Oleh: Bunda Nurul Husna
SuaraMubalighah.com, Opini – Dalam sebuah pertemuan dengan ratusan kiai pesantren dan pimpinan lembaga pendidikan Islam, Wakil Kapolri 2016-2018 yang kini menjadi Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI), Komjen Pol (Pur) Syafruddin Kambo mewanti-wanti tahun 2045. Saat itu Indonesia akan mencapai usia 100 tahun, seabad kemerdekaannya. Seiring dengan usia negeri ini yang menua, komposisi penduduk Indonesia akan mencapai keunikannya. Pada 2045, diperkirakan 70% lebih penduduk Indonesia berusia produktif mulai 14-64 tahun. Menurutnya, 2045 diprediksi menjadi waktu kematangan usia bangsa ini. Indonesia akan mencapai keemasannya, kejayaannya dan keharumannya. Maka untuk mencapai masa itu, sedini mungkin Indonesia harus mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang tangguh. Karena SDM dianggap sebagai elemen paling strategis, jauh lebih berharga dibandingkan sumber daya alam dan intan permata. Hal ini dengan menengok sejarah kejayaan Islam pada masa lalu karena SDM unggul itu dibangun dengan keimanan dan ketakwaan. (Republika.co.id)
Dalam artikel tersebut dijelaskan pula bahwa dahulu SDM umat Islam serius mendalami ilmu agama. Mereka mengkaji tafsir Al-Qur’an dan hadis secara mendalam, dan menjadi acuan atau alat filter dalam membedah berbagai tradisi di luar Islam. Belajar dari hal itu, umat Islam diharapkan dapat melakukan kerja kreatif keilmuan. Khususnya kaum santri yang dikenal sebagai komunitas yang lebih dalam memahami dan mengamalkan keislaman, yang merupakan representasi ulama masa lalu yang dikenal kreatif. Mereka mampu menggabungkan ilmu dan melakukan kerja ilmiah yang menghasilkan temuan-temuan bermanfaat bagi manusia. Santri dikenal sebagai komunitas strategis yang mempengaruhi keberlangsungan bangsa Indonesia sejak ratusan tahun lalu. Pesantren dan para santrilah yang menanamkan jiwa anti penjajahan, jiwa cinta ilmu, dan membangun peradaban bermartabat. Berbekal itu semua, kaum santri diharapkan mampu menghadapi 2045 dengan kerja kreatif. Indonesia dapat menjadi bangsa yang berilmu tinggi, menghadirkan jutaan inovasi dengan tetap memegang keluhuran tradisi. Dengan begitu, Indonesia akan mencapai keemasannya pada 2045.
Terkait hal ini, perlu kita dalami bersama tentang berbagai hal terkait dengan era Indonesia emas 2045. Apa saja yang seharusnya disiapkan untuk masa Indonesia emas itu? Benarkah penyiapan SDM adalah poin terpenting dalam menyambut 2045? Dan bagaimana negara menyiapkan generasi dan bangsanya menyongsong masa keemasannya, kejayaannya dan keharumannya? Mari kita telaah bersama.
Membaca Potret Generasi
Penting bagi bangsa ini untuk memperhatikan karakter Generasi Y dan Generasi Z yang akan menjadi tumpuan utama dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 nanti. Karena sesungguhnya, mereka adalah generasi berkarakter unik. Mereka lahir di era digitalisasi dan teknologi tinggi, sehingga arus informasi sangat cepat dan terbuka, dunia bagai dalam genggaman. Informasi tentang apa pun dapat diakses kapan dan dimana saja oleh semua orang. Seolah dunia mengglobal tanpa batas dan sekat.
Karena yang tengah eksis saat ini adalah peradaban kapitalistik sekuler liberal yang ditopang oleh sistem demokrasi, menjadikan dunia dikepung oleh gaya hidup bercorak sekuler liberal. Digitalisasi dan kecanggihan teknologi yang dikendalikan oleh sistem kapitalisme sekuler, telah menciptakan pola hidup serba instan, cenderung konsumtif, serba bebas dan permisif, tapi juga kreatif dan inovatif dengan kadar yang berbeda-beda. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kian pesat hingga batas kecepatan yang tak terprediksi lagi. Eksistensi dan kualitas manusia terus berpacu dengan kepintaran robot dan produk teknologi Artificial Intelligence (AI).
Di sisi lain, dunia terus diwarnai oleh persaingan politik antar negara besar, serta performa ekonomi internasional yang kian berat dan ketat persaingannya. Negara-negara besar penjajah terus berkompetisi menaikkan pengaruh politiknya, dan berebut sumber daya alam serta pasar ekonomi dunia. Sementara negara dunia ketiga yang tak bervisi ideologis, rentan dijadikan obyek penjajahan terselubung atas nama kerja sama, hutang luar negeri atau investasi. Kondisi dunia yang penuh persaingan seperti ini menuntut hadirnya negara yang bervisi kuat. Negara yang peduli pada pembentukan generasi tangguh serta memberikan perlindungan utuh padanya dari setiap hal yang dapat melemahkan dan merusak kualitas mereka. Sehingga bangsanya dapat terus eksis, berpengaruh, dan mampu mewujudkan visi besarnya.
Dan jika kita menelaah kondisi Indonesia sekarang, bangsa ini masih punya pekerjaan rumah terkait kualitas generasinya, serta kesiapan mereka untuk menghadapi Indonesia Emas 2045. Penerapan sistem aturan hidup yang sekuler liberal kapitalistik, dan absennya negara dari tugasnya sebagai penanggung jawab utama dalam memenuhi seluruh kebutuhan pokok hidup rakyatnya, adalah dua hal mendasar yang menjadi sebab buramnya potret generasi negeri ini, dan masih menyisakan PR besar untuk menaikkan kapasitas negara agar siap menyongsong era Indonesia Emas 2045.
Secara sosial, potret buram generasi tampak dari maraknya krisis adab dan moral, pergaulan bebas hingga aborsi, lifestyle yang liberal dan permisif, merebaknya mental illness, dan tingginya kriminalitas para pemuda dan remaja bahkan kejahatan yang berbasis teknologi. Padahal bangsa ini mayoritasnya muslim. Tapi warna kehidupan masyarakat dan generasinya bebas dan jauh dari standar halal haram. Inilah corak kehidupan masyarakat yang khas ala sekuler liberal.
Sementara dalam bidang pendidikan, kebijakan pendidikan negeri ini sangat kapitalistik. Hal ini tampak dari dominannya pembahasan pendidikan vokasional, pembentukan soft skill dan hard skill, link and match dengan kebutuhan industri dan pasar tenaga kerja. Namun miskin penanaman adab, moral dan akhlak, apalagi identitas ideologi yang menjadi way of life generasi. Kalaupun ada pembahasan agama, itu hanya sebatas ritual semata, yang tidak memiliki pengaruh (atsar) nyata pada pembentukan karakter generasi muslim yang tangguh serta kemampuannya sebagai problem solver dan agent of change dari sebuah bangsa yang besar dan berpengaruh.
Keberhasilan pendidikan hanya diukur dari banyaknya jumlah output pendidikan yang terserap di dunia kerja. Dan mirisnya, dunia kerja yang dimaksud adalah bidang-bidang pekerjaan yang disediakan oleh perusahaan-perusahaan asing, yang pintu masuknya telah dibuka lebar-lebar oleh negara atas nama investasi dan demi menambah lapangan kerja, bahkan dilegalkan oleh undang-undang. Parahnya, bidang pekerjaan tersebut mayoritasnya hanya pada level teknis saja, bukan strategis. Maka tidak salah jika ada yang beranggapan bahwa sistem pendidikan negeri ini hanya bertujuan menelurkan generasi buruh bagi industrinya para capital, dan generasi kacung bagi penjajah asing melalui sektor ekonomi.
Kondisi ini diperparah oleh tidak meratanya akses pendidikan yang berkualitas bagi semua rakyat, berkelindan dengan tingginya angka pengangguran dan kemiskinan sistemik akibat penerapan sistem ekonomi kapitalistik. Akibatnya, negeri yang kaya akan sumber daya alamnya ini, seolah tak mampu menyediakan pelayanan pendidikan bermutu dan kebutuhan asasi lainnya bagi seluruh rakyatnya secara memadai, karena faktor salah kelola SDA.
Jika kondisi generasinya amoral dan tak beradab, lemah dan rapuh, serta tidak peduli pada halal haram dan identitas ideologinya seperti ini, sementara paradigma negaranya masih sekuler kapitalistik, sehingga negara absen dari fungsinya sebagai raa’in (pengurus urusan rakyat) dan junnah (pelindung rakyat), bagaimana bisa bangsa ini meraih mimpinya di era Indonesia Emas 2045? Maka jika negeri ini benar-benar ingin sukses mewujudkan visi Indonesia Emasnya, negeri ini harus berubah secara mendasar. Negeri ini harus segera menyelesaikan PR besarnya, dan menata ulang perjalanan kehidupan bernegaranya sejak dari asasnya. Dan panduan untuk hal itu sudah tersedia lengkap dalam syariat Islam.
Menyiapkan Generasi Hadapi Tantangan Indonesia Emas 2045.
Sebagai negeri yang mayoritas penduduknya muslim, dalam penetapan visinya menjadi negara yang maju, berdaulat dan makmur serta menjadi lima besar kekuatan ekonomi dunia di era Indonesia Emas 2045, sangat pantas jika negeri ini kembali pada tuntunan Islam dalam bernegara. Karena Islam bukan sekedar akidah ruhiyah semata, namun Islam adalah satu-satunya ideologi yang sahih yang akan mampu membawa bangsa dan umat ini maju. Bahkan mampu membangun peradaban unggul yang cemerlang di masa depan.
Untuk itu, negara harus membangun visinya dengan landasan akidah Islam, sebagai khairu ummah (umat terbaik). Dengan visi tersebut, akan mampu menjalankan misinya untuk menjadi negara adidaya yang berpengaruh dan memimpin dunia, independen dan kuat, maju, berdaulat dan tidak lemah terhadap tekanan asing, makmur, serta dapat mewarnai corak kehidupan dunia yang rahmatan lil alamin. Sementara di dalam negeri, negara harus benar-benar hadir menjalankan fungsi strategisnya sebagai raa’in dan junnah, menyiapkan generasi dan rakyatnya menuju Indonesia Emas 2045. Dengan cara menerapkan sistem Islam kaffah di seluruh aspek kehidupan. Karena menyiapkan bangsa untuk menghadapi tantangan Indonesia Emas, tidak cukup dengan menyiapkan SDM yang unggul lewat pendidikan saja, tapi harus ditopang oleh pembenahan system-sistem lainnya seperti ekonomi, sosial, kesehatan, media dan penerangan, hukum dan sistem sanksi, sistem pemerintahan, politik dalam dan luar negeri dan sebagainya. Dan semua itu hendaknya ditata secara sempurna dengan panduan syariat Islam kaffah.
Maka saat Ideologi Islam dijadikan asas bagi seluruh sistem hidup masyarakat, akan lahirlah SDM tangguh yang berkepribadian Islam kuat dan bertakwa, taat syariat, pantang menyerah, menguasai ilmu dan teknologi, memiliki skill memadai, pembelajar tangguh, bermental pemimpin dan problem solver, cerdas dan memiliki visi keumatan berbasis ideologi Islam. Ini semua akan terwujud jika ada support system Islam kaffah yang unggul dan istimewa dalam bingkai negara Khilafah.
Peran Santri dan Pesantren
Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang memiliki fungsi strategis sebagai institusi pencetak calon ulama pewaris Nabi yang bertakwa, berkepribadian Islam, tafaqquh fiddin, bermental pemimpin, serta siap mengemban dakwah dan berjuang menegakkan Islam kaffah. Fungsi strategis pesantren ini harus dipastikan selalu on the track, sehingga dapat menopang terwujudnya generasi emas yang unggul.
Dalam Islam, negara wajib memberikan perhatian dan pelayanan yang sama kualitasnya pada semua lembaga pendidikan yang ada, termasuk pesantren. Memastikan kualitas santri sebagai output pesantren juga bagian dari tugas negara dalam meriayah rakyatnya. Dan jika dikaitkan dengan upaya negara dalam mewujudkan visi besarnya di masa depan, negara wajib menyempurnakan tugas strategisnya itu. Di negeri ini, santri hari ini adalah bagian tak terpisahkan dari Generasi Y dan Generasi Z yang menjadi tumpuan menyambut era Indonesia Emas 2045, sehingga mereka juga wajib dibina dengan Islam kaffah dan dikelola pemberdayaannya bersama generasi umat ini seluruhnya.
Maka kesimpulannya, menyiapkan generasi bangsa ini menuju Indonesia Emas 2045, tidak cukup dengan menyiapkan SDM-nya menjadi generasi yang tangguh, tapi juga harus menjalankan sistem bernegara yang sahih, unggul dan istimewa. Sistem itu adalah Islam kaffah dalam naungan Khilafah. Untuk itu harus ada aktifitas dakwah politik yang diemban secara berjamaah, yang menjalankan amal dakwahnya secara terarah dan dinamis menuju bangkitnya kesadaran umat terhadap penting dan wajibnya penerapaan syariat Islam kaffah. Pesantren, kiai, nyai, santri, generasi muda dan tokoh umat lainnya harus segera mengambil peran strategisnya dalam perjuangan dakwah Islam kaffah tersebut, guna mensupport visi besar negeri ini menyongsong era Indonesia Emas 2045 sebagai negara yang maju, berdaulat, dan makmur. Karena visi besar tersebut hanya dapat terwujud secara nyata jika negeri ini kembali pada syariat Islam kaffah. [SM/Ln]