Spirit Resolusi Jihad: Pesantren sebagai Garda Terdepan Islam Kaffah

  • Opini

Oleh: Mahganipatra

Suaramubalighah.com, Opini — Hari Santri Nasional 2025 mengangkat tema “Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia.” Tema ini bukan sekadar seremoni, tetapi seruan agar santri menjadi pengawal negeri yang mampu menjembatani tradisi dan modernitas demi kemerdekaan yang bermakna.

Tema “mengawal” dimaknai sebagai bentuk rasa syukur atas kenikmatan kemerdekaan yang telah diraih. Dengan cara mendorong dan mewujudkan peran santri sebagai agen pembangun peradaban yang menjadi penghubung antara tradisi dan modernitas. Sehingga santri mampu mengawal dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia bukan sekadar simbolik semata. Namun, santri juga harus berperan aktif dalam mengarahkan kemerdekaan Indonesia agar berkembang menjadi kekuatan global peradaban dunia di era globalisasi saat ini. (Jabar.nu.or.id, 5-10-2025).

Namun, pertanyaan mendasar muncul: “Peradaban dunia” seperti apa yang dimaksud, serta dalam bingkai ideologi siapa peradaban ini dibangun?

Momentum Glorifikasi dan Krisis Makna

Hari Santri yang ditetapkan oleh Keppres No. 22 Tahun 2015 menjadi momentum glorifikasi jasa ulama dan santri. Namun, apakah makna perjuangan kemerdekaan benar-benar terserap, atau hanya menjadi pengawal sistem sekuler?

Mengingat, tema besar yang diusung selalu dalam simbol dan slogan yang sama, yaitu narasi “santri adalah penjaga NKRI”. Walaupun narasi ini menegaskan bahwa ulama dan santri merupakan penyokong perjuangan kemerdekaan. Akan tetapi, seruan-seruan ini berakar pada sumber pemikiran yang sama yang berasal dari ideologi kapitalisme sekuler.

Ini berarti tugas mulia ulama dan para santri masih bersumbu pada arahan untuk membumikan nilai-nilai religi berdasarkan pada standardisasi Islam moderat yang menjamin keberlangsungan dan keutuhan NKRI.

Dengan demikian posisi “Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia” ini, hanya salah satu bagian dari upaya untuk melanggengkan kepentingan kapitalis sekuler. Perjuangan santri dibelokkan dari arah perjuangan yang sesungguhnya, hanya menjadi penyambung kepentingan sistem dan menjadi duta untuk melanggengkan proyek peradaban kapitalis sekuler.

Posisi Santri dalam Perspektif Kapitalisme Sekuler

Dalam perspektif kapitalisme sekuler, peran santri dibatasi pada dua misi: menebarkan Islam moderat yang damai namun tanpa kekuatan hukum syariat, dan menjaga keutuhan NKRI tanpa kritik terhadap sistem sekuler. Dua misi ini mereduksi peran santri dari perjuangan ideologis menjadi pengawal kepentingan sistem.

Padahal fatwa Resolusi Jihad KH. Hasyim Asy’ari 22 Oktober 1945 bukan sekadar loyalitas terhadap NKRI. Spirit jihad sejatinya adalah menentang penjajahan yang menindas umat, menegakkan syariat Allah, dan membela agama-Nya.

Santri dalam Perspektif Islam Kaffah

Spirit Resolusi Jihad menjadi pijakan bagi santri hari ini untuk menegakkan Islam kaffah, menjadi maraji umat, dan menyelesaikan persoalan negeri berdasarkan hukum Allah. Pesantren harus kembali mencetak generasi tafaqquh fiddin yang siap menjadi garda terdepan Islam. Peran pesantren harus dikembalikan pada visi dan misi awalnya sebagai pencetak generasi tafaqquh fiddin.

Pesantren harus meluruskan kembali arah perjuangannya untuk menegakkan kembali sistem Islam kaffah dalam seluruh aspek kehidupan. Melalui tema “Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia” pesantren harus mampu meluruskan kembali tujuan perjuangan ideologisnya yaitu “Mengawal Indonesia Merdeka” untuk menentang segala bentuk hegemoni penjajahan Barat atas seluruh wilayah umat Islam. Menghapus seluruh sumber pemikiran kapitalisme sekuler yang terus mereka sebarkan ke dalam tubuh umat Islam.

Setiap proyek global yang menekan umat ini, sejatinya bertujuan untuk memadamkan cahaya Islam, sebagaimana firman Allah:

يُرِيْدُوْنَ اَنْ يُّطْفِـُٔوْا نُوْرَ اللّٰهِ بِاَفْوَاهِهِمْ وَيَأْبَى اللّٰهُ اِلَّآ اَنْ يُّتِمَّ نُوْرَهٗ وَلَوْ كَرِهَ الْكٰفِرُوْنَ

Artinya: “Mereka ingin memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut mereka, tetapi Allah menolak kecuali menyempurnakan cahaya-Nya walaupun orang-orang kafir membencinya.” (QS. At-Taubah: 32).

Maka dari itu, sudah saatnya umat Islam kembali menghidupkan “Spirit Resolusi Jihad” dalam perspektif Islam kaffah. Yaitu semangat melawan penjajahan di masa lalu, menjadi semangat untuk melawan arus opini sekularisme yang senantiasa berupaya menghalangi lahirnya kembali peradaban Islam yang gemilang dalam bingkai negara ideologis Khilafah Islamiah. Karena sesungguhnya umat Islam adalah umat terbaik yang akan menjadi pemimpin peradaban dunia.

Kabar ini telah Allah sampaikan melalui firman-Nya di dalam Al-Qur’an surah Ali Imran ayat 110:

كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِۗ

Artinya: “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.”(QS. Ali Imran: 110).

Khatimah

Pesantren berperan mencetak generasi ulama dan mujahid, siap menjaga dan menyebarkan kemuliaan Islam. Spirit Resolusi Jihad harus dimaknai sebagai panggilan menentang penjajahan ideologi Barat dan menegakkan sistem Islam kaffah di bawah naungan Khilafah Islamiah.

Wallahu a’lam bishshawab. [SM/Ah]