: “ Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal kasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam.” (HR Muslim). Waallahu’alam. [SM/Ln]