Oleh: Ummu Fahri
Suaramubalighah.com, Opini – Daging kurban dianggap sebagai alternatif utama meningkatkan konsumsi sumber gizi penting yang dapat membantu mengatasi stunting. Langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya pemerintah dalam memanfaatkan sumber daya dari kegiatan Ibadah Haji guna meningkatkan asupan protein hewani secara nasional dan mengurangi kekurangan gizi.
Menko PMK, Muhadjir Effendy, mengumumkan bahwa sebagian daging kurban dari jemaah haji Indonesia di Makkah akan dibawa ke Tanah Air dalam bentuk daging olahan. Untuk di distribusikan terutama kepada ibu hamil dan balita dalam upaya penanganan stunting di Indonesia. (news.detik.com, 17-06-2024)
Ironinya, dalam perayaan puncak Hari Keluarga Nasional (Harganas), Menko PMK Muhadjir Effendy menyatakan bahwa target penurunan stunting sebesar 14 persen tidak tercapai, sehingga direvisi menjadi di bawah 20 persen sesuai dengan standar Sustainable Development Goals (SDGs). (rri co.id, 29-06-2024)
Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), selama periode 2017-2021, rata-rata konsumsi daging sapi atau kerbau di Indonesia, hanya sebesar 0,009 kg per kapita per minggu atau sekitar 9 gram. Bahkan, di wilayah Indonesia Timur, angka konsumsi daging per minggunya jauh lebih rendah, kurang dari 100 gram. (Indonesia.go.id, 30-01-2024)
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh atau kerdil akibat kurangnya asupan gizi pada anak, terutama selama 1000 hari pertama kehidupan. Meskipun upaya penurunan stunting belum sesuai target, hal ini menunjukkan masalah serius yang dihadapi pemerintah.
Di tingkat global, Indonesia berada pada peringkat ke-27 dari 154 negara dalam prevalensi stunting menurut data UNICEF dan WHO. Secara regional, Indonesia menempati posisi ke-5 di Asia (kemenkopmk.go.id, 21-07-2023)
Dari sisi biologis dan lingkungan, faktor genetik, asupan gizi, dan kebersihan lingkungan semuanya berkontribusi terhadap terjadinya stunting pada anak.
Stunting tidak hanya mengancam kesehatan anak-anak, tetapi juga menyebabkan kerugian ekonomi signifikan bagi Indonesia, mencapai Rp300 triliun per tahun. Wakil Ketua Umum Apindo, Shinta Kamdani, menyebut bahwa stunting mengurangi PDB Indonesia sebesar 2-3% setiap tahun karena rendahnya kualitas SDM yang vital bagi perekonomian. Investasi dalam penurunan stunting dapat memberikan keuntungan ekonomi yang besar. (mediaindonesia.com, 08-3-2023)
Akar Masalah
Masalah stunting atau gizi buruk adalah persoalan yang kompleks dan seringkali terkait dengan kemiskinan sistemik yang disebabkan oleh penerapan sistem ekonomi kapitalis. Kapitalisme, dengan penekanannya pada keuntungan dan pasar bebas, sering kali mengabaikan kebutuhan dasar masyarakat miskin, termasuk akses gizi yang cukup dan layanan kesehatan yang memadai.
Adapun pembagian daging kurban, sejatinya bukan solusi jangka panjang. Hal ini dikarenakan beberapa hal. Pertama, Ketepatan Sasaran yang Tidak Terjamin. Distribusi daging kurban dari jamaah haji tidak dapat dipastikan selalu tepat sasaran. Ketidaktepatan ini mengurangi efektivitas bantuan tersebut dalam menangani masalah gizi buruk.
Kedua, bersifat sementara dengan jumlah terbatas. Pembagian daging kurban merupakan solusi sementara yang hanya memberikan manfaat sesaat. Jumlahnya yang terbatas pun dipastikan tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi harian masyarakat miskin secara berkelanjutan.
Ketiga, masalah kesehatan dan biaya yang mahal. Gizi buruk bukan hanya disebabkan oleh kekurangan makanan, tetapi juga oleh masalah kesehatan yang membutuhkan biaya tinggi untuk pengobatan. Biaya kesehatan yang mahal dalam sistem kapitalis menambah beban bagi masyarakat miskin, Hal ini memperparah kondisi gizi buruk mereka.
Sistem kapitalis cenderung mengabaikan tanggung jawab negara sebagai pelindung dan penjamin kesejahteraan rakyat. Hal ini menciptakan kesenjangan ekonomi yang besar. Mereka yang berada di lapisan bawah masyarakat sering kali tidak memiliki akses ke sumber daya yang cukup, baik dalam bentuk makanan bergizi maupun layanan kesehatan yang terjangkau. Kapitalisme juga sering kali mengabaikan investasi dalam infrastruktur kesehatan dan pendidikan yang dapat mengurangi tingkat kemiskinan serta menurunkan angka gizi buruk.
Pembagian daging kurban tidak akan menyelesaikan masalah gizi buruk secara signifikan selama akar masalahnya masih ada, yaitu pengaturan perekonomian berdasarkan kapitalisme tidak diatasi. Maka, dibutuhkan pendekatan yang lebih struktural dan berkelanjutan yang mencakup reformasi sistem ekonomi untuk mengurangi kesenjangan, meningkatkan akses terhadap gizi yang cukup, dan menyediakan layanan kesehatan yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Hanya dengan demikian, masalah stunting dan gizi buruk dapat diatasi secara efektif dan berkelanjutan.
Distribusi kekayaan yang tidak merata, akses terbatas ke pendidikan dan kesehatan, pengangguran dan pekerjaan dengan upah rendah, kurangnya perlindungan sosial, krisis ekonomi, serta eksploitasi sumber daya, semuanya berkontribusi terhadap kemiskinan ekstrem. Peningkatan risiko stunting membutuhkan solusi yang nyata untuk meningkatkan daya beli dan ketercukupan pangan bergizi. Namun, mustahil mengatasi stunting selama kapitalisme masih diterapkan.
Solusi Islam
Dalam Islam negara memiliki tanggung jawab untuk memastikan kesejahteraan rakyatnya. Ini mencakup penyediaan kebutuhan dasar seperti pangan dan kesehatan.
Sebagaimana dalam Al-Qur’an QS An-Nisa ayat 58, Allah berfirman:
إِنَّ ٱللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤَدُّوا۟ ٱلْأَمَٰنَٰتِ إِلَىٰٓ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُم بَيْنَ ٱلنَّاسِ أَن تَحْكُمُوا۟ بِٱلْعَدْلِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُم بِهِۦٓ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ سَمِيعًۢا بَصِيرًا
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.“
Pemerintahan yang adil dalam penanganan stunting memastikan distribusi sumber daya yang merata dan efisien. Transparansi dalam pengelolaan program memastikan dana dan bantuan disalurkan tepat sasaran tanpa penyalahgunaan.
Islam menempatkan kesejahteraan rakyat sebagai prioritas utama, termasuk memastikan gizi yang cukup bagi anak-anak. Implementasi kebijakan yang berkeadilan diperlukan untuk mencegah stunting dengan langkah-langkah konkret dan berkelanjutan.
Islam menawarkan solusi holistik dan berkelanjutan untuk mengatasi stunting yang melibatkan kewajiban zakat, wakaf, shadaqah, keadilan ekonomi, pendidikan, dan pemerintahan yang adil. Semua ini bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera dan adil, dimana kebutuhan dasar seperti pangan dan kesehatan terpenuhi.
Dengan menggantikan sistem kapitalisme dengan sistem ekonomi Islam yang berbasis keadilan dan kesejahteraan, masalah stunting dapat diatasi secara lebih efektif dan berkelanjutan. Allahu a’lam bishshawab.[SM/Ah]