Oleh : Betti Salimah
Suaramubalighah.com, Opini – Melalui program majelis taklim, Kementerian Agama Kota Cirebon menggandeng Fatayat NU Kota Cirebon mengadakan Sekolah Daiyah Moderasi Beragama. Ada 50 peserta yang terdiri dari kader Fatayat, IPPNU, dan masyarakat umum berusia muda, dengan tujuan menjadikan mereka sebagai generasi penerus daiyah dalam menyebarkan moderasi beragama dengan gaya milenial. Kegiatan ini dinilai inovatif dan inspiratif untuk mencetak kader muda yang akan menjadi pelopor kebangkitan moderasi beragama untuk menangkal radikalisme.
Sekolah daiyah moderasi merupakan bagian dari proyek moderasi beragama yang menyasar pemuda. Dimana sebelumnya moderasi beragama sangat massif diaruskan melalui dunia pendidikan, mulai jenjang PAUD hingga perguruan tinggi, pesantren, serta media. Karena begitu besarnya potensi yang dimiliki oleh pemuda, maka siapa saja yang menginginkan perubahan pasti akan berfokus pada mereka. Itulah mengapa sekolah daiyah moderasi beragama menjadikan pemuda sebagai obyek sekaligus subyek. Dengan pembahasaan dan gaya milenial, ide moderasi beragama dapat dengan mudah diterima pemuda, tanpa mereka sadari bahayanya bagi akidah dan pemikiran.
Problem Pemuda : Akibat Radikalisme atau Sekularisme?
Ketua Fatayat NU Kota Cirebon menyatakan bahwa diadakannya sekolah daiyah moderasi adalah untuk menghadapi tantangan radikalisme. Namun sebenarnya narasi radikalisme hanyalah tuduhan mengada-ada yang justru sangat bertentangan dengan fakta.Karena problem pemuda hari ini sama sekali bukanlah radikalisme, melainkan kerusakan akibat penerapan sekularisme. Berbagai kerusakan semakin lekat dengan pemuda hari ini: perilaku hedonistik, tindak kekerasan, seks bebas, aborsi, kejahatan dan penyimpangan seksual, pornografi-pornoaksi, prostitusi, miras, narkoba, perundungan, kriminalitas, bunuh diri, penistaan agama dan sejenisnya.
Sementara itu, berdasarkan hasil survei dari Good News from Indonesia (GNFI) bersama Lembaga survei Kelompok Kajian dan Diskusi Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI) pada 7-22 Juli 2022, 10 permasalahan utama di Indonesia menurut perspektif pemuda (Gen Z (17-24 tahun) dan Gen Y (25-40 tahun) di 11 kota besar di Indonesia adalah: korupsi, harga kebutuhan pokok, krisis ekonomi, pengangguran, kebijakan pemerintah, penegakan hukum tak adil, kemiskinan, krisis moralitas, kualitas pendidikan dan intoleransi. Sebanyak 19,8% responden menyatakan bahwa korupsi menjadi masalah utama yang harus diselesaikan di Indonesia. Tingginya praktik korupsi di Indonesia juga membuat generasi muda pesimis pada sektor politik dan hukum dibandingkan sektor lainnya. Selanjutnya, sebanyak 14,1% responden menyatakan harga kebutuhan pokok yang naik, dan 11,6% responden menyatakan krisis ekonomi yang stabil menjadi permasalahan utama Indonesia. Permasalahan lainnya menurut generasi muda adalah pengangguran, kebijakan pemerintah tidak pro rakyat, penegakan hukum yang tidak adil, hingga kemiskinan.
Dari fakta permasalahan yang terjadi di kalangan pemuda ataupun permasalahan negara dalam perspektif pemuda, sangat jelas bahwa pangkal permasalahannya sama sekali bukanlah radikalisme, melainkan sekularisme. Akibat sekularisme; semua pihak baik individu, masyarakat, serta negara dapat berbuat apa saja sekehendak hawa nafsunya. Aturan, kebijakan, dan hukum diserahkan pada keputusan akal manusia yang lemah, terbatas, penuh kepentingan dan kecenderungan. Manusia hanya menjadi hamba Allah dalam salat dan ibadah ritual lain, namun dalam urusan kehidupan, justru menjadi hamba bagi hawa nafsu. Sementara aturan Allah dipinggirkan bahkan ditendang. Islam yang berlaku adalah Islam yang telah dikebiri sekadar urusan ibadah, akhlak, dan aturan yang bersifat individual. Sementara syariat Islam yang mengatur negara dan masyarakat justru dianggap berbahaya dan distigma radikal. Maka tak heran jika kerusakan melanda semua pihak (individu, masyarakat dan negara) secara merata di berbagai aspek kehidupan. Cukuplah ayat ini menjadi renungan, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
اَفَحُكْمَ الْجَـاهِلِيَّةِ يَـبْغُوْنَ ۗ وَمَنْ اَحْسَنُ مِنَ اللّٰهِ حُكْمًا لِّـقَوْمٍ يُّوْقِنُوْنَ
Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin? (QS Al-Maidah: 50)
Moderasi Beragama Memperparah Keadaan
Di tengah kondisi pemuda dan negara yang sangat problematik ini, justru diaruskan proyek moderasi beragama. Atas nama moderasi, ajaran Islam dipaksa tunduk pada nilai-nilai Barat yang sekuler, seperti HAM, inklusivisme, kesetaraan, pluralisme, toleransi, dan sejenisnya. Narasi radikalisme selalu menjadi alasan utama. Seakan-akan radikalisme adalah akar dari seluruh problem pemuda dan negara, sehingga solusinya adalah dengan memoderasi ajaran Islam.
Namun, manusia yang berakal tentu akan bertanya, “Apakah berbagai problem yang saat ini menjerat pemuda dan negara adalah akibat berpegang teguhnya mereka pada Islam? Apakah seks bebas, pornografi-pornoaksi, prostitusi dan penyimpangan seksual adalah bagian dari ajaran Islam? Apakah perundungan, kekerasan dan kriminalitas merupakan bagian dari pengamalan syariah Islam? Apakah miras, narkoba, judi, dan hedonisme adalah wujud militansi terhadap risalah Islam? Apakah korupsi, krisis ekonomi, kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan hukum adalah buah dari penerapan syariah Islam kaffah oleh negara? Tentu jawaban dari seluruh pertanyaan tadi adalah “tidak”. Sebaliknya, problem tadi adalah akibat jauhnya mereka dari pemahaman dan pengamalan ajaran Islam, sebagai buah dari penerapan sistem sekuler.
Sementara, Islam sebagai ideologi yang senantiasa dituduh radikal, justru memiliki aturan rinci dan komprehensif yang mampu menyelesaikan problem pemuda dan negara secara tuntas. Semua aturan tersebut berasal dari Allah Sang Maha Pencipta dan Maha Sempurna. Aturan Islam menjamin kebaikan dan keberkahan bagi kehidupan manusia sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰۤى اٰمَنُوْا وَا تَّقَوْا لَـفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَا لْاَ رْضِ وَلٰـكِنْ كَذَّبُوْا فَاَ خَذْنٰهُمْ بِمَا كَا نُوْا يَكْسِبُوْنَ
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.”
(QS Al-A’raf 7: Ayat 96)
Termasuk juga menjaga fitrah pemuda sebagai hamba Allah dan khalifah fil ardhi. Dan buahnya adalah umat terbaik bagaikan bintang yang bertaburan di sepanjang peradaban Islam, dari generasi ke generasi. Mereka adalah para problem solver, bukannya trouble maker layaknya pemuda hari ini.
Skenario Global
Apa yang terjadi hari ini sejatinya bukan hal yang alami. Namun merupakan buah dari makar musuh-musuh Islam yang senantiasa berupaya melemahkan umat Islam dan menghalangi kebangkitan peradabannya. Tujuannya adalah untuk melanggengkan penjajahan kapitalisme atas dunia, khususnya di negeri-negeri muslim.
Moderasi beragama yang digagas oleh RAND Corporation, adalah bagian dari rekayasa global tersebut. Proyek ini merupakan kelanjutan dari proyek war on terrorism yang sejatinya merupakan perang melawan ideologi Islam dan para pengembannya. Melalui proyek ini, mindset umat Islam diubah agar tidak lagi berpandangan buruk terhadap Barat beserta nilai-nilainya. Lalu pada saat yang sama mereka kehilangan kepercayaan diri sebagai muslim yang selalu terikat pada agamanya dan siap memimpin dunia. Itulah kenapa, hari ini banyak pemuda muslim yang bangga dengan identitas muslim moderat dan inklusif. Mereka rela berkompromi dengan kekufuran dan kebatilan, bahkan menjadi pelakunya. Namun pada saat yang sama, sangat anti terhadap ajaran Islam kaffah dan pengembannya.
Mereka menyebut Islam yang dimoderasi sebagai Islam ramah, inklusif, dan berkemajuan. Sementara Islam kaffah distigma sebagai Islam marah, eksklusif, dan terbelakang. Oleh karenanya, alih-alih menjadi solusi bagi problem pemuda, proyek moderasi Islam justru menjadi pengukuh kerusakan dan penjajahan.
Pemuda Butuh Sistem Islam, Bukan Moderasi Beragama
Sistemiknya problem pemuda tentu membutuhkan solusi sistemik pula. Yakni dengan menerapkan kembali sistem Islam, bukan malah mengaruskan moderasi beragama. Sistem Islam tegak di atas paradigma sahih, yakni paradigma iman. Aturan-aturan yang lahir darinya sesuai dengan fitrah dan tujuan penciptaan manusia. Yakni sebagai hamba Allah sekaligus khalifah fil ardhi.
Selama belasan abad sistem Islam pernah tegak dan berhasil mengantarkan umat Islam menjadi khairu ummah. Peradaban Islam diakui sebagai peradaban cemerlang yang menerangi dunia, bahkan membantu Barat keluar dari abad kegelapannya. Dari peradaban agung itu, lahir generasi berkepribadian Islam tangguh yang berkontribusi besar dalam urusan umat dan jasanya diakui hingga sekarang.
Dakwah Islam Kaffah Menyelamatkan Pemuda
Penerapan sekularisme benar-benar merusak dan menghancurkan pemuda. Nahasnya, ibarat seorang pasien yang sedang kritis, negara bukannya memberikan obat yang menyembuhkan. Namun mengikuti arahan kafir penjajah dengan menyuntikkan racun mematikan berupa moderasi beragama, termasuk melalui program sekolah daiyah moderasi. Program ini tentu sangat berbahaya karena akan mempercepat penyebaran ide sesat moderasi di kalangan pemuda. Program ini tidak akan pernah menjadi solusi bagi problem pemuda hari ini. Namun justru akan semakin memperparah kerusakannya, karena semakin menjauhkan pemuda dari solusi yang sesungguhnya, yaitu ajaran Islam kaffah. Karena itu, program ini harus dibongkar agar umat menyadari bahayanya.
Berikutnya, pemuda muslim harus diselamatkan. Mereka harus dibina dengan pemahaman Islam kaffah serta menjadi dai Islam kaffah, bukan dai moderasi beragama. Karena pemuda muslim merupakan bagian dari umat yang wajib untuk berislam kaffah, termasuk kewajiban mengemban dakwah Islam, bukan dakwah moderasi beragama yang merupakan agenda kafir penjajah. Dengan itu ajaran Islam kaffah akan tersebar cepat di kalangan pemuda muslim. Hal ini sebagaimana pembinaan Rasulullah saw. terhadap para sahabat dan menjadikan mereka kader dakwah. Sehingga melalui dakwah seorang pemuda bernama Mush’ab bin Umair, turunlah nashrullah di Madinah.
Nashrullah yang dijanjikan, berupa kembalinya Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah in syaa Allah akan turun dalam waktu dekat jika umat Islam, termasuk kalangan pemuda bersungguh-sungguh melayakkan diri untuk mendapatkannya. Tentu melalui dakwah Islam ideologis sebagaimana Rasulullah saw. dan para sahabat, untuk memenuhi apa yang disyaratkan oleh Allah SWT,
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa. (QS An-Nuur: 55)
Wallahu a’lam bishshawab. [SM/Ln]