Sekolah Orang Tua Hebat, Mampukah Melahirkan Generasi Hebat?

Oleh: Diana Wijayanti

Suaramubalighah.com, Muslimah dan Keluarga – Sekolah merupakan wadah untuk mendidik dan mencerdaskan generasi. Ketika sudah menikah dan menjadi orang tua jarang ditemui sekolah untuk orang tua. Hingga muncul fenomena kerusakan generasi yang semakin memrihatinkan maka muncul ide pembukaan sekolah orang tua hebat.

Sekolah Orang Tua Hebat, atau biasa disebut dengan SOTH, adalah sekolah pengasuhan yang digagas oleh Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Timur Jawa Timur. Sekolah ini merupakan terobosan untuk dapat meningkatkan kemampuan orangtua dalam mengasuh anak, terutama anak BALITA.

Lulusannya diharapkan mampu meminimalisir persoalan yang menimpa generasi. Bahkan diharapkan mampu mewujudkan generasi hebat. Akankah program sekolah orang tua hebat ini berhasil? Adanya sekolah orang tua hebat, tentu harus diapresiasi. Karena telah ada upaya untuk menyelesaikan persoalan generasi yang makin mengkhawatirkan. Yang patut diperhatikan adalah jangan sampai program sekolah orang tua hebat hanya bersifat gebyar  sesaat tanpa memberikan pengaruh yang berarti untuk mewujudkan generasi hebat. Yang lebih menyedihkan lagi jika program ini untuk menghabiskan anggaran semata.

Mewujudkan Generasi Hebat

Generasi hebat adalah generasi yang mampu berpengaruh bagi kebaikan di dunia baik secara pribadi, masyarakat dan negara serta kebaikan di akhirat. Guna menghasilkan generasi yang hebat dibutuhkan orang tua yang bervisi besar didukung lingkungan dan negara secara penuh.

Kesadaran orang tua atas anak sebagai amanah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala mendorong orang tua bersemangat mendidik anak menjadi anak yang shalih dan shaliha. Tak hanya di rumah, lingkungan yang kondusif penuh ketakwaan juga sangat diperlukan dalam mendidik anak. Ketika di sekolah, anak-anak juga harus didik menjadi anak yang bertakwa. Tentu dibutuhkan peran besar negara dalam mewujudkan cita-cita besar mencetak generasi hebat.

Sebab, negaralah yang telah mendapat amanah untuk mengurus rakyat, melayani seluruh kebutuhannya dan menjaga dari berbagai hal yang mengancam keberlangsungan kehidupan termasuk dalam mewujudkan generasi hebat. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.:

«الإِمَامُ رَاعٍ وَهُوَ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ».

“Imam atau Khalifah itu laksana penggembala, dan hanya dialah yang bertanggungjawab terhadap gembalaannya. [HR Bukhari dan Muslim]

Negara ini harus berpijak kepada asas Islam dan menerapkan Islam secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan. Penerapan Islam secara kaffah ini pertama kali diterapkan di masa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ketika hijrah ke Madinah. Generasi yang telah didik dengan Islam menjadi generasi hebat dan cemerlang mampu memimpin peradaban dunia yang mulia. “Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur” betul-betul terwujud.

Kekuasaan peradaban Islam membentang dua per tiga dunia, selama lebih dari 13 abad lamanya. Indonesia yang dulu dikenal dengan sebutan nusantara menjadi salah satu wilayah kekuasaan Khilafah Islam. Setelah satu abad lamanya negara Islam atau kekhilafahan Islam itu runtuh, umat terpuruk seperti anak ayam kehilangan induknya. Generasi hebat sang penakhluk itu sirna digantikan dengan fakta buruk generasi. Generasi yang rusak, seks bebas, tawuran, L63T, terjerat narkoba, menjalankan rapuh hingga mudah mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.

Sungguh miris, generasi muslim jauh dari nilai-nilai Islam. Mereka dirusak secara sistematis dengan penerapan ideologi kapitalisme sekuler yang menjauhkan agama dari kehidupan. Akhirnya generasi hebat tinggal kenangan. Hingga akhirnya muncul kesadaran sebagian kaum muslimin untuk menyelamatkan generasi. Tidak mudah memang namun gerakan kebangkitan ini terus membesar. Melawan arus kerusakan generasi baik secara pribadi maupun masyarakat dan negara.

Generasi hebat ini lahir dari landasan yang kuat yaitu akidah atau keimanan. Laa ilaha illa Allah yang artinya tidak ada Tuhan atau sesembahan kecuali Allah. Landasan inilah yang menunjukkan jalan hidup yang penuh ketaatan dan keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pijakan ini tidak boleh berhenti pada tataran individu namun juga negara. Negara harus berlandaskan Islam bukan sekularisme. Sehingga aturan, perundang-undangan, dan kebijakan yang dikeluarkan sesuai dengan hukum-hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Oleh karena untuk mewujudkan generasi hebat  harus kembali kepada pangkuan Islam bukan hanya mengambil konsepnya namun betul-betul menerapkan seluruh syariah Islam secara kaffah dalam naungan Khilafah Islamiyyah. Karena memang telah terbukti mampu melahirkan generasi hebat.

Para Khulafaur Rasyidin, yang telah sukses memimpin peradaban dunia hingga mampu menakhlukkan kekuasaan persia dan sebagian Romawi, dilanjutkan khalifah Umar bin Abdul Aziz yang mampu membuat negara makmur sejahtera hingga tidak ada satu warga pun yang layak menerima zakat, hingga lahir Muhammad Al-Fatih yang berhasil menakhlukkan Konstantinopel di usia yang belum genap 21 tahun.

Kesuksesan para pendahulu Islam meraih kemuliaan dan memimpin peradaban yang cemerlang merupakan teladan yang tak terbantahkan dalam membina generasi Hebat. Generasi yang tidak cukup berprestasi secara individu namun juga membawa masyarakat dan negara menuju kejayaan. Tak hanya meraih kebahagiaan di dunia namun juga keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala di akhirat. Dari sini jelas bahwa sekolah orang tua hebat saja tidak mampu mewujudkan generasi hebat, jika tidak didukung penuh oleh negara dengan penerapan syariat Islam secara kaffah. [SM/Ln]